Easy money

27.5K 514 5
                                    

Hinata berdiri di depan sebuah pintu apartemen mewah dengan gugup. Hanya menemani seorang tua main igo beberapa jam dan dia bisa membayar tunggakan sewa apartemennya, easy money, batin Hinata. Seandainya saja dia tidak perlu menggunakan uang bulanannya untuk mengganti laptop Tenten, teman sekelasnya, yang tidak sengaja dijatuhkannya hingga pecah berkeping - keping, dia tidak akan mau melakukan pekerjaan geisha gadungan seperti yang akan dilakukannya sekarang ini.
Gadis itu menghela nafas. Cepat lakukan dan selesaikan lalu ambil uangnya.  Dan setelah itu dia bisa kembali bekerja paruh waktu sebagai waiter di cafe selama libur sekolah seperti biasa. Begitulah rencana Hinata. Gadis cantik itu merapikan kimononya lalu setelah yakin penampilannya sudah rapi dia menekan bel.

"Siapa?" tanya sebuah suara dari interkom di atas bel pintu.

" Saya dari  Nara All In Service datang atas permintaan Tuan Namikaze." jawab Hinata.

" Masuklah." Setelah suara jawaban itu pintu otomatis itu terbuka. Hinata segera masuk ke apartemen mewah itu. Seorang pemuda bertubuh tinggi dan atletis berambut pirang, bermata biru dan berwajah tampan menatap Hinata dari atas ke bawah.

Mata biru pemuda pirang itu berbinar senang mengamati Hinata. Wajah cantik dengan kulit putih mulus, dengan mata beriris ungu pucat yang indah serta bibir mungil berwarna merah. Rambut panjang kebiruan yang dihiasi penjepit rambut berbentuk bunga himawari berwarna merah membuatnya semakin cantik. Lalu tubuh mungilnya dibalut dengan kimono ungu berbahan sutra yang melekat pas di tubuh Hinata, memperlihatkan bentuk tubuh mungil tapi berdada besar dan pinggang berbentuk biola itu. Seksi, batinnya. Pemuda pirang itu menelan ludahnya. Hinata bergidik ngeri melihat tatapan pemuda pirang itu yang seakan menelanjanginya.

"Maaf, Saya dari  Nara All In Service, saya datang atas pesanan Tuan Namikaze. Bisa saya bertemu dengannya?", tanya Hinata.

" Aku yang memesanmu untuk menemaniku."kata pemuda pirang itu.

Hinata kaget. Shikamaru bilang dia diminta menemani orang bermain igo. Bukankah permainan itu biasa dimainkan para orang tua? Apa mungkin pemuda pirang itu suka permainan kuno itu? Hinata membayangkan pemuda pirang tampan itu mengerutkan dahinya sibuk memikirkan strategi saat bermain igo. Benar-benar tidak pantas sama sekali. Hinata menggelengkan kepalanya menghilangkan bayangan aneh itu. Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan. Mungkin itu semacam hobi bagi pemuda pirang itu, pikirnya.

" Oya. Duduklah.", pemuda menunjukkan sofa ruang tamunya.

" Maaf merepotkan.", Hinata menunduk hormat lalu duduk di sofa.

"Siapa namamu?" tanya pemuda pirang itu.

" Hinata Tuan. Panggil saya Hinata. " jawab Hinata sambil tersenyum. Nama yang indah secantik orangnya, batin Naruto.

Hinata mengamati ruang apartemen itu. Ruangan apartemen itu bergaya eropa  dengan lantai marmer putih dan dinding bercat krem lembut. Langit-langitnya dihiasi gypsum dengan dekorasi melingkar yang terlihat rumit tapi indah dan sebuah lampu kristal yang tergantung di pusatnya membuat ruangan itu terkesan sangat mewah. Satu set sofa beludru berwarna putih berornamen emas tempat dia duduk dan lemari kaca berisi berbagai hiasan serta tirai cantik berwarna krem yang membingkai pintu kaca yang menghadap balkon semakin menambah indah ruangan itu.

"Apartemen Anda sangat indah." Hinata takjub dengan apa yang dia lihat.

" Benarkah? Trimakasih Hinata. " kata pemuda.

" Oya. Sebelum kita ke lanjut ke permainan kita, aku ingin mengajakmu minum sampanye, sebagai perayaan karena hari ini aku berulang tahun. Ini minumlah." pemuda pirang itu menyerahkan gelas bergagang tinggi berisi cairan bening  kuning keemasan dengan butiran  berkilau di dalamnya. Hinata menerimanya lalu mengamatinya.

Love ActuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang