Rindu itu berat, kamu tidak akan kuat, biar aku saja.
Yein terus mengulang-ulang kalimat populer tersebut dikala setiap kali ia mengingat Jungkook dan merindukan pria tampan itu.
Acap kali terlintas di pikirannya apakah Jungkook juga merindukannya sehingga Jungkook yang kini tengah berada di kampung halamannya itu juga terus merapalkan kalimat yang sama agar dirinya saja yang merasa berat akan rindu dengan pertemuan mereka, jangan sampai Yein ikut menanggungnya.Hahaha, Yein sangat merindukan Jungkook satu bulan ini hingga ia berharap Jungkook juga merindukannya dan tidak melupakannya. Namun rindu itu akan segera terlunasi dengan pertemuan mereka malam ini, Hari Rabu pertama di musim semi adalah hari ini.
Berbicara mengenai musim semi, musim semi pertama tahun ini terjadi di Hari Jumat minggu lalu, entah bagaimana pengambilan kalimat yang tepat untuk menggambarkan betapa senangnya Yein ketika Yena memberitahunya bahwa bunga sakura di depan panti mereka kembali bermekaran. Kala itu Yein berlari keluar dari panti ingin melakukan pembenaran terhadap ucapan Yena. Ternyata Yena tidak sedang bergurau, pohon sakura di seberang jalan panti mereka memang sedang kembali bermekaran, setelah melihat kejadian itu secara langsung, Yein dengan cepat berlari kembali ke dalam panti. Ia segera menuju kamarnya dan berjalan cepat mendekati Yena dan memeluk gadis kecil itu. Seperti biasanya Yena hanya membiarkan kakak senasibnya itu memeluknya erat tanpa niat ingin membalas.
Satu bulan ini hidup Yein kembali menjadi bahagia dan tenang sebab ia tidak perlu sekolah lagi. Bukan masalah biaya ataupun sejenisnya, melainkan karena kini ia tidak perlu menegangkan urat lehernya di hadapan ibu pantinya setiap kali ia pulang sekolah seperti dahulu.
"Kenapa baju kamu sobek?"
"Sini ibu lihat kakinya, pasti ada yang luka, rok kamu sobeknya besar banget,"
"Yein, buku komunikasi kamu mana? Kok ibu nggak pernah lihat lagi kamu megangnya setiap mau pergi sekolah?"
"Kenapa wajah kamu biru-biru begini?"
"Kenapa mulutnya ditutupin terus? Ada yang sakit?"
Kenapa kenapa kenapa, selalu kata tanya itu yang didengar oleh Yein dari ibu pantinya, Kim Taeyeon. Selama itu Yein duduk di bangku menengah atas, ia selalu berhasil mencari-cari alasan agar ibu pantinya itu tidak menanyakan lebih lanjut mengenai kondisinya, namun Yein tidak bertahan lama dalam kelegaannya itu, seiring berjalannya waktu dan kondisi yang selalu sama setiap pulang sekolah akhirnya menimbulkan kecurigaan dan kekhawatiran yang semakin besar dari wanita yang telah dianggapnya seperti ibu kandung itu.
"Sekarang jujur sama ibu! Kamu digangguin terus kan di sekolah? Dibully! Iya kan? Bilang iya sama ibu! Biar ibu yang datang ke sekolah untuk balas perlakuan mereka ke kamu! Nggak cuma satu kan yang gangguin kamu? Pasti banyak kan?"
Yein baru saja pulang sekolah waktu itu ketika ia dihadiahi teriakan oleh ibu pantinya. Tentu saja teriakan itu disertai bahasa yang dimengerti oleh Yein.
"Kamu nggak mau jawab? Yasudah biar ibu saja yang ke sekolah sendiri cari tahu!"
Kala itu Yein susah payah menahan air matanya, ibu pantinya seperti orang gila ingin keluar dari panti untuk segera menjalankan niatnya.
"Nggak, aku nggak dibully kok, kan aku udah bilang aku sering jatuh di sekolah karena aku nggak bisa dengar, kan ibu tahu salah satu alat keseimbangan itu ada di telinga, ibu sendiri yang bilang ibu tahu itu dari tv."
"Kalau begitu jatuh sekarang kamu di hadapan saya! Ayo jatuh!"
Yein tidak menjawab.
"Kenapa? Nggak bisa kan? Itu semua karena kamu bohong! Nggak pernah saya lihat kamu jatuh di sini! Seberbahaya apa sekolah itu sampai kamu jatuh setiap hari? Separah apa telinga kamu sampai kamu luka-luka seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret ✔
Fanfiction[Complete] [Werewolf-Fanfiction] Jungkook bukan sekedar teman dengar bagi Yein. 📌 Inspired by Koe No Katachi and Wolf Children.