02

15.1K 465 21
                                    

Tulisan miring berarti flashback.

---















"Cepat bayar hutang-hutang ayahmu itu. Kami tidak mau tahu lusa uang itu harus sudah terkumpul dan hutang terlunasi. Jika tidak rumahmu ini kami sita dan adikmu yang manis itu jadi milik kami."

BRAK

"Brengsek! Shh.."

Jimin mengusap sudut bibirnya yang sobek akibat pukulan salah satu dari rentenir tadi. Ya mereka datang lagi untuk menagih hutang ayah mereka yang sekarang kabur entah kemana. Jimin bingung kenapa ayahnya bisa berhutang sebesar itu, untuk apa uangnya? Jika untuk berjudi sebanyak itukah?

Semenjak ibu mereka meninggal karena sakit ayah mereka berubah dari orang yang penyayang dengan keluarga menjadi orang yang keras dan pemarah. Setiap hari kerjaannya hanya meminta uang untuk berjudi. Jimin yang hanya bekerja sebagai pelayan di sebuah restauran tentu kesulitan untuk memenuhi keinginan ayahnya itu.

Jihoo pun sampai harus bekerja sebagai kasir di sebuah mini market untuk membantu Jimin dalam hal membayar kebutuhan sekolahnya. Kehidupan keduanya memang keras.

Sampai dengan hari ini, entah sudah ke yang berapa kali orang-orang itu datang dan menagih hutang. Ancaman tentu mereka layangkan setiap menagih tapi ancaman hari inilah yang paling Jimin takuti. Jimin tidak takut rumah mereka disita toh tidak ada barang yang berharga juga, tapi adiknya Jihoo juga akan mereka ambil tentu Jimin tidak terima.

Jimin berpikir keras semalaman. Tidak mau Jihoo bersama orang-orang bejat itu.

Sampai ketika dia mendengar teman kerjanya membicarakan tentang tempat pelelangan yang sudah terkenal bernama BT21. Jimin berpikir lagi untuk hal itu, tidakkah lebih baik memasukkan Jihoo kesana daripada diberikan pada rentenir itu?

Jimin akhirnya memilih untuk menjual Jihoo daripada harus menyerahkan adiknya.

"Jihoo selama ini kita jarang jalan-jalan bersama kan? Bagaimana kalau kita pergi ke Sungai Han?"

Jihoo yang saat itu baru saja pulang bekerja langsung menoleh pada kakaknya. Matanya yang tadinya lelah jadi berbinar cerah.

"Ayo kak, kita pergi sekarang saja ya. Ini sudah malam sih tapi aku tidak peduli yang penting aku dan kakak akan pergi bersama. Ayo kak." Jihoo menarik tangan Jimin antusias. Jimin tertawa melihat tingkah adiknya.

"Ganti bajumu dulu Jihoo."

"Tidak mau, nanti kita tidak jadi pergi."

Akhirnya mereka pun pergi ke Sungai Han dengan Jihoo yang masih menggunakan lengkap seragam sekolahnya.

Jimin memperhatikan adiknya lamat. Sebentar lagi mereka akan berpisah, lebih tepatnya Jimin yang akan memisahkan mereka.

"Jihoo ini kau minum dulu, kau pasti haus tadi tidak sempat minum dulu di rumah malah langsung menarikku pergi kesini." Jimin menyodorkan botol air mineral pada Jihoo yang langsung diterima dan diminumnya.

"Ahh... Segar sekali, terima kasih kakak. Hehehe aku terlalu bersemangat tadi.." Jimin tersenyum namun mencoba menghitung mundur dalam hati. Minuman yang diberikan pada Jihoo sudah dia berikan obat tidur.

Jihoo menguap, "aku mendadak mengantuk kak.."

"Kau kelelahan Jihoo, maafkan kakak ya membuatmu harus ikut bekerja juga untuk kebutuhanmu sendiri padahal itu kewajibanku sebagai kakak harusnya."

My Slave; JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang