7

3.5K 304 40
                                    

SAMUDRA dan ATURANNYA

-------------

Asma mengurung diri dikamar hampir 3 jam, awalnya Sam membiarkan emosi Asma tenang tapi lama kelamaan dia merasa khawatir saat suara tangis itu sudah tak terdengar.

"Asma?"

Suasana makin hening.

"Ma, please keluar sekarang, kita bicarakan ini."

Sunyi.

Sam makin khawatir, dia menggedor-gedor pintu. Tapi tak ada sahutan dari dalam.

"Shit!" Pria itu mengumpat.

Pintu kamar itu tertutup sangat rapat. Pikiran buruk pun berkelebatan dalam pikirannya. Dengan sekuat tenaga Sam berusaha mendobrak pintu kamar mereka. Dengan kekuatan penuh Sam berhasil membuka pintu kamar mereka.

Mata sam melebar saat melihat Asma akan menggoreskan lengannya dengan sebuah gunting rambut.

Sam dengan cepat merampas gunting itu dan melemparnya jauh-jauh. Asma memberontak, namun Sam mendekap wanita itu begitu kuat.

"Biarkan aku mati!" Teriaknya penuh emosi.

Sam berdecak, dia semakin mengeratkan pelukannya. Berusaha menenangkan istrinya yang hampir tak terkendali.

"Asma diam ku mohon." Pintanya halus.

Asma tetap menjerit dan memberontak.

"Asma! Diam!" Bentak nya hingga akhirnya Asma menurut dengan tangis yang perlahan dan semakin kencang.

"Aku mohon diam," pintanya lagi.

Asma meraung, dia sudah tidak peduli jika Sam menilainya lemah dan rapuh. Tapi ibu mana yang akan tega membunuh darah dagingnya sendiri.

"Mas, Asma mohon jangan bunuh anak ini. Asma janji akan melakukan apapun yang mas mau, asal jangan bunuh anak ini mas." Pintanya begitu lirih dalam pelukan Sam.

Sam makin mengeratkan pelukannya, mendengarkan setiap rintihan istrinya.

Sam bimbang sekarang. Dia memejamkan matanya. Dulu dia begitu tega melihat kucing kesayangannya mati dijadikan sasaran latihan panah ayahnya. Apapun Sam lakukan asal ayahnya itu mengakui keberadaan dirinya. Bahkan Sam rela menjadi manusia yang tega melukai siapapun demi ayahnya.

Tapi...

Sam merengkuh pipi Asma, membuatnya mendongak, Sam menelusuri wajah istrinya. Wajah Asma terlihat sangat hancur dan entah kenapa Sam merasakan pilu yang dirasakan Asma. Lalu dia menatap dalam kemanik mata istrinya. Dan entah kenapa mata kesedihan Asma membuat jiwanya makin bimbang. Sam mengecup kedua kelopak mata istrinya lalu mencium kening Asma lama.

"Tolong jangan bunuh anak Asma, mas." Lirih Asma.

Sam akhirnya mengangguk.

Mata Asma berbinar. "Bener mas?" Wanita itu masih tak percaya.

Sekali lagi pria itu mengangguk.

Asma tersenyum haru. Wanita itu langsung menghambur dalam pelukan Sam. Berkali-kali mengucapkan terima kasih.

Lalu Sam melepaskan pelukan mereka. Merengkuh pipi Asma.

"Aku akan biarkan dia ada, tapi dengan satu syarat." Sam memejamkan matanya, menempelkan kening keduanya.

"Apa mas? Asma janji akan melakukan apapun asal biarkan dia tumbuh." Ucapnya disela-sela tangisnya.

Sam kembali menatap mata Asma tajam.

"Setelah dia lahir saya akan mengasingkannya, tanpamu tanpa saya. Dia akan bersama orang pilihan saya."

"Mas!" Pekik Asma tidak setuju.

Wanita itu melepaskan pelukan suaminya. Menghempaskan kedua tangan suaminya.

"Asma! Dengarkan saya!" Bentak Sam.

"Apa bedanya dengan permintaanmu tadi mas!" Asma jelas tidak setuju.

Pria dihadapannya gila! Yang mereka bicarakan anaknya, bukan dari lelaki lain, tapi dari dirinya, kenapa dia malah berfikir begitu dangkal!

"Tentu ini berbeda, setelah dia berusia 5 tahun kamu bisa memilikinya kembali. Hanya butuh 6 tahun pernikahan kita semuanya akan berakhir. Bukan hanya dia yang akan kembali, tapi kamu bisa bebas memilih tetap bersamaku atau pergi. Semuanya terserah kamu." Jelasnya dengan wajah dinginnya.

Asma menatap Sam dengan datar. Fix pria dihadapannya gila.

"Mudah banget yah bilang begitu mas, untuk siapa sebenarnya kamu melakukan hal ini mas? Apa yang kamu dapat dari semua kegilaan ini!" Teriak Asma marah.

Sam terdiam. Sorot matanya makin dingin.

"Kamu tidak perlu tahu, yang kamu tahu jika semua ini berjalan sesuai rencana maka hidupmu dan hidup saya akan lebih baik."

Plak!

Tamparan keras itu melayang ke pipi kokoh Sam.

Nafas Asma memburu.

"Lebih baik kau bilang mas? Jangan bercanda! Mahkota seorang gadis kau renggut, anaknya mau kau pisahkan dari ibunya! Kau masih berani bilang kalau semuanya akan lebih baik?! Semuanya sudah hancur bagiku!" Teriak wanita itu tidak terima.

Asma langsung terduduk lemah.

"Kenapa harus aku, kenapa?" Kata Asma pilu.

Sam mengepalkan tangannya. Matanya terpejam.

"Terserah kamu mau berfikir apa, yang pasti ini keputusan final. Jika kamu mau dia hidup maka kamu harus berpisah dengannya." Ucap Sam lalu menggendong Asma ala bridal style.

Pria itu membawa Asma ke atas kasur mereka, membawa istrinya itu ke dalam dekapananya.

"Tetap bersamaku selama 6 tahun dan semuanya akan selesai, saya janji." Bisiknya.

"Aku nggak butuh janjimu! Aku hanya butuh anakku!" Teriaknya tak terima.

Sam menggeram. "Ini pilihan teraman bagi anak itu Ma!"

Asma menatap nyalang. "Kamu gila mas! Kau bilang aman buat siapa?! Buat anak ini atau kamu!" Teriaknya tak terima.

"Asma! Anak itu akan terancam jika bersmaa kita! Jika bukan aku yang membunuhnya maka akan ada orang lain yang akan melakukannya."

Asma mengernyit. "Siapa dia?" Tanyanya dingin.

"Dia lebih berkuasa dariku, sekarang semua pilihan ada ditanganmu." Ucapnya.

Mata itu menatap Asma sangat datar.

Asma menangis.

Asma pasrah dan hanya bisa menangis. Pada akhirnya dia tidak bisa memilih. Saat ijab qabul, hidupnya sudah ada dalam aturan Sam. Keegoisan pria itu akan menjadi makanan pokoknya.

Sam dan aturannya.

🍁🍁🍁

Hanya AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang