Ini gue,
Azzara Maharani.
Sosok yang selalu diceritakan dengan indahnya. Enggak, bukan indah. Tapi konyol. Kata Mama, Maharani artinya putri atau ratu yang bijaksana. Mama sama papa berharap, gue bisa menjadi orang yang bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan. Seperti halnya keputusan gue mengenal Pak Abiandra lebih dalam. Bijaksana bukan? Kalau Azzara, gue nggak tau artinya apa. Tapi kata papa, doi cuma pengen aja gitu ngasih nama gue Azzara. Mungkin, udah takdir biar bisa digombali Pak Abiandra buat meng-Azza-ri doi menjadi imam.
Kalian tentu tau apa yang terjadi dengan gue dan Pak Abiandra. Mulai dari pengenalan, gombalan receh manjalitah yang nggak endolita banget. Gue tau, beberapa dari kalian pasti berhenti baca diawal karena mungkin berpikir jijik. Mereka-mereka yang nggak nerusin mungkin ga bisa baca ini.
Buat kalian yang setia ngikutin cerita bodoh gue dan Pak Abiandra,
Gue tau mungkin kalian merasa jijik, geli. Nggak apa-apa. Gue pun begitu waktu awal-awal gue sama Pak Abiandra barengan. Tapi lama-lama gemes kan?
Gue merasa, gue imbang sama baby girl para sugar daddy. Usia kami terpaut jauh, gue sama dia nggak sepermainan. Gue sama dia kayak jadi om sama keponakannya. Tapi kata dia, meskipun kita ngga seumur, dia mau seumur hidup sama gue. Ya, Pak Abiandra dengan seribu satu gombalan recehnya yang selalu ngebuat gue uWu-uWu, dulu.
Pak Abiandra dengan segala kehangatannya menawarkan gue sosok yang ngga akan tergantikan. Sosok yang bisa ngemong gue setelah papa. Bahkan, Mas Opi pun kalah dengan Pak Abiandra. Perlahan, gue mulai membuka hati untuk Pak Abiandra, meskipun gue nggak tau apakah Pak Abiandra jatuh cinta sama gue atau cuma mainin gue. Yang gue tau, Pak Abiandra baik, pengertian, penyayang. Dan semoga, dia nggak begitu ke semua orang.
Pak Abiandra mewarnai hari-hari SMA gue yang kelabu, jika tanpa Dira dan kawan-kawan. Gue nggak pernah punya pacar, sekalipun. Cuma Pak Abiandra satu-satunya orang yang dateng ke gue dan menawarkan cinta dengan gamblangnya. Cuma dia yang rela mempertaruhkan apapun demi gue. Tapi sayangnya, yang dia pertaruhkan itu justru membuat gue menjauh.
Gue nggak tau gimana Pak Abiandra di luaran sana. Yang gue tau, Pak Abiandra laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Buktinya, Mas Opi pun merestui gue dengan Pak Abiandra. Tapi gue tau, semenjak gue berniat untuk jemput Pak Abiandra dan melihat dia larut bersama dunianya, gue tau bahwa gue bukan apa-apa. Pak Abiandra punya sisi lain yang nggak pernah bisa gue selisik, nggak akan pernah bisa gue kulik, apalagi gue masuki. Mungkin iya, Pak Abiandra akan mengizinkan gue untuk masuk ke dalam sisi itu, tapi mungkin bukan untuk mengajak gue bergabung di dalamnya. Ketika itu, gue tau, bahwa ada sosok perempuan di depannya, yang mungkin memang nggak ada kaitan masa lalu dengan Pak Abiandra, tapi kayaknya dia memang akan menjadi bagian dari masa depan Pak Abiandra. Sosok sempurna yang lebih dewasa dari gue, yang lebih cantik dan mapan dari gue. Sosok yang sanggup membuat Pak Abiandra menatapnya sama seperti dia menatap gue. Sejak pertemuan pertama gue dengan sosok itu, gue tau, ada sekat tak kasat mata antara gue dan Pak Abiandra. Ada tembok tinggi di antara kita yang tidak seorangpun bisa meruntuhkannya.
Sampai ketika malam itu datang. Malam di mana gue melihat sisi liar Pak Abiandra. Gue ingat dengan jelas, gimana Pak Abiandra membuai perempuan itu dengan penuh cinta, tanpa paksaan. Gue yakin, Pak Abiandra nggak mabuk. Pula, kalau dia mengonsumsi beberapa teguk minuman keras, nggak akan sampai membuatnya hilang kendali. Pak Abiandra melakukannya karena ingin, karena ia mau.
Gue nggak akan menyalahakan Pak Abiandra, tapi bukan berarti perempuan itu bisa gue salahkan. Gue tau, ada gairah yang meletup-letup di antara mereka. Ada rindu yang tersalurkan saat lidah mereka saling berpangutan. Tak lupa, luapan cinta yang membuncah terpancar dari tatapan mereka tatkala kening mereka bertaut dan pandangan mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiksi
Ficción General"Kayaknya saya percuma deh jadi guru Matematka." "Loh, kenapa gitu, Pak?" "Percuma saya pinter grafik eksponensial kalau ga bisa jadi imam yang potensial buat kamu." - - - 8 Juni 2018