SMA Lentera pagi ini terlihat ceria. Dengan gantungan warna-warni di sana-sini merayakan Sumpah Pemuda. Memperingati perjuangan pahlawan bangsa yang telah gugur memperjuangkan Indonesia. Salah satu cara untuk menanamkan rasa nasionalisme pada diri anak bangsa, yang dalam era sekarang ini tergerus waktu. Tapi terkadang mereka menganggap bahwa kegiatan yang diharapkan untuk memupuk rasa nasionalis itu adalah kegiatan tidak berfaedah. Sehingga banyak yang datang hanya untuk absen pagi dan siang lalu pulang.
Zara dengan celana training selutut miliknya sudah berada di kelas dengan merah putih di pipinya. Nanti, dirinya akan mengikuti lomba bakiak yang dilangsungkan sekitar pukul sembilan. Sekarang, dirinya dan teman-teman sekelasnya akan menjadi tim penggembira futsal laki-laki. Lomba dalam rangka apapun, di manapun, nyambung atau enggak, yang penting ada futsal. Mau lomba kemerdekaan, class meeting, ulang tahun sekolah, intinya ada futsal. Tapi yang paling penting hari ini, guru-guru yang sudah dibagi menjadi beberapa tim juga akan ikut memeriahkan Sumpah Pemuda.
"Ayooo tim tiga satu tekad jiwakuuuuh!!" teriak Dira heboh. Padahal, tim tiga masih main urutan kedua.
"Belum mulai goblok," sahut Ibran.
Dira tertawa.
"Widiiih, vitamin see nih," ucap Ita tiba-tiba.
"Hah? Mana-mana? Siapa, Ta?" tanya Uci.
"Tuh," tunjuk Ita. Dagunya menunjuk ke arah kantin yang hanya memperlihatkan kursi paling ujung.
Weits, tapi tunggu dulu. Di kursi paling ujung tersebut justru terdapat guru ganteng Lentera punya. Rambutnya paripurna banget today, pake baju lengan pendek yang membuat doi keliatan macho seperti biasa. Beuh, aura kegantengannya membuat semangat berjuang mudi-mudi Lentera cuy. Karena Indonesia sudah merdeka, mudi-mudi Lentera juga kepengen dong memerdekakan namanya di hati doi. Kiw kiw.
Dalam hati, Zara menyumpah teman-temannya yang genitnya selalu nggak bisa dikondisikan. Dira tertawa, menyenggol-nyenggol Zara.
Sementara Karin sudah beraksi dengan hengpong jadul miliknya seperti biasa. Memotret setiap pergerakan Pak Abiandra yang membuat Zara tergelitik sekaligus ngeri. Nantinya, foto kabur-kabur ala hengpong jadul itu akan dikirim di grup peyempuan lalu menjadi konsumsi publik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiksi
General Fiction"Kayaknya saya percuma deh jadi guru Matematka." "Loh, kenapa gitu, Pak?" "Percuma saya pinter grafik eksponensial kalau ga bisa jadi imam yang potensial buat kamu." - - - 8 Juni 2018