Is It Impossible?

2K 147 2
                                    

MAS Opi, kemarin tiba-tiba dengan brutalnya menarik paksa Zara dari zona nyamannya. Mengajaknya keluar dan menginap di rumahnya untuk beberapa malam. Yovi Pratama, adalah seseorang yang Zara takuti dibanding papanya. Dengan Hari, Zara masih berani menolak. Tapi kalau dengan Yovi, jangankan menolak, untuk bilang nanti saja dirinya tidak berani. Bisa-bisa Zara habis dinyinyirin pake mulut Yovi yang kayak abis diulek sambel.

Zara juga bingung kenapa Mbak Dila mau-mau aja diajak nikah Mas Yovi. Padahal, dilihat dari wajahnya saja Mas Yovi tuh udah nakutin banget. Alisnya tebel, naik. Persis kayak pemeran antagonis di sinetron-sinetron. Kalau ditanya, jawabnya semaunya. Kalau mau jawab, enggak mau ya diem aja. Sumpah, nyebelin abis.

Anehnya, meskipun nyebelin, Zara justru palinh takut banget sama Mas Yopi. Jadi ceritanya, kata tetangga-tetangganya, dulu pas Zara dan Mas Opi masih kecil, mereka tuh akur banget kayak lem sama perangko yang selalu lengket. Kata lambenetonggo, Zara tuh nggak mau pake baju kalau bukan bekasnya Mas Opi. Ke mana-mana bareng, akur banget deh. Ngehe nggak tuh?

Pas gedenya, beuh jangan ditanya. Kata-kata admin lambenetonggo berputar 180 derajat. Jangankan mau ke mana-mana bareng, di rumah berdua aja canggungnya Masha Allah. Mau ngobrol paling juga sepatah dua patah kata. Mau ngatain, ntar bakalan dibales yang lebih pedes dari lambenetonggo.

"Zara, besok bantuin Mbak masak ya? Temen-temen Mas kamu mau ke sini soalnya," ucap Mbak Dila saat Zara tengah melihat-lihat isi kulkas Mas Opi, barangkali ada es krim atau coklat terselubung di dalamnya.

"Zara, besok bantuin Mbak masak ya? Temen-temen Mas kamu mau ke sini soalnya," ucap Mbak Dila saat Zara tengah melihat-lihat isi kulkas Mas Opi, barangkali ada es krim atau coklat terselubung di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zara mengangguk, "Iya Mbak. Beres."

"Bisa goreng-goreng kan kamu? Masa iya besok kamu cuma bantu kupas bawang?" tanya Mbak Dila dengan nada bercanda.

Zara memutar matanya malas, "Ya Allah, Mbak. Zara itu calon istri yang potensial banget, loh."

Mbak Dila tertawa. "Kata Masmu, nanti juga ada gurumu itu, loh."

Kali ini, Zara benar-benar mengamati Mbak Dila. Gurunya, katanya? Astagfirullah, maksudnya Pak Ganteng? Kan cuma dia satu-satunya guru yang jafi temannya Mas Opi? Atau ada lagi?

"Pak Abiandra itu, Mbak?" tanya Zara.

Mbak Dila mengangguk, "Iya. Andra kan?"

Zara mengangguk. Dirinya ingin bertanya lebih, sebelum panggilan dari Mas Yopi menginterupsi percakapan mereka.

*

"Zar, kamu tolong taruh tumisnya di meja, ya?" ucap Mbak Dila.

Zara mengangguk, "Iya Mbak."

Selanjutnya, Zara mengambil tumisan beberapa sayuran itu, kemudian meletakkannya di meja. Tamu Mas Yovi sudah ada yang datang, itulah sebabnya dirinya sendirian di dapur. Mbak Dila sudah maju di ruang keluarga mendampingi Mas Opi seperti biasanya.

AdiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang