Selamat Ulang Tahun

2.8K 181 2
                                    

"PAK Abiandra tumben bener kosong. Biasanya juga semangat 86 doi," Agus yang tengah merenggangkan otot-ototnya karena terlalu lama bermain game.

Spontan, Zara yang tengah menelungkupkan kepalanya mendongak. Kalau dipikir-pikir, memang benar yang dikatakan Agus. Karena waktu sudah menunjukkan jam Pak Abiandra kurang sepuluh menit dari total sembilan puluh menit tadi.

"Iya, ya Ra? Kemana tuh Bapak Ganteng?" tanya Dira yang saat ini duduk di sebelah Zara.

"Nggak tau gue," jawab Zara.

"It, lo wa dong Pak Ganteng," pinta Dira kepada Ita.

Ita menoleh, "Nggak deh. Makasih. Palingan juga dibaca doang."

Zara terkikik. Pak Abiandra gitu, bawaannya android tapi buka hp jarang banget. Ketauan banget ngga ada yang ngechat. Biasanya kalau di-wa, Pak Abiandra bukanya lima puluh menit setelahnya. Syukur-syukur dibales "iya mks" biasanya aja ngga dibales.

"Sia-sia dong nih kita masuk hari ini kalo ngga dapet vitacimin," kata Uci yang membuat seisi kelas riuh tertawa.

"Iya nih. Nggak dapet vitamin D," tambah Alifah.

"Hah? Vitamin D, vitamin apaan tuh, Fah?" tanya Zara.

Sambil tersipu, Alifah menjawab, "Vitamin D, daddy."

Seisi kelas tertawa goblok.

"Ya Allah, ceuna-ceuna akuh.. Istigfar dong sobat-sobat.. Pak Ganteng tuh udah tua--"

"Tua--tua, lo juga mau aja, Dir kalo dikasih!" potong Alifah.

Menimpuk punggung Alifah, Dira melanjutkan, "Yee, gue belum selesai ngomong. Pak Ganteng tuh emang udah tua, tapi kita tetap i lov ya. Ya gak?"

Tertawa, Zara dalam hati juga merasa sedikit jijik jika mengingat tingkah Pak Abiandra waktu itu. Ewh.. Apalagi jika ingat surat cintanya yang...

Ewh abis.

Berasa kayak simpanan om-om.

"Tapi kan, Pak Ganteng lo juga fana, Dir?" tanya Ibran.

"Yee, justru itu Bran. Pak Ganteng emang fana, tapi kita juga harus tetap cinta dong, ya?" jawabnya, kembali mengundang tawa.

"Gue mau ke kamar mandi nih. Siapa mau ikut?" tanya Zara kepada teman-temannya.

Mengangkat tangannya tinggi-tinggi, Kahfi bangkit bersemangat, "Gue! Gue! Gue mau nemenin lo, Ra!"

Sontak, Zara melirik sinis ke arah Kahfi. Yang membuat Kahfi fokus kembali ke gamenya.

"Yuk, Ra. Gue mau ke kamar mandi, lah. Cari udara seger. Kalo ada sekalian ketemu guru seger," kekehnya.

*

"Pak Abiandra di kelas lo juga kosong, Ca?" tanya Dira saat di jalan berpapasan dengan Caca.

Caca mengangguk, "Iya. Lo ngga dikasih kabar dia kemana?"

Menggeleng, Dira menambahkan, "Engga. Emang lo dikasih kabar, Ca?"

"Iya. Tadi nelpon gue, katanya dia mau tes gitu," jawab Caca.

"Tes apa?" tanya Dira lagi masih penasaran.

"Ngga tau, lo kira gue emaknya!" protesnya. "Temen lo kenapa tuh, sepet amat mukanya."

Zara melirik Caca sinis, "Apa dah."

Setelah Caca berlalu, Zara dan Dira saling lirik. Memberikan tatapan aneh yang langsung dipahami oleh mereka berdua. Kode gawat, darurat. Nyinyir siap dengan gosip terbaru.

AdiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang