Bab 15

35 6 2
                                    

Sebulan telah berlalu, dan tour tahunan pun akhirnya dilaksanakan. Mereka sudah menyiapkan apa yang seharusnya disiapkan sebelum pergi. Semua murid SMA Airlangga baru saja tiba di tujuan, mereka sedang mengecek kamar mereka masing-masing.

Tour tahunan kali ini sangat berbeda dengan tour tahun lalu. Hanya sedikit murid yang mengikuti tour kali ini. Alasannya adalah 'terlalu jauh',  kebanyakan orang tua murid tidak mengizinkan anaknya ikut tour karena alasan itu.

Tujuan tour tahun ini adalah 'Bali'. Kepala sekolah merekomendasikan tempat ini agar para murid bisa lebih dekat, lebih kenal dan lebih menghargai  alam, juga agar para murid tidak jenuh dan bisa rileks dengan pemandangan di Bali.

Mereka menginap di villa yang cukup besar, yang sekiranya cukup untuk mereka semua. Villa yang mereka tempati berada di tempat yang cukup strategis, yaitu langsung menghadap pantai. Villa itu hanya berlantai dua namun panjang dan ditengah villa terdapat kolam berenang.

Satu kamar ditempati 8 hingga 10 orang. Kamar yang mereka tempati juga cukup luas. Beruntungnya, Dhea, Rena dan Lala mendapati kamar yang sama. Di kamar mereka terdapat 8 orang termasuk dengan Nada.

Saat ini, waktunya free time. Mereka bebas melakukan apa saja dan kemanapun mereka mau sebelum melakukan tugas yang akan dibagikan untuk mengobservasi pantai.

Dhea, Rena dan Lala tampak sedang bermain di pantai, sesekali mereka mencipratkan air ke satu sama lain, mereka terlihat tertawa sambil bercanda gurau. Berbeda dengan Nada yang hanya duduk di pasir sambil menatap ke pantai, lalu setelah itu ia mengukir sebuah tulisan di atas pasir menggunakan jari-jarinya.

Disana, mereka mendapat peraturan tertentu dari pihak sekolah. Bagi murid perempuan, tidak boleh masuk ke kamar laki-laki, tidak boleh mengenakan bikini, tidak boleh berpakaian terlalu pendek dan ketat, dan tidak boleh pergi terlalu jauh. Bagi laki-laki, tidak boleh masuk ke kamar perempuan, tidak boleh berkata atau melakukan hal kasar, dan tidak boleh berpergian terlalu jauh.

Pihak sekolah tidak melarang murid laki-laki untuk berpakaian seperti apa, yang penting harus tetap sopan. Dan bagi perempuan diperbolehkan mengenakan celana pendek, tapi bukan hot pants.

Saat ini Madja sedang merayu Rubin untuk berenang di pantai, tapi Rubin menolak dengan tegas. Bukan tanpa alasan Rubin menolak, ia hanya sedikit trauma akibat hampir tenggelam sewaktu kecil dulu. Dan alhasil, Madja pun menyerah.

Madja melirik ke arah Nada, dimana ia sedang duduk sendirian sambil mengukir sesuatu di atas pasir menggunakan tangannya, sedangkan Jun dan Rubin hanya duduk di kursi yang tersedia di pinggir pantai sambil meminum kelapa. Jae juga mempunyai kesibukkan sendiri, ia sedang sibuk menyiapkan acara selanjutnya dengan para guru, yang sepertinya sebentar lagi akan selesai.

Madja mencoba mendekati Nada perlahan. Ia melirik ke tulisan di atas pasir. 'Nada Anastasya' itulah tulisan yang Nada ukir.

Madja tersenyum lalu duduk disebelah Nada secara tiba-tiba yang membuat Nada berjengkit terkejut.

"Astaga! Lo ngagetin aja!"seru Nada sambil memukul lengan Madja.

Madja terkekeh dan menatap tulisan di atas pasir. "Ada yang kurang" ucap Madja sambil mengukir tulisan disebelah tulisan Nada. Jadi seperti sambungan tulisan Nada.

Setelah berhasil menulis, ia tersenyum senang sambil menatap wajah Nada yang sudah memerah antara malu dan kesal.

'Nada Anastasya & Desandro Atmadja selamanya'

Nada buru-buru menghapus nama Madja dan meninggalkan namanya saja. "Nah, begini lebih cantik" ucap Nada bangga sambil tersenyum menatap tulisannya sendiri.

"Iya, cantik"

Nada menoleh ke arah Madja, dimana Madja bukan sedang memuji tulisannya tetapi orang yang menulisnya. Madja tersenyum senang melihat wajah Nada yang memerah.

Nada dengan cepat menoleh ke arah lain, lalu berdiri dan meninggalkan Madja terduduk disana. Madja tersenyum menatap kepergian Nada sambil mengukir tulisan yang tadi ia buat, tapi ia menulis beberapa kata lagi.

'Nada Anastasya & Desandro Atmadja selamanya akan tetap begitu'

Disisi lain, Jae berjalan mendekati kedua sahabatnya setelah selesai tugasnya dengan para guru.

"Woi, bagi-bagi kelapanya, dong!" seru Jae sambil duduk di kursi yang kosong disebelah Jun.

"Udah abis" jawab Jun sambil menyembunyikan kelapa yang masih utuh di belakang badannya.

"Gue tau lo bohong" ujar Jae sambil memasang wajah datar.

Jun terkekeh pelan, Rubin mengambil kelapa yang berada di belakang Jun dan memberikannya pada Jae. "Wuih, makasih sahabat-sahabatku" ucap Jae sambil menyeruput kelapa perlahan. Setelah itu, Jae dan Jun terlibat pembicaraan yang Rubin tidak mengerti.

Rubin memutuskan untuk memandang pantai yang sangat indah. Tak lama kemudian, ia melihat Lala yang sedang bermain air dengan Rena dan Dhea di pinggir pantai. Sontak senyuman tipis terukir diwajah dingin Rubin.

Rubin berdiri dan berjalan menuju Lala, sebenarnya ia tidak ingin benar-benar menemui Lala karena ia tidak punya alasan yang masuk akal. Jadi, ia hanya berjalan menuju pinggir pantai tepat di sebelah Lala, hanya untuk sekedar menendang air.

Jun dan Jae hanya diam memerhatikan Rubin dari jauh, apa yang sedang Rubin lakukan? Pikir mereka.

Jun dan Jae sepakat untuk mendekat ke arah Rubin. Dan dengan usilnya, mereka berdua mendorong Rubin sampai Rubin jatuh ke air dan baju serta celananya basah semua.

Rubin mengumpat kesal. "Lihat! Apa yang kalian lakukan?!" seru Rubin kesal.

Jae dan Jun tertawa keras menanggapi Rubin, bahkan Jae sudah terduduk diatas pasir sambil memegang perutnya. Saking kerasnya tawa mereka, Lala dkk sampai menoleh ke arah mereka bertiga.

Lala mendekat ke arah Rubin dkk, sedangkan Rena dan Dhea masih menatap mereka dari jauh. "Lho? Kenapa baju lo basah semua, kak?" tanya Lala bingung sambil menunjuk Rubin dengan jari telunjuknya.

Rubin tidak menjawabnya, ia malah menatap Jun dan Jae dengan tatapan tajam dan mematikan. Sedangkan Jae dan Jun masih tertawa pelan.

Rubin menghela nafas panjang, sudah tidak heran lagi dengan tingkah laku sahabat-sahabatnya. Untung saja, tidak ada Madja. Kalau ada, sudah pasti ia akan bertambah malu dan kesal.

Rubin mengangkat ujung kaosnya untuk mengelap wajahnya yang basah. Sontak Lala terpekik tertahan, ia buru-buru membekap mulutnya dengan kedua tangannya serta membulatkan bola matanya.

"A-apa yang baru saja aku lihat tadi?! R-roti sobek?!!" -batin Lala bingung.

Lala bingung harus ber-ekspresi seperti apa, disisi satu ia merasa bersalah karena tidak seharusnya ia melihat hal semacam itu, tapi disisi lain ia merasa...senang karena bisa melihat 'roti sobek' Rubin, kapan lagi ya kan?

Semburat merah mulai muncul di pipi Lala, bahkan sudah melebar menjadi seluruh wajah. Rubin mengernyit melihat ekspresi Lala. Lala yang menyadari itu langsung menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Ia berbalik dan berlari menuju Rena dan Dhea.

"Ren, Dhe! Ayo, balik ke kamar sekarang!" seru Lala sambil berjalan menuju villa.

"Ada apa dengan Lala?" tanya Rena bingung. "Entahlah. Ayo kita ke kamar saja" ucap Dhea sambil menarik tangan Rena mengikuti Lala yang sudah berjalan duluan.

Tentu saja Reja dan Dhea bingung, karena mereka berdua tidak melihat 'roti sobek' Rubin. Tadi mereka terlalu asik bermain air dan tidak terlalu memperhatikan interaksi Lala dan kakak kelasnya, jadi mereka melewatkan 'kejadian' langka. Sungguh beruntungnya Lala.

***

To Be Continued...

Segitu dulu ya, maaf cuma dikit. Nanti akan diperpanjang lagi di part selanjutnya^^

Vote dan komennya jangan lupa ya^^ share juga ke teman-teman kalian~^•^~

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang