"Apa benar-benar tak ada harapan untukku?"
Pria muda itu menatap penuh harap. Beberapa hari ini dia berharap semuanya cuma mimpi. Dan dia akan kembali bangun, duduk bersama sahabatnya ini di depan kali, memancing atau hanya sekedar memandang aliran sungai.
Wanita itu tersenyum tipis. Membalas tatapan mata elang yabg meredup itu. Berharap pria dihadapannya menerima semua yang sudah terjadi. Seperti dirinya yang masih belajar menerima takdirnya.
"Kita memang ditakdirkan sebagai sahabat Raja, kamu dulu pernah bilang ingin melihatku bahagia kan?"
Raja mengangguk, dia tidak lupa dengan kata-katanya sendiri tapi sekarang ucapannya benar-benar diuji. Dia tahu kalau Asma seperti menerima takdirnya. Tapi hanya Asma yang selama ini menjadi tujuannya untuk berjuang.
Dia yang paling tulus, tidak peduli dari mana dirinya berasal. Kaya miskin bagi Asma masalah rejeki. Persahabatan pun juga rejeki tapi dalam persahabatan mereka tidak bisa dihargai dengan materi.
Raja mendongak, menghirup nafas dengan rakus. Sesak. Dia benar-benar sesak menerima kenyataan ini. Raja tahu Asma akan datang ke acara ini. Wanita pujaannya ini sekarang adalah iparnya, tentu dia hadir. Tapi Raja bingung kenapa mereka berpencar?
Apalagi Samudra membiarkan istrinya yang tengah hamil hanya ditemani oleh pelayan pribadi saja. Kakaknya itu bahkan seperti tidak ada niat membawa Asma untuk berkenalan dengan kolega mereka.
Raja sadar ada yang tidak dia ketahui tentang mereka. Tapi sungguh Raja rasanya ingin membawa Asma pergi. Memastikan apa dia benar-benar tak memiliki perasaan padanya? Dan mereka sekarang berakhir di taman yang hanya dihiasi lampu temaram dan rembulan.
"Hari ini aku akan bertunangan, aku belum pernah bertemu dengannya. Ini permintaan ayah."
Asma terdiam. Ada sesuatu yang mencubitnya. Entah apa itu. Namun Asma memilih menampakkan senyum sumringahnya.
"Selamat, siapapun wanita itu jaga dia dan jangan mengecewakannya." Asma serius dengan ucapannya.
Raja tersenyum. Mengelus rambut Asma yang terurai rapi. Dengan make up tipis Asma terlihat semakin manis.
"Doakan saja, aku harap dia membantuku melupakan kamu." ucapnya seraya terkekeh.
Asma tertawa, "Harus, yang harus kamu ingat sekarang, aku ini kakak iparmu."
Raja memutar matanya. "Mendengar fakta itu tetap bikin aku sakit hati Ma. Tapi sebagai calon om aku harus ikhlas buat keponakanku kan?"
Asma mengangguk. Lalu merentangkan tangan dan disambut Raja. Mereka saling berpelukan. Mungkin untuk terakhirnya sebagai sahabat yang sempat memiliki rasa.
" Terima kasih untuk semuanya selama ini Ma, aku tidak akan pernah menyesal mencintaimu. Tapi aku selalu berharap takdir bisa berubah untuk kita."
Asma terdiam namun rasanya dia akan menjadi sangat jahat pada Sam jika menyimpan sedikit rasanya untuk Raja. Dia sekarang seorang calon ibu dari anak Samudra. Ini yang terbaik, dia dan Raja harus menerima semuanya.
Namun tiba tiba lengan Asma ditarik kuat. Wanita hamil itu terhuyung dan jatuh dalam dekapan seorang pria. Asma mendongak dan melihat wajah marah suaminya.
Rahang pria itu mengeras. Asma tahu dia sekarang melakukan kesalahan. Tidak pantas seorang istri pergi tanpa berpamitan pada suaminya.
"Apa kamu gila? Bagaimana kalau ayah tahu?"
Raja terdiam, walau wajah tampan itu menatap nyalang sang kakak.
"Kamu tahu seperti apa sifat ayah. Ini hari pertunanganmu jangan membuatnya kacau." Ucap Sam dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Angan
RomansaSamudra Putra Gangsar pria ambisius ini bisa melakukan apapun hanya untuk mendapat pengakuan dari ayahnya dan membalaskan dendam terhadap adiknya Raja Putra Gangsar. Dan semua itu bisa dicapainya dengan menjebak Asma Marzia agar mau menjadi istrinya...