Hinata baru saja mulai berjalan menuju ke stasiun kereta saat dia merasa seakan darah di kepalanya tiba-tiba kosong dan pandangan matanya menjadi gelap. Selanjutnya dia tidak sadar akan dirinya. Hinata pingsan. Namun sebelum tubuh Hinata jatuh dan membentur permukaan jembatan yang keras, seseorang menangkapnya.
Hinata membuka matanya di sebuah ruangan yang berbau obat. Selimut tebal membungkus tubuhnya dan AC di ruangan itu tidak terasa dingin sama sekali. Hinata lalu duduk.
" Kau sudah merasa baikan, Hinata?" suara lelaki yang sangat dikenalnya terdengar. Hinata kaget melihat Naruto berdiri di sudut ruang. Lelaki pirang itu berjalan menghampiri ranjang Hinata.
" Naruto.. " panggil Hinata pelan. Secara reflek tangannya memeluk selimutnya erat. Naruto kaget melihatnya.
" Apakah aku menakutimu?" tanya Naruto cemas. Lelaki pirang itu menjaga jaraknya dengan Hinata.
" Ti-tidak. Aku hanya sedikit kaget." Hinata menunduk.
" Apa benar kau akan pergi lagi?" tanya Naruto lagi.
" Ehmm.. Itu.. Aku rasa begitu." jawab Hinata gugup.
" Lalu kau akan menghilang lagi? Kau akan meninggalkanku dan Boruto lagi?" nada suara Naruto meninggi.
Hinata menatap wajah Naruto. Lelaki pirang itu terlihat marah." Bukankah itu yang kau inginkan? Bukankah kau tidak mau aku menemui Boruto lagi? " tanya Hinata sedih. Air matanya mulai turun dan membasahi wajahnya.
Naruto langsung emosi melihat Hinata, wanita yang sangat dicintainya itu menangis. Melihat wajah Hinata dibasahi oleh air mata kesedihan membuat hatinya terasa sangat sakit.
" Kapan aku mengatakan itu padamu?!" Naruto berteriak.
" Tapi saat itu kau melarangku untuk menyentuh Boruto. Kau juga tidak membolehkanku menemuinya kan?" ucap Hinata sedih. Dia mengusap air matanya dengan punggung tangannya. Hati Naruto serasa diiris melihatnya. Dia sudah tidak tahan lagi. Naruto segera memeluk tubuh Hinata erat.
" Bukan berarti kau harus menghilang dari hidupku dan Boruto! Kau tidak tahu bagaimana aku hampir gila karena mencarimu dan tidak bisa menemukanmu!" teriak Naruto putus asa.
Airmata lelaki pirang itu mulai membanjir di wajahnya dan menetes membasahi punggung Hinata. Hinata tersentak kaget merasakan basah di punggungnya dan langsung tahu itu adalah airmata Naruto." Naruto.." Hinata merasa sedih melihat lelaki yang dirindukannya selama ini menangis di depannya.
" Aku mohon padamu Hinata, jangan pernah menghilang lagi. Kau boleh saja menikah dan menjadi milik lelaki lain! Tapi jangan pernah menghilang lagi! Aku mohon..." Naruto memohon.
Hinata merasa sangat bersalah telah membuat Naruto menangis dan memohon padanya. Hinata merasa dirinya tidak berhak membuat orang yang dicintainya itu merendahkan dirinya sendiri seperti itu.
" Aku berjanji akan melakukan apapun yang kau dan Boruto minta." ucap Hinata.
Naruto terkejut mendengar ucapan Hinata. Lelaki itu segera melepaskan pelukannya dan menatap wajah Hinata.
" Bagaimana kalau aku minta kau menolak Gaara dan menikah denganku?" tanya Naruto.
" Apa?! Ke-kenapa kau tiba-tiba meminta hal seperti itu?!" gagap Hinata. Wanita itu benar-benar tidak menyangka Naruto meminta hal itu.
" Tadi kau bilang kau akan melakukan apapun yang kuminta." tuntut Naruto.
" Iya Ma. Mama mau kan jadi mamanya Boruto?" tiba-tiba Boruto muncul di ambang pintu. Bocah pirang itu langsung berlari menghampiri ranjang Hinata. Dia meraih tangan Hinata lalu memegangnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Actually
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto. REPUBLISHED, Mrate, 21+, naruxhina, sasuxhina, gaaraxhina, Naruto. Don't like don't read!! Jalan hidup Hinata yang berliku mempertemukannya dengan berbagai macam pria. Siapakah pria yang benar - benar mencintai Hinata ?