1

8.8K 327 15
                                    

Adik?

************************************

Entah sudah berapa kali perempuan itu menghembuskan nafas. Dan entah sudah berapa kerikil yang dilemparkannya. Usianya sudah 24 tahun, paman dan bibinya terus mendesak dirinya untuk segera memiliki teman hidup. Frustasi satu kata yang tepat untuk dirinya sekarang.

"Dipikir gampang cari laki? Susah toh bi, Asma juga pengen bangun keluarga tapi mau gimana lagi? Muka pas-pasan kayak Asma gini sapa yang mau coba?" Celotehnya.

Asma Marzia, perempuan berkulit mendekati sawo matang itu sedang disudutkan karena usianya yang sudah dianggap tak muda lagi tapi masih bekerja di toko tanpa memiliki calon suami untuk dibawa dihadapan bibi dan pamannya.

Dia yatim piatu sejak SMA, paman dan bibinya yang mengurusnya. Walau begitu Asma tipe perempuan yang sangat mandiri. Dia lebih suka menyimpan segala keluh kesahnya sendiri. Menyelesaikan masalahnya sendiri. Pokoknya dia tidak mau merepotkan orang lain.

Namun suara tawa membuat keningnya berkerut. Asma tahu suara tawa siapa ini. Pasti bocah yang satu tahun ini menjadi teman ngobrolnya di salah satu taman kota boyo dan sura ini.

"Alah... cah wedok kok gorong mule-mule iki piye. Malah cangkroan nang kene." Godannya.

Asma memutar bola matanya. "Meneng lambemu! Nggak ngerti orang lagi streesss!" Pekiknya kesal seraya melempar batu kerikil dibawah kakakinya.

Raja Putra Gangsar, usianya terpaut 7 tahun dari Asma. Memang lebih muda tapi jika sudah duduk bersama, seperti sekarang mereka malah terlihat seperti teman sebaya. Salahkan gen Asma, walau tidak cantik tapi dia terlihat masih seperti masih berusia belasan.

"Disuruh cari misua yah."

Asma menatap ucapan penuh ejekan Raja. "Suami." Koreksinya.

"Terserah," sautnya seraya mengibas-ngibaskan tangannya. "Udah setahun kita temenan kan?"

Asma melirik Raja sekilas, lalu kembali fokus memandangi aliran air kalimas yang berada ditepi sepanjang taman ini.

"Iya nggak kerasa," Asma tiba-tiba terkekeh. "Masih inget jelas, awakmu tukaran nak ngarep kene. Tahu nggak? Kamu saat itu terlihat banget masih labil." Asma tergelak.

Telinga Raja memerah tanda pemuda itu sedang malu mengingat pertemuan pertamanya dengan Asma dulu. Perempuan kecil disampingnya ini membantunya melawan SMA sebelah yang berniat mengeroyok Raja. Untung saja Raja punya keahlian bela diri yang cukup handal. Ditambah Asma yang membantunya melawan mereka. Wanita ini kecil tapi kemampuan bela dirinya bagus. Sepuluh siswa itu babak belur dan mereka pergi dengan perasaan malu.

"Jangan bertengkar lagi Ja, kamu udah mau lulus tahun ini." Kata Asma menasehati.

Raja mengulas senyum. "Iya, aku kan mau jadi pria dewasamu. Pasti aku akan jadi laki-laki bijak seperti bang Sam dan kamu." Selorohnya percaya diri.

Asma menepuk pundak Raja. Merasa bangga teman yang sudah dianggapnya adik ini sekarang menunjukkan sikap lebih dewasa.

"As...,"

"Hm?"

"Aku cinta kamu."

Asma terkekeh. "Terimakasih, tapi jawabanku masih sama bocah." Ucapnya santai.

Dulu saat pertama kali Asma mendengar pernyataan cinta Raja, Asma tidak bisa percaya dan menganggap Raja hanya membual. Remaja seperti Raja pasti cuma menggombal dan iseng saja. Jadi selama setengah tahun yang lalu Asma hanya menjawab pernyataan Raja seperti tadi. Sampai sekarang Asma masih belum percaya pernyataan cinta pemuda bandel ini. Akhirnya dia bilang akan mempertimbangkan kalau Raja bisa jadi pria dewasa dimata Asma.

Hanya AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang