✅️ [16+] A Glass of Whisky 🔫 Dazai!Mafia X Reader!NoAbility

-Satu-

Mamoru Miyano - Exciting!
--------------------

"Dazai-san, kau tahu kalau kau terlambat, 'kan?"

Dazai tersenyum simpul seraya melangkahkan kakinya menuruni undakan anak tangga Bar Lupin.

"Maaf, membuatmu menunggu...," ucapnya. "... [Name]-chan."

Gadis itu mendengus dan meneguk segelas cappucino miliknya. Dia hampir saja lupa kalau malam ini dia akan menjadi sopir dan sempat ingin memesan segelas cocktail.

Bartender yang tampak tua dengan sedikit jenggot putih pada dagunya meletakkan tatakan gelas kaca dan segelas whisky di sampingnya.

"Harusnya kau ingat kalau aku tidak suka keterlambatan, terlebih malam seperti ini."

Dazai Osamu. Usia 18 tahun, Eksekutif Port Mafia, sebuah organisasi sindikat kejahatan.

Biografi singkat itu menggambarkan sesosok pria berperawakan tinggi dengan tubuh tegap dan paras rupawan.

Tatapan matanya yang agak konyol namun sorot matanya begitu dingin dan gelap, menggambarkan bagaimana watak kejam dan tak berperasaannya.

Terlebih dengan menyandang gelar Eksekutif Termuda Dalam Sejarah Port Mafia.

Setiap suara langkah yang dikeluarkan oleh telapak kakinya, seperti sebuah bencana dan petaka bagi anggota mafia yang lain. Menakutkan!

"Aku sudah minta maaf, 'kan? Jadi kau memaafkanku?" tanya pria itu polos dengan senyuman tipis pada wajahnya.

[Name] menghela singkat dan meletakkan segelas cappucino di depannya. "Tidak mungkin saya tidak memaafkan Anda, Tuan Eksekutif."

Dahsyatnya kegelapan dan darah dalam aksinya, cukup untuk membuat anggota mafia gemetar.

Namun tidak bagi [Name]. Gadis itu sudah bisa lebih tenang di hadapan Sang Eksekutif Port Mafia yang satu ini.

🔫🔫🔫

Pria itu berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan dalam sakunya. Dingin dan berkharisma, terlebih dengan senyuman misterius di wajahnya yang sempat ia lempar pada beberapa wanita yang melewatinya.

Seakan tidak ada masalah selain masalah kegagalan dalam aksi bunuh dirinya, Dazai terus tersenyum.

Pria itu memasuki bar yang selalu menjadi tempatnya dan tempat bagi kawan-kawannya berkumpul.

Dia bersenandung-ria dan menopangkan dagunya dengan tangan kanannya. Bartender seperti biasa: selalu menyediakan segelas whisky dihadapannya.

Tak lama kemudian, suara derap langkah kaki lainnya memasuki ruangan yang sama dengan Dazai.

Tanpa menoleh ke arahnya, Dazai menyapa, "Yo, Odasaku. Bagaimana pekerjaanmu hari ini?"

Dazai memutar leher ke arah sosok yang dipanggilnya Odasaku. "Baru sampai?"

"Begitulah...."

Dazai menjentikkan jemarinya pada bibir gelas hingga menimbulkan suara benturan yang sedikit nyaring disusul dengan suara langkah yang terdengar cepat.