"Ran Mitake, 27 tahun. Pekerja komersial yang diam-diam menjual kembali persenjataan mafia dengan harga tinggi. Non-kemampuan."
[Name] menatap layar tablet yang diberikan Dazai. Membaca seluruh data milik target kali ini.
Informasinya benar-benar akurat, bahkan lengkap dengan bukti suaranya, voice record.
Walaupun begitu, [Name] tahu jelas kalau suara rekaman ini tidak benar-benar asli, tapi disamarkan.
"Kau ingin aku melakukan apa, Dazai-san?" tanya [Name] akhirnya.
"Kau sudah baca semua datanya, 'kan?" Dazai menoleh ke belakang sedikit. [Name] mengangguk kecil. "Senjata yang dijual Mitake digunakan juga untuk menyerang mafia dan mencuri gudang kami. Memang tidak ada yang dicuri, tapi anak buahku jadi banyak yang mati."
Mendengar Dazai mengucapkan kata "mati" begitu santai, membuat tulang pergelangan [Name] terasa ngilu.
Kenapa pria ini bisa sesantai itu menanggapi kematian seseorang? Anak buahnya sendiri?
"Aku mendapat bukti rekaman suaranya, tapi seperti yang kau tahu... suaranya disamarkan," lanjut pria itu. "Jadi aku ingin kau memastikannya kalau itu suaranya dan memang dia pelakunya."
Sambil melangkah, [Name] mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Kembali mengingat kejadian malam itu, tidak ada. Nihil.
Dazai mengatakan kalau pria itu tidak menyentuhnya selama [Name] tertidur. Kalau begitu, tidak masalah.
Dia juga selamat sampai tujuan—ruangan Dazai—tanpa luka sedikit pun kecuali rasa mual lantaran efek mabuk yang masih tersisa.
Sesaat [Name] tersadar, Dazai memang masih belum bisa mengendarai mobil. Lantas, apa Chuuya—pria yang ada di sampingnya ini—yang mengendarainya malam itu?
"Ano... Nakahara-san... ya?" Chuuya menoleh ke arah samping. Menatap [Name] datar. "Apa...."
"Tidak perlu berbicara formal denganku," sela Chuuya.
[Name] mengangguk. Sebetulnya memang sepertinya agak sulit berbicara formal dengan pria ini.
"Apa kau yang malam itu mengantar Dazai-san kembali?" tanyanya akhirnya.
"Iya. Dia menghubungiku dan berkata ada keadaan darurat."
Darurat... ya? [Name] tertawa kaku mendengarnya. Memangnya apa yang membuat Dazai sampai mengatakan kalau situasi saat itu begitu darurat?
Walaupun sudah mengetahui kepastiannya, entah mengapa hatinya sedikit mengganjil. Ada sesuatu yang mengganggunya tapi ia tidak ingat.
[Name] menggigit bibir bawahnya, mengingat-ingat. Ah, sudahlah! Biarkan waktu yang akan menjawabnya.
Ketika [Name] kembali menatap lurus, gadis itu tidak sengaja melihat Dazai sekilas tengah memperhatikannya.
Dari tadi dia melihatku? pikirnya, bingung.
🔫🔫🔫
Begitu berbelok dan memasuki gang kecil di belakang bangunan tinggi, Dazai tersenyum puas melihat pemandangan di depannya.
Seorang perempuan terduduk dengan tangannya yang terikat di belakangnya. Melihatnya, jiwa Dazai sedikit berdesir.
"Perempuan ...?" [Name] bergumam.
Dazai tersenyum tipis lalu merangkul [Name] dengan sebelah tangannya dan menggoda gadis itu, "iya. Ah... kau cemburu, ya? Takut aku tertarik dengan wanita itu?"
"Maaf, Tuan Eksekutif Yang Terhormat." [Name] menepis tangan Dazai dan menatap pria itu datar. "Kita disini untuk bekerja, bukan bermain-main. Jadi sebaiknya Anda segera menyelesaikan bagianmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [16+] A Glass of Whisky 🔫 Dazai!Mafia X Reader!NoAbility
FanfictionSiapa yang tidak mengenal Dazai Osamu? Seorang Eksekutif termuda sepanjang sejarah Port Mafia, sindikat kejahatan. Berhati dingin dan sangat kejam, pun memiliki sorot mata tanpa belas kasihan. "Kenahasan terbesar musuh Dazai adalah menjadi musuh Daz...