Bab 13

17 6 4
                                    

Kringgg

Bel pulang sekolah telah berbunyi, dan seluruh siswa langsung berhamburan keluar kelas masing-masing menuju gerbang sekolah.

Rena, Lala dan Dhea sedang berjalan beriringan menuju kelas XII IPS 2 dengan membawa beberapa kertas yang telah di simpan di dalam map.

15 menit yang lalu, mereka sedang berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang, tapi panggilan bu Rini yang membuat mereka berhenti dan akhirnya membawakan map ini untuk Jae selaku panitia tour.

Kringgg

Bunyi dering dari ponsel Lala membuat Lala mengambil HP nya dan melihat layar HP nya, disana tertera nama 'mama'. Ia mengangkat telpon itu sambil tetap berjalan beriringan dengan kedua sahabatnya.

"Halo, ma..."

"Hai, sayang. Kamu dimana? Masih disekolah 'kan? Kamu jangan kemana-mana, mama mau jemput kamu. Kamu tunggu mama sebentar ya"

Lala membulatkan matanya sambil tersenyum senang.

"M-mama beneran mau jemput aku?"

"Iya, sayang. Kamu tunggu mama di depan gerbang sekolah kamu ya"

"Oke, ma. Aku tunggu"

"Dah, sayang"

"Iy—"

Tut.

Lala mengernyitkan dahinya saat telponnya diputus oleh mamanya sebelum ia sempat berucap. Tapi itu tidak menjadi masalah baginya, karena hal yang dinantikannya akan terwujud. Mama akan menjemputku ke sekolah. Memikirkan hal sesederhana itu membuat Lala tersenyum senang.

"La? Kenapa?" tanya Rena bingung saat melihat Lala yang tiba-tiba mendapat telpon dan tersenyum tidak jelas seperti ini.

Lala tersadar dan langsung menoleh ke kanan -yang terdapat Dhea- dan kiri -yang terdapat Rena- sambil tersenyum.

"Gak apa-apa. Gue cuma lagi seneng aja." jawab Lala sambil menatap ke depan. Sedetik kemudian, senyuman Lala luntur mengingat ia akan ke kelas XII IPS 2, kelasnya Madja.

"Eh, kita mau ke kelas XII IPS 2?" tanya Lala dengan nada sedikit ragu.

"Ya iyalah, 'kan kak Jae salah satu panitia tour" jawab Rena santai.

"Waduh, gawat!" ucap Lala sambil menepok jidatnya.

"Memangnya kenapa?" tanya Dhea bingung.

"Pasti disana ada kak Madja! Dan gue lagi malas berdebat sama dia!" ucap Lala sedikit frustasi.

"Emangnya kenapa sih? Kalian selalu gak bisa akur kalau ketemu" ucap Rena dengan nada penasaran.

Lala terlihat berpikir sejenak, "Sebenarnya kita gak ada masalah apa-apa sih. Cuma dia duluan yang bikin gue darah tinggi!" ucap Lala kesal.

"Cobalah untuk akur sama kak Madja. Sebenarnya dia orangnya baik, cuma agak iseng aja" ucap Dhea sambil terkekeh kemudian.

"Ogah! Gue harus berteman dengan orang kayak dia? Hiii~" ucap Lala dengan memperagakan orang merinding.

"Sudah-sudah! Sebentar lagi kita mau sampai di kelas XII IPS 2, jangan sampai kak Madja dengar pembicaraan kita, takutnya dia marah" ucap Rena memperingatkan.

***

Di kelas XII IPS 2,

Di dalam kelas itu, hanya tersisa Jae, Jun, Rubin dan Madja saja. Mereka telat pulang, gara-gara Madja yang menahan semua kunci motor mereka -kecuali Rubin- dengan alasan 'belum selesai mencatat rangkuman pelajaran'. Padahal Jae sudah menyarankan agar meminjam catatannya saja, tapi Madja menolak dengan alasan 'tulisan Jae gak bisa dibaca'. Padahal tulisan Jae dan Madja lebih bagus tulisan Jae, bahkan sangat bagus, sampai-sampai bu Rini menyangka Jae adalah perempuan.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang