Bapak Lelakiku

2.8K 178 6
                                    

SUDAH agenda wajib bagi SMA Lentera untuk mengadakan acara besar-besaran dalam rangka memperingati hari ulang tahun sekolah. Tahun ini, acara yang mereka lakukan cukup besar sehingga sangat menyita waktu pengurus OSIS. Seperti satu minggu kemarin, semua pengurus OSIS diberikan dispensasi free kbm. Sangat tidak efektif memang, tapi harus dilakukan demi kelangsungan HUT meriah SMALEN.

Muridnya yang lain?

Jangan ditanya.

Mereka pada nge-free, nge-free sendiri. Apalagi, besok akan diagendakan acara jalan santai dan potong tumpeng pasca acara lain yang sudah dilakukan dua hari lalu.

Apalagi kelas Zara, beuh. Nggak pada ikut lomba, cuma tiduran di kelas sambil nonton film. Dicariin guru ya udah pintunya kunci aja dari dalem. Keluarnya ya kalo cuma kencing sama jajan. Udah gitu aja.

"Zar, jajan yuk?" ajak Kahfi.

Zara menengok, "Kok gue, Kah, tumben?"

"Lo kok manggil Kahfi, Kah sih? Ikah ikeh kayak apa aja," protes Ibran.

"Ye apa sih lo ga jelas banget, Bran!" jawab Zara.

"Lo baper jangan-jangan, Ra, gue ajak ke kantin?" tanya Kahfi dengan suara toa.

Zara melotot, kemudian berjalan ke arah Kahfi untuk memukulnya. Kahfi berlari, menghindari pukulan Zara. Bingung karena kelas penuh, Kahfi mengambil langkah seribu untuk keluar dari kelas. Disusul Zara yang memaksa keluar karena pintunya ditutup Kahfi kuat-kuat.

"Woy, buka woy! Anjir!" teriaknya.

Dengan segenap tenaga dan teriakan cempreng ala Zara, akhirnya pintu terbuka. Namun naas, Kahfi ikut berlari bersamaan dengan pintu yang terbuka itu pula. Zara mengejar Kahfi, sampai akhirnya dia berhasil menangkap Kahfi di depan kamar mandi.

Setelah mendapat mangsanya, Zara kemudian memukuli Kahfi habis-habisan.

"Ampun Zar, ampun!! Iya iyaa gue ngga ada maksud apa-apa... Gue traktir siomay deh?" tawarnya.

"Lo pikir harga diri gue cuma sebatas siomay apa?" makinya sambil terus memukul Kahfi.

"Sorry Zar.. Sorry.. Udah ya gue... Lariiii!!"

Zara terdiam. Melepaskan sia-sia Kahfi dari tangannya. Bukan karena dia melihat sosok hantu di kamar mandi. Lebih menyeramkan dari itu.

Di wastafel, manusia dengan otot wajah tegang itu baru saja meliriknya sinis. Mencuci tangan dengan kasar. Kemudian keluar dan menuju kantor tanpa memandang Zara sekalipun, seolah penuh kebencian.

Anjir, drama apalagi ni Bapak-bapak?

*

Puncak dari kegiatan HUT selama ini adalah jalan santai. Pasca potong tumpeng tadi, berawal dari gerbang sekolah dan mengitari daerah sekitarnya yang kira-kira satu kilometer, akhirnya perjalanan yang sungguh santai itu berakhir. Kalau ditanya apakah Zara dan kawan-kawannya lelah, jawabannya adalah enggak.

Bukan karena Zara dan kawan-kawan melakoninya dengan gembira, tapi karena Zara dan kawan-kawannya belok ke tempat penjual soto belakang sekolah. Abis itu, semua selesai tinggal potong jalan sambil masukin tiket dan nunggu door prize asique.

"Ra, kantin yuk? Pengen steak ayam, deh.." ucap Dira.

Zara melongo, "Seriusan udah laper lo, Dir?" tanyanya.

Dira mengangguk, "Yuk.. Yuk? Dari pada di sini bosen banget ga sih? Nggak ada yang manggung juga!"

Zara tertawa, menyetujui. Jujur aja, garing abis coy.

AdiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang