5

3.6K 318 13
                                    

RUJAK

********************************

Asma tidak habis fikir dengan suaminya. Memaksanya datang ke Malaysia pagi ini. Dan disini dia sekarang berada didepan kamar apartemen Sam di malaysia.

Asma bersiap akan marah, namun saat pintu  sosok tegap itu berdiri menjulang, tanpa persiapan Asma ditarik dalam pelukan Sam.

"Syukurlah, akhirnya kamu datang. Aku bisa gila kalau kamu terus ada disana." Kata Sam lega.

Alis Asma terpaut heran. Sam penuh dengan misteri. Seperti sekarang, dia benar-benar membuat Asma bingung setengah mati. Tanpa memberi jeda Asma untuk bertanya Sam menarik tangan Asma masuk setelah menerima koper milik istrinya.

"Naura kamu bisa kembali besok pagi, seharian ini saya akan menemani istri saya." Titahnya.

Naura mengangguk lalu pamit meninggalkan Asma bersama pria gila disampingnya.

"Oh, setelah membereskan pakaianmu, buatkan aku kopi. Aku ada dikamar sebelah, itu ruang kerjaku." Ujar Sam.

Asma menggeram, Sam pintar sekali membuatnya bungkam. Tanpa penjelasan, dipeluk dan sekarang diperintah seenak jidat. Pria itu terlalu penuh tanda tanya bagi Asma.

"Samudra aku benci kamu." Gumamnya kesal.

Namun katakan saja Asma bodoh, goblok atau apalah. Dia sekarang tengah sibuk menyiapkan kopi untuk suaminya. Sesekali Asma melihat suasana apartemen ini. Tidak sebesar yang di Surabaya dan isinyapun tidak terlalu mewah. Minimalis dan sederhana. Informasi yang di dengarnya dari Naura kalau kantor cabang di malaysia baru dibuka setahun yang lalu jadi tidak terlalu besar hanya perusahaan yang dikelola Sam termasuk yang berkembang pesat.

Asma menghela nafas seraya beristighfar. Mengetuk ruang kerja Sam lalu masuk setelah mendapat izin darinya. Diletakkan kopi buatannya di meja kerja Sam dengan kasar.

Asma sebenarnya mau protes atas perintah Sam yang semena-mena tapi melihat keseriusan Sam memperhatikan file-file dimejanya membuat niatnya ditunda dulu sampai kondisi kondusif.

"Mau kemana?" Langkah Asma terhenti dan kembali berbalik menghadap suaminya.

"Mau menenangkan fikiran."

"Duduklah, temani aku disini." Ucapan Sam selalu terdengar bagai perintah di telinganya.

"Ak-"

"Duduklah, dan jangan menolak." Sekali lagi Asma tidak berkutik.

Dia melangkah dengan menghentak-hentakkan kaki kesal. Biarlah pria ini tahu Asma tidak terlalu suka diatur. Memang penting yah kalau dirinya ada disana bersamanya?

Apa yang bisa Asma bantu memang?
Dengan hati yang dongkol Asma duduk di sofa yang ada diruang kerja Sam. Sam cuma melirik lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Tanpa mau peduli dengan Asma yang sudah memasang aksi protes.

Hampir setengah jam yang dilakukan Asma hanya membolak balik majalah bisnis milik Sam. Tidak ada yang menarik disini. Semuanya buku ekonomi. Asma tidak begitu tertarik, masih bagus buku sejarah dan sastra baginya.

"Bosaaaann!!!" Teriaknya kesal.

Sam akhirnya menatap Asma yang terlihat akan mati karena bosan.

"Kemari." Kata Sam.

Asma menggeleng. Dia sedang mengaktifkan mode merajuk sekarang.

Sam menghembuskan nafas. "Kemari atau saya akan kesana lalu membawa kamu berbaring diatas kasur kita." Kata Sam yang terdengar vulgar ditelinga Asma.

Hanya AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang