Kemeja Navy Pak Abiandra (Bonus)

3K 83 12
                                    

INI CERITANYA DULU YA, PAS PAK ABIANDRA BARU JADIAN AMA ZARA. OK

Pak Abiandra merombak stylenya. Nggak mati-matian juga sih, tapi sudah cukup untuk membuat orang-orang tau bahwa ada yang tidak beres hari ini. Rambut yang rapi setelah dicukur, kumis yang tertata teratur, bibir yang selalu melengkung membentuk sabit, kemeja baru yang rapi dengan warna yang ceria dimasukkan celana, dan... sepatu yang menimbulkan suara ketika beradu dengan lantai setiap kakinya beranjak.

Ini Pak Ganteng kenapa sih?

Aura bahagianya tuh muncul banget gitu. Seperti biasa, menambah kegantengannya yang sebentar lagi akan menyentuh angka 100%. Sempurna!

"Selamat pagi anak-anak," sapa Pak Abiandra yang spontan menghentikan aktivitas siswa-siswi di kelas. Kaki jenjangnya melangkah lebar menuju meja guru diiringi suara sepatunya yang beradu. Tak lupa, seulas senyum ia sunggingkan untuk seluruh muridnya.

"Pagi, Pak."

Semuanya terheran, mengamati tingkah Pak Abiandra yang sepertinya tengah mengalami puber. Semerbak harum tercium memenuhi ruangan itu. Sial, nilai plus satu lagi.

"Hari ini kita belajar lingkaran ya anak-anak. Yang nggak berujung, kayak cinta saya ke kalian.."

Krik.. Krik..

"Ra, Pak Ganteng salah makan kali ya?" tanya Dira, dijawab dengan kikikan Zara.

Pak Ganteng ini, udah ganteng, gemesin, bucin pula.

Menjelaskan ngalor-ngidul dengan mata yang sesekali melirik genit ke arah Zara, Pak Abiandra nampak serasi dalam balutan kemeja navy yang ia padukan dengan celana bahan warna hitam. Tak lupa, jam tangan warna silver yang selalu melingkari tangannya.

"Ini abis pelajaran siapa ya?" tanyanya saat melihat coretan bahasa Indonesia.

"Bu Rina, Pak. Bahasa Indonesia," jawab salah satu dari mereka.

"Bagus juga ya tulisannya, rapi," pujinya sembari menunggu anak-anak mengerjakan soal.

"Kalau paling bagus tulisan guru siapa?" tanya Pak Abiandra lagi.

"Ya Bapak lah!" celetuk Dira dengan selamat 45.

Seisi kelas tertawa, meledek Dira. Begitu pula Pak Abiandra yang sedang terbahak mendengar celetukan Dira.

"Ah, enggak. Bisa aja kalian," ucap Pak Abiandra malu-malu.

Sialan, kenapa gemes sih?

"Saya itu hari ini lagi seneng banget, anak-anak," ucap Pak Abiandra.

Euy curhat euy.

"Iya Pak, keliatan kok.." jawab Dira lagi.

"Hahaha, saya mau menyebarkan aura positif nih. Gimana, udah kerasa?" tanyanya.

Semua tertawa. Kenapa narsis banget sih?

"Bapak mah auranya positif terus," ucap Zara.

Sialan. Udah tau ada api, masih aja mancing nyiram minyak.

"Sepertinya kamu paling ngerti saya ya, Azzara.."

Kampret, udah lemes ini kaki.

"Udah jangan ngobrol mulu, kerjain ya.." ucapnya.

Kemudian, ia berkeliling kelas. Melihat satu persatu pekerjaan murid-muridnya.

"Gimana? Bisa?" tanyanya kepada Zara, sembari menumpukan tanganya.

"Iya, bisa Pak.." jawab Zara.

"Kalau Dira, bisa?" tanyanya.

Dira mengangguk, "Kalau Bapak, bisa nggak?"

"Hmm? Bisa apa?" tanyanya.

Asem. Ham hem ham hem.

"Bisa anggap saya lebih dari murid nggak?" tanyanya, disusul gelak tawa Pak Abiandra.

"Anak jaman sekarang, sukanya gombal-gombal mulu," kekehnya. "Kalau jaman saya, gombal yang ngetop itu pakai rumus kimia."

"Gimana pak? Gimana?" tanya Dira memancing.

"Aku ingin mengisi ruang orbital kosong di hatimu, walau ku tau kulit terluarmu tak mungkin ku gapai.."

Semua menahan tawa.

"Jangan ah, kan ini ceritanya cinta saya nggak bertepuk sebelah tangan," ucapnya.

"Ya Allah Pak, jadi beneran nih nggak ada peluang lagi untuk kita?" tanya Dira.

"Maaf Dira, udah penuh. Diameter cinta saya ke dia sudah memenuhi hati saya sih," ucapnya jujur yang kemudian disusul cie dari murid-muridnya.

"Pak, boleh tanya tugas matematika umum nggak?" tanya Ibran.

Asemmm asemm. Lagi sesi curhat malah dipotong tugas, kan kampret.

"Iya, yang mana?" tanya Pak Abiandra.

"Yang bab turunan fungsi Pak. Kalau yang se per akar x itu gimana ya Pak?" tanyanya.

"Ooh, itu, ngerjainnya kayak materi eksponensial Iben waktu kelas sepuluh. Siapa sih gurunya?" ucap Pak Abiandra.

Semua tertawa. Ini Bapak kenapa narsis banget, Ya Allah?

"Pak, hepi banget ya?" tanya Iin.

"Iya dong hepi, kalian juga, harus hepi. Semangat!"

Kemudian, tak lama, bel pergantian pelajaran berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemudian, tak lama, bel pergantian pelajaran berbunyi. Dengan aura positif yang diikuti 1001 pesonanya, Pak Abiandra meninggalkan kelas setelah mengucap salam dan menutup pertemuan. Sampai di pintu, ia berbalik lagi.

"Lho, kok ponsel saya hilang ya?" ucapnya.

Kemudian, ia bolak-balik di meja guru. Mencari ponselnya di mana-mana.

"Gib, ponsel saya nggak ketinggalan di belakang?" tanyanya.

Giben mencari, "Enggak kok, Pak."

"Gue yakin, kalau sampai ada di bawah taplak, Pak Abiandra jodoh gue!" kikik Dira.

"Perasaan saya udah bawa kok.. Apa ketinggalan dimana ya?" tanya Pak Abiandra heran.

"Nggak kok Pak, tadi udah main hp kok Bapak," ucap Dira.

"Anjir lu keliatan merhatiin mulu," kikik Zara.

"Di bawah taplak meja coba, Pak," ucap Dira.

Pak Abiandra kemudian membuka taplak itu, dan menemukan ponsel warna hitamnya tergeletak di sana. Melihat ke arah Dira dan Zara, Pak Abiandra tersenyum malu. Setelah mengucapkan terima kasih, ia kemudian keluar dengan malu-malu.

Kok gemes?

3-04-19

AdiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang