Hinata bangun di ranjang dalam sebuah kamar mewah. Dia melihat sekeliling kamar dan melihat seorang pria tampan berambut merah tidur di sofa panjang di samping ranjang yang di tempatinya. Pria itu bangun saat mendengar derit ranjang ketika Hinata duduk.
" Nona? Kau sudah bangun? Syukurlah." ucapnya. Pria itu tampak lega melihat Hinata bangun.
" Anda siapa?" tanya Hinata bingung karena dia merasa tidak mengenal pria tampan berambut merah itu.
" Namaku Gaara. Aku yang menemukan Nona terbaring pingsan di stasiun." jelasnya.
" Jadi Tuan yang menolongku? Trimakasih banyak Tuan." ucap Hinata sambil menangis terharu. Kebaikan dan kepedulian Gaara sungguh bagai setetes embun yang menyejukkan di hatinya setelah mengalami hal - hal buruk seharian.
" Nona tidak apa-apa? Apakah tubuh Nona masih sakit?" lelaki itu panik melihat Hinata yang tiba-tiba menangis.
" Aku tidak apa-apa Tuan. Aku hanya terharu dengan kebaikan Tuan yang bersedia menolong saya, orang yang tidak Anda kenal" ucap Hinata sambil mengusap airmatanya.
" Jangan pikirkan itu Nona. Oya Nona, aku tidak bisa menemukan kartu identitasmu jadi aku tidak bisa mengantarkanmu ke alamat rumahmu. Tapi aku juga tidak bisa meninggalkanmu begitu saja. Jadi.." pria tampan itu tampak bingung. Hinata melihat pria itu penasaran dengan apa yang akan dikatakannya.
" Ada apa Tuan?" tanya Hinata.
" Aku terpaksa membawamu ke sini. Kita ada di Kota Suna sekarang." kata Gaara terlihat merasa bersalah. Hinata tersenyum." Anda tidak perlu merasa bersalah Tuan Gaara. Saya sudah cukup bersyukur Anda mau peduli dan menolong saya. Lagipula saya dulu pernah tinggal di Kota Suna atas pertolongan seseorang juga. Saya rasa Kota Suna berisi orang - orang baik. Saya rasa saya akan lebih tenang hidup di sini." Hinata bicara panjang lebar.
" Jadi kau tidak keberatan aku bawa ke sini?" tanya Gaara meyakinkan Hinata.
" Tidak sama sekali Tuan Gaara. Saya rasa tidak ada seorangpun yang mengharapkan kehadiran saya di Konoha." jawab Hinata sedih.
" Kalau begitu baiklah. Tapi jangan panggil aku Tuan lagi. Panggil saja aku Gaara. Oya, siapa namamu Nona?" ucap pria tampan berambut merah itu sambil tersenyum.
" Nama saya Hinata. Panggil saya Hinata. " ucap Hinata.
" Pamaaan! Paman sudah pulang?" tiba-tiba seorang anak kecil dengan rambut diikat keatas mirip nanas berumur sekitar tiga tahun menghambur masuk ke kamar lalu memeluk Gaara hingga tubuh pria tampan itu terdorong ke sandaran sofa yang didudukinya. Hinata langsung teringat Boruto saat melihat bocah kecil itu. Mereka pasti seumuran.
" Ugh.. Shikadai. Kau harusnya mengetuk pintu dulu saat akan memasuki kamar orang." nasehat Gaara pada bocah kecil yang terus memeluknya dengan manja.
" Itu terlalu merepotkan Paman." jawab bocah itu merengut.
" Hahh kau ini. Kau benar - benar sangat mirip dengan ayahmu." Gaara menghela nafas lelah.
" Itu bagus kan Paman? Mereka bilang ayahku itu jenius." kata bocah nanas itu bangga.
" Itu benar sekali. Kalau tidak mana mungkin dia bisa menjerat mamamu yang galak itu." kata Gaara sambil tersenyum lalu memeluk bocah bernama Shikadai itu penuh kasih sayang.
Hinata menatap bocah kecil itu dengan seksama. Dia merasa pernah melihat wajah bocah itu tapi lupa. Mata sipit dan rambut nanas, di mana dia pernah melihatnya, pikir Hinata sambil terus menatap bocah nanas itu.
" Kenapa kau terus menatapku Bibi. Dasar merepotkan!" ucap bocah itu kesal.
Hinata membelalak kaget mendengar ucapan bocah nanas itu." Kau! Shikamaru! Kenapa kau bisa mirip dengan Shikamaru? Bahkan gaya bicaramu juga!" Hinata menunjuk wajah Shikadai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Actually
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto. REPUBLISHED, Mrate, 21+, naruxhina, sasuxhina, gaaraxhina, Naruto. Don't like don't read!! Jalan hidup Hinata yang berliku mempertemukannya dengan berbagai macam pria. Siapakah pria yang benar - benar mencintai Hinata ?