Betrayal

10.1K 223 6
                                    

*****

Naruto menangkup wajah Hinata dan menatap wajah cantik itu. Dibelainya wajah yang terasa sangat halus itu dengan perlahan.

" Kau sangat cantik. " bisiknya. Hinata merona mendengar ucapan Naruto itu. Dia menunduk, menyembunyikan wajahnya yang terasa panas. Naruto memegang dagu wanita itu lalu mengangkatnya hingga wajah kemerahan Hinata menengadah dan melihat wajah Naruto. Tatapan lembut mata biru Naruto itu membuat jantung Hinata berdebar kencang.

" Naruto.. " suara Hinata bergetar.
" Tetaplah bersamaku Hinata. Jangan pergi lagi." Naruto mencium bibir Hinata.
" Naruto.. " Hinata tidak bisa berkata-kata mendengar permintaan Naruto.
" Aku mohon.." bisik Naruto sambil menatap wajah Hinata.
" Aku..." Hinata bingung harus berkata apa.

Sejenak Naruto dan Hinata bertatapan. Naruto menatap wajah Hinata dengan perasaan berdebar menunggu jawaban gadis itu. Namun melihat wajah cantik Hinata yang memerah dan terlihat bingung itu membuat Naruto benar-benar tidak tahan. Naruto segera mencium bibir Hinata dengan ganas.

Naruto menciumi bibir dan wajah Hinata sementara tangannya membelai rambut panjang Hinata yang terasa lembut di tangannya. Dia menyibakkan rambut gadis itu lalu mencium dan menjilat leher putihnya. Naruto membelai punggung Hinata lalu turun ke pinggang ramping itu kemudian berhenti di bongkahan seksi pantat gadis itu. Lelaki pirang itu meremas pantat seksi itu sambil terus mencium bibir Hinata. Tangan Naruto menyingkap gaun ungu Hinata lalu menyusup ke celana dalam gadis itu. Hinata langsung mendorong tubuh Naruto menjauhinya.

" Kau gila?! Kalau ada yang melihat kita bagaimana?!" Hinata melihat sekeliling halaman belakang rumah keluarga Namikaze. Naruto tidak memperdulikan ucapan Hinata dan menarik tubuh Hinata kembali mendekat.

" Mmhhhh! " Hinata tidak bisa berkata - kata lagi saat Naruto memeluk pinggang rampingnya erat lalu mencium, melumat dan menghisap bibirnya.

Awalnya Hinata segan menuruti keinginan Naruto karena merasa akan sangat tidak sopan bercinta di dalam rumah besar keluarga Namikaze itu, tapi ciuman lelaki itu membuatnya terhanyut. Tanpa sadar Hinata mengalungkan lengannya ke leher lelaki pirang itu dan membalas ciuman Naruto. Mereka saling melumat dan menghisap dengan ganas. Naruto mengangkat tubuh Hinata lalu menarik kedua paha Hinata dan mengaitkannya satu sama lain di belakang pinggangnya seperti panda lalu membawa Hinata masuk ke kamarnya.

Naruto membaringkan tubuh Hinata sambil terus mencium bibir Hinata. Naruto melucuti gaun ungu Hinata lalu melepaskan bra yang menutupi gundukan payudara besarnya.

"Ngghh" Hinata menahan desahannya saat Naruto menghisap putingnya dan meremas payudaranya.

" Hahh..ja..ngan..ahh!" Hinata tidak bisa menahan desahannya ketika jemari Naruto menyusup ke celana dalamnya lalu menyentuh dan memainkan klitorisnya hingga membuat Hinata merasakan nikmat.

" Aaahh! Tidaak!" Hinata menjerit. Dia mencapai klimaks dalam waktu singkat. Cairannya membuat celana dalamnya basah seketika.

Naruto menarik lalu mencampakkan celana dalam Hinata itu ke lantai kemudian menurunkan celana dan celana dalamnya sendiri sekaligus hingga penis besarnya yang sudah tegang terlihat.

" Mmmhh!" Hinata menutup mulutnya, menahan jeritannya, saat Naruto langsung menusukkan penis besarnya itu ke lubang vagina Hinata. Naruto mulai menggerakkan penisnya  keluar masuk lubang basah itu dengan cepat, membuat Hinata mati - matian menahan jeritannya, tidak ingin penghuni rumah keluarga Namikaze itu mendengar suaranya dari kamar Naruto.

"Aahhh!" Hinata akhirnya menjerit kencang saat Naruto meremas kedua payudaranya lalu menghisap putingnya sambil terus menggerakkan penisnya. Kenikmatan yang dirasakannya membuat pertahanan Hinata runtuh hingga dia tidak bisa lagi mengendalikan suara desahannya.

Love ActuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang