Relation

11K 301 16
                                    

Hinata berjalan menyusuri trotoar jalan. Matanya menatap konblok trotoar yang diinjaknya satu persatu. Ada yang berbentuk segi enam, ada yang persegi panjang, ada yang kecil dan ada yang besar. Warnanya juga bermacam - macam. Ada yang kelabu, merah dan ada yang dicat putih. Lalu ada aspal yang  dicat dengan garis - garis putih.

" Hey!! Tiinn!! Tiinn!!" Tiba-tiba suara teriakan dan klakson mengagetkan Hinata. Dia melihat sekitarnya dan mendapati dirinya ada di perempatan besar yang sangat ramai. Lalu ada seseorang yang memeluknya.

" Wooi! Kalau jalan lihat - lihat dong!!" teriak seorang pengendara mobil yang lewat di depannya dengan wajah marah. Hinata mengerjab bingung.

" Kau mau mati yaa?" Suara yang sangat dikenal Hinata terdengar.

Hinata menoleh dan melihat wajah Sasuke yang sedang memeluknya. Hinata melepaskan dirinya dari pelukan Sasuke.

" Kenapa kau memelukku?" tanya Hinata bingung.

" Aku baru saja menyelamatkanmu dari maut! Kau menyebrang jalan saat lampu hijau Hinata! Dan kau bertanya kenapa aku memelukmu? Hebat sekali! " teriak Sasuke kesal.

Hinata melihat wajah Sasuke sambil mencoba mencerna kata - kata pria tampan berambut hitam itu tapi otaknya seakan berjalan sangat lambat dan baru beberapa saat kemudian Hinata baru ingat harus mengucapkan sesuatu.

" Trimakasih. " ucap Hinata. Gadis itu lalu melihat sekelilingnya lalu berjalan kearah sebaliknya.

" Kau mau kemana?" tanya Sasuke.

" Ke cafe." jawab Hinata terus berjalan dengan sikap linglung.

" Ini hari Minggu Hinata. Cafe libur." ujar Sasuke. Lelaki berambut hitam itu melihat wajah Hinata sambil mengernyitkan wajahnya. Sedetik kemudian dia menyadari sesuatu.

Sasuke menggamit tangan Hinata lalu menariknya, membawa Hinata menuju suatu tempat. Apartemennya.

Hinata duduk di sofa berlapis kulit yang nyaman. Gadis itu melihat sekeliling ruang tamu apartemen Sasuke. Dia mengenalnya karena dulu sempat tinggal di sini beberapa hari sebelum Sasuke membeli sebuah apartemen untuk ditinggali Hinata. Gadis itu masih bingung kenapa dia bisa sampai di apartemen bossnya itu.

" Kenapa aku bisa sampai di sini? " Hinata berpikir keras.

" Oh! Jadi kau sudah sadar dan bisa mengenali tempatku sekarang?" tanya  Sasuke yang muncul dari dapur sambil membawa dua cangkir minuman lalu meletakkan salah satu cangkir berisi teh yang dibawanya di meja di depan Hinata.

" Lalu apa kau juga sudah ingat siapa aku?" tanya Sasuke serius. Hinata mendelik.

" Apa yang kau katakan Boss? Kau sedang stress?" tanya Hinata lalu mengambil cangkir teh di meja lalu meminumnya. Hinata merasa sedikit lebih segar setelah meminum teh hangat itu.

" Bukan aku yang baru saja menyeberang jalanan ramai saat lampu hijau kan?" sindir Sasuke sinis.

Hinata kaget mendengar ucapan Sasuke itu. Lalu perlahan ingatannya mulai kembali dan dia ingat Sasuke telah menyelamatkan dirinya dari maut. Hinata menatap Sasuke.

" Trimakasih sudah menyelamatkanku. " ucapnya.

" Hanya itu Hinata? Aku rasa jasaku pantas mendapat lebih dari sekedar ucapan trimakasih. " Sasuke mendekati Hinata.

Sasuke meletakkan cangkir kopinya di atas rak buku di belakang sofa yang diduduki Hinata. Lelaki tampan itu menunduk lalu mengendus leher Hinata, menghirup aroma wangi lavender dari tubuh gadis itu. Hinata merinding merasakan hembusan nafas hangat di lehernya. Sasuke menyentuh kedua pundak Hinata dengan lembut lalu menyandarkan dagunya di pundak Hinata hingga wajahnya menempel ke wajah Hinata.

Love ActuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang