Kakak Laki-laki

1.3K 151 0
                                    

"Aku berangkat!"

Hari sekolah sangat menarik bagi Jaebum. Dia bisa bertemu dengan Jackson dan Mark, teman satu angkatannya dan satu kelasnya sekaligus merupakan teman dekat, dan juga bertemu dengan Youngjae untuk kembali bermain dan bernyanyi bersama dengannya. Setiap hari sungguh menyenangkan karena Jaebum menikmatinya dengan sepenuh hati. Ketika dia berjalan sembari menggumam pelan, Jaebum terhenti sebentar. Jaebum lupa, memberitahu Jinyoung bahwa dia suka bernyanyi dan mungkin saja Jinyoung tertarik. Namun akhirnya, Jaebum kembali berjalan dan memutuskan untuk mengatakannya ketika dia bertemu Jinyoung di sekolah.

"Hari ini kau dan Youngjae akan nyanyi apa?" Tanya Jackson ketika ketiganya menuju kantin bersama. Jaebum lupa kelas mana Jinyoung berada dan apakah dia akan datang ke kantin atau tidak. Mereka pergi masing-masing ke sekolah, dan dirinya tahu akan dimarahi sang ayah karena melupakan Jinyoung. Payah sekali aku lupa terhadap Jinyoung hanya karena ingin bertemu Youngjae, gumamnya dengan rona merah muda mulai menghiasi pipinya.

"Mungkin lagu baru buatanku? Aku baru saja membuat beberapa lirik dan nadanya kemarin."

"Wah, sungguh? Aku ingin dengar!" ucap Jackson dengan antusias.

"Kalau begitu datang ke klub." Jaebum nyengir lebar bangga.

"Bagaimana kalau kita buat koreografi untuk itu?" Mark mengucapkannya sembari mengacungkan jari telunjuk.

"Aku setuju!"

"Selamat pagi." Ucap Jinyoung sembari mengusap mata dan kepala terkantuk-kantuk walaupun dirinya sudah bersiap ke sekolah. Namun, tidak ada yang menjawab selain keheningan. Dia menoleh kesana kemari untuk melihat sang kakak angkat, Im Jaebum. Menghela sedih, Jinyoung duduk di atas meja yang sudah disiapkan beberapa makanan untuknya.

Makanlah ini bersama Jaebum. Kudengar makanan kesukaan kalian tidak terlalu jauh? Semoga kau suka! Makan malam biar Jaebum yang menyiapkannya untuk kalian berdua. –Ayah Lim

Jinyoung tersenyum kecil ketika melihat catatan kecil dekat nampan makanannya. Setidaknya, ayah Jaebum tak melupakan dirinya ada disini.

Park Jinyoung memasuki kelas dengan perasaan gugup dan tegang, tanpa kehadiran sang kakak angkat yang baik hati dan menarik itu menemaninya menemui kehidupan sekolah yang baru. Jinyoung tak tahu bahwa walau kesan pertama Im Jaebum buruk dan menakutkan di matanya, dia sangat menarik ketika sudah dekat dengannya, sesuai perkataan ayahnya. Jinyoung ingin segera melihatnya lagi dan mengobrol banyak dengannya.

Perkenalan di kelas Jinyoung berjalan dengan baik. Dirinya senang mendapat reaksi yang beragam dari murid-murid di kelasnya. Namun Jinyoung merasakan tatapan tak menyenangkan ke arahnya ketika dirinya duduk di kursi yang diminta sang guru dan kegiatan belajar mengajar dimulai. Apakah sesuatu yang buruk akan terjadi? Jinyoung berusaha tak memikirkan alasan tatapan itu terlalu dalam dan hanya focus pada sekolah dan kakak barunya.

Namun, semua itu ternyata salah besar.

Ketika bel istirahat berbunyi, lima orang menarik Jinyoung ketika dirinya akan diajak oleh teman-teman sekelas lainnya untuk istirahat bersama dan mengobrol banyak dengannya. Jinyoung tak bisa menolak walau sudah berusaha, dan teman-temannya juga membantu karena dia anak baru.

"Hei anak baru yang kutu buku. Ayo ikut kami." Jinyoung mengeryit melihat bagaimana perlakuan mereka terhadapnya.

"Hei, kami ada perlu dengannya! Hentikan!" ucap salah seorang gadis mencoba menyingkirkan lima anak yang terlihat memiliki maksud tertentu padanya.

"Berisik!"

"Kyaa!"

Gadis itu dipukul dengan siku salah satu dari lima lelaki yang mengerubuni Jinyoung dan jatuh hampir terkena meja bila tidak dibantu oleh murid lainnya.

"Jangan kasar pada perempuan!" ucapnya dengan alis mengeryit.

"Jangan ganggu!"

"Ikut dengan kami bila kau tak ingin teman sekelasmu terluka lagi." Jinyoung mengeryit, menggigit bibir. Dia tidak ingin itu terjadi, namun itu artinya dia mengorbankan diri. Namun, apalagi yang harus dilakukannya? Itu lebih baik daripada teman yang sudah ingin berteman dengannya terluka. Jinyoung pun pasrah mengikuti keinginan kelima anak itu menuju tempat sepi. Melaksanakan apa yang mereka inginkan pada Jinyoung.

Jinyoung pun mendesah pelan. Lagi-lagi seperti ini? Gumamnya dalam hati ketika lengannya dipegang erat oleh dua orang dan membuatnya harus berjalan mengikuti mereka. Ternyata di sekolah manapun? Jinyoung memejamkan matanya erat. Padahal aku baru saja bertemu dengannya...!

Jaebum yang pergi ke kantin sekolah dengan Mark dan Jackson melihat lima orang bergerombol menyeret seseorang di tengahnya dengan paksa. Jaebum mengeryit bingung, "Ada apa itu?" gumam Mark pelan berusaha melihat apa yang sedang mereka lakukan. Jaebum hanya mengedikkan bahunya, sebelum matanya melihat beberapa murid mulai membicarakan apa yang mereka lihat.

"Hei, mereka melakukannya lagi lho?"

"Kasihan, itu anak baru. Kelas satu lagi." Jaebum mengeryit khawatir, jangan-jangan Youngjae? Terlintas di pikirannya anak yang begitu polos dan dianiaya tanpa sepengetahuannya padahal dia teman dekatnya kini.

"Ya ampun, kapan mereka bisa berhenti sih?"

"Aku yakin gakkan berhenti deh." Jaebum merasakan pundaknya ditepuk.

"Tenang saja, bukan Youngjae kok." Mark berusaha menenangkannya, dan membuat Jaebum mendesah nafas lega. "Kelas satu sudah melakukan hal yang seperti ini, harus segera dilaporkan." Jaebum mengangguk setuju.

Dirinya, Mark dan Jackson tahu bahwa ini adalah hal biasa di sekolah mereka. Ketika kelas satu saja, Jaebum pernah melihat kakak kelas mereka menganiaya seorang murid baru seangkatannya di tempat yang sama. Jaebum mencoba menghiraukannya, namun pada akhirnya, dia, Mark dan Jackson berhasil menghentikan kejadian seperti itu terulang lagi dan menjadikan mereka pahlawan sekolah dan orang yang dihormati.

"Tapi kapan mereka jeranya? Terus-terusan ngelakuin hal bodoh gitu." Jackson menaikkan alisnya dengan heran.

"Entahlah, kau tahu siapa yang diseret?" Jaebum pun jadi penasaran, dan seperti ucapan Mark, hal yang seperti itu harus segera dihentikan ke akar-akarnya. Mark pun berbisik pada keduanya ketika mendengar sedikit pembicaraan anak-anak lain.

"Katanya namanya Park Jinyoung."

Jaebum membelalakan matanya lebar, mendongak dan langsung berlari ke arah lima anak itu tanpa menghiraukan Mark dan Jackson.

"Jaebum?!"

Mereka terkejut tak percaya, melihat orang yang cuek dan tegas sekaligus cukup ditakuti seperti Jaebum, bisa berlari sekencang itu.

Between Us - You and Me // JJProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang