Hugostone Academy

1.5K 143 13
                                    


Peri.

Kalian percaya akan adanya mahluk bersayap itu?

Well, mahluk dengan sayap putih serta penuh kebaikan yang selalu menjadi dongeng pengantar tidur bagi anak-anak. Cinderella akrab dengan mahluk itu. Ia menyebutnya ibu peri.

Aku sebenarnya bukan orang yang suka akan jenis mahluk terbang dengan cahaya menyilaukan seperti itu. Ya, aku benci mereka.

Aku selalu berharap jika selamanya mereka hanya akan menjadi dongeng bersama Cinderella. Tidak pernah nyata dan hanya akan menjadi apa yang orang sebut imajinasi.

Tapi itu tidak akan terjadi.

Karena aku hidup dengan mereka.

Ya, mahluk itu ada di sekitarku. Terbang dengan sayap kebanggaan mereka yang sebenarnya tidak ada bagus-bagusnya sama sekali. Dan tertawa dengan suara paling menyebalkan sepanjang masa.

Ya. Itu benar. Kami, manusia hidup berdampingan dengan mahluk sombong itu.

Aku tidak tahu bagaimana para leluhur kami membuat perjanjian sehingga kami bisa hidup berdampingan dengan aman. Yang jelas, hingga hari ini, jam ini, menit ini dan detik ini, hingga aku menceritakan ini pada kalian, kami, manusia dan para peri itu hidup bersama. Berdampingan dengan damai tanpa adanya permusuhan.

Ya. Tanpa adanya permusuhan.

Kalian tentu heran jika aku mengatakan hal itu sementara sejak tadi aku terus menyebut mereka sombong dan menyebalkan.

Tapi, mereka memang seperti itu.

Jika di dongeng-dongeng, kalian akan disuguhkan dengan cerita betapa baiknya peri itu, maka di sini kalian tak akan menemukannya.

Ah, tidak juga. Sebenarnya mereka baik. Beberapa. Karena sebagiannya benar-benar menyebalkan dan sombong. Mereka seperti merasa lebih hebat karena sudah punya kekuatan sejak lahir tanpa harus belajar untuk mengendalikannya, sementara kami, manusia harus belajar mati-matian untuk menguasai dan mengendalikan kekuatan alam yang hanya satu. Mereka merasa hebat karena mereka punya sebutan yang lebih terhormat dan berkelas, 'peri'. Sementara kami, manusia, punya sebutan yang menurut mereka adalah hinaan, 'penyihir'. Ya, di mana-mana penyihir akan selalu diikuti dengan kata 'jahat' dan peri akan selalu diikuti dengan kata 'baik hati'. Huh, itu menggelikan. Aku terkadang ingin tertawa saat mendengar kakakku bercerita tentang Cinderella atau sejenisnya pada anaknya. Dia tidak tahu saja jika peri itu tak selamanya sebaik fairy good mother nya Cinderella.

Peri itu menyebalkan.

Aku benci mereka sejak orang tuaku memasukanku ke Hugostone Academy. Sebuah sekolah yang diperuntukan untuk peri dan manusia yang memiliki kekuatan alam. Ah, aku lupa menyampaikan ini: Tidak semua manusia punya kekuatan alam. Hanya beberapa saja sehingga para mahluk terbang sialan itu menyebut kami penyihir.

Yah, walau jujur, di Hugostone Academy, kami memang diajarkan untuk menjadi penyihir.

Hugostone Academy, punya dua kelas utama. Tentu saja kelas untuk para peri dan kelas untuk penyihir. Di kedua kelas itu akan dibagi lagi berdasarkan tingkat. Kenaikan tingkat akan ditentukan melalui ujian yang sangat ketat. Di setiap tingkat, dibagi lagi menjadi kelas-kelas kecil: kelas unggulan, kelas spesial dan kelas istimewa. Walau sebenarnya, ketiga kelas ini hanya ada di kelas penyihir.

Apa beda dari ketiga kelas itu?
Kelas unggulan adalah kelas untuk para jenius. Orang-orang di sini adalah orang-orang dengan IQ luar biasa tinggi. Mereka melakukan apa saja dengan analisa yang akurat. Di kelas inilah aku berada.
Kelas spesial adalah kelas bagi mereka yang memiliki kekuatan alam yang langkah. Kapasitas otak mereka rata-rata.
Sedangkan kelas istimewa adalah kelas yang berisi orang-orang dengan kekuatan alam yang sulit dikendalikan. Butuh pelajaran tambahan dan tenaga ekstra karena IQ mereka yang tak setinggi para penghuni kelas spesial dan kelas unggulan.

THE LAST AXELDIAN || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang