Im Jaebum

736 84 8
                                    

Jaebum mengajari Jinyoung cara bernyanyi setelah memberikannya lagu-lagu bagus untuk didengar, yang menjadi inspirasinya membuat lagu. Jinyoung menerimanya dengan senang hati, setidaknya dia tahu satu hal kecil dari kakak angkatnya selain kesukaan mereka yang sama. Jaebum mengarahkan Jinyoung berlatih pernafasan, pengendalian suara, juga cara menari yang benar.

Ketika makan malam, kebetulan ayah Jaebum berada di rumah untuk makan bersama. Dirinya mengerjap mendengar Jinyoung menggumamkan sesuatu di samping Jaebum ketika dirinya duduk.

"Kau juga suka menyanyi, Jinyoung?"

"Eh?" Jinyoung mendongak, mendapati ayah Jaebum memandangnya dengan penasaran.

"Kudengar kau menggumam pelan sebuah nada." Ucapnya, menyilakan keduanya untuk mulai makan. Jinyoung menundukkan wajahnya malu. Rona merah tak luput dari pandangan Jaebum di sebelahnya.

"Hanya baru-baru ini saja," ucapnya seolah menjawab pertanyaan sang ayah. "Saya biasa mendengarkan lagu dengan kakak perempuan saya."

"Begitu." Ucap sang ayah, memasukkan sejumlah nasi ke dalam mulutnya. "Jaebum juga menyanyi lho, kau sudah tahu?"

Jinyoung menoleh ke arah Jaebum yang memasukkan sejumlah makanan ke dalam mulutnya dalam porsi besar. Jinyoung melebar ketika melihat mulut sang kakak angkat yang begitu lebar bisa melahap apa yang dimasukkan ke dalamnya. Seutuhnya.

"Ng?" Jaebum tak acuh dan sibuk mengunyah yang sudah masuk. Jinyoung hanya memandangnya tak percaya.

"Makanmu besar ya, hyung."

"Khau sja yanbg mkannyah syedikhit." Ayah Jaebum mendesah pelan ketika Jinyoung tertawa kecil melihat tingkah sang kakak. Walau begitu, Jinyoung tahu apa kata yang diucapkan sang kakak itu. Kau saja yang makannya sedikit.

"Iya, saya tahu kok." Jinyoung akhirnya mulai memakan bagiannya. "Saya juga diminta bernyanyi bersamanya, beberapa lagu."

"Serius?" Jaebum menatap sang ayah, sebelum mengangguk mantap. "Wah, aku jadi ingin dengar."

Jaebum mengangguk dan akhirnya menelan makanannya. "Kalau sudah jadi."

Ketika selesai makan malam, keduanya masuk kamar. Jaebum pun meminta agar Jinyoung jangan lupa berlatih dan juga belajar. Walaupun terlihat seperti anak garang yang cuek dan ketus, Jaebum cukup rajin dan mementingkan sekolahnya. Dia juga sangat fokus terhadap apa yang dilakukannya kini, yaitu membuat lagu.

Jinyoung heran kenapa Jaebum tak mengirimkan lagunya ke agensi dunia hiburan, siapa tahu melejit dan semua mencintai lagu-lagunya. Walau tak menanyakannya, Jinyoung jadi ikut sibuk dalam berlatih dan ingin membuat lagu yang akan dinyanyikannya nanti bersama Jaebum menjadi lagu yang bagus dan berbekas di telinga teman-temannya.

"Jinyoungie," Lelaki itu menoleh. "Kau masih diganggu?" Walau tampangnya ketus, Jinyoung merasakan kehangatan di balik kata-katanya dan tatapan matanya. Ada kala Jaebum memasang ekspresi seperti seorang leader, ada kala Jaebum memasang ekspresi lembut, seolah penampilannya yang kasar dan ketus itu adalah untuk menutupi dirinya yang cukup sensitif dan lemah lembut.

Jinyoung pun tersenyum. "Tidak. Teman-temanku juga tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padaku. Guru kesehatan itu juga, setiap bertemu, aku seolah bertemu dengan kakak perempuanku." Jinyoung terkekeh pelan. "Dia memberitahuku seolah menceramahiku. Aku berpikir, apa sih salahku?"

Jaebum mengerjap ketika melihat Jinyoung tertawa kecil. "Ah, aku juga sering bertemu Mark-hyung dan Jackson ketika Jaebum-hyung masih di kelas atau ada urusan sebelum ke klub."

"Kau tidak memanggil Jackson dengan sebutan hyung?" Jinyoung membelalak terkejut sebelum menyentuh tengkuk lehernya.

"Aku selalu memanggilnya begitu, namun dia seolah terlihat tidak nyaman dan ingin agar aku memanggilnya Jackson saja. Walau seumuran dengan Jaebum-hyung dan Mark-hyung, Jackson sangat kekanak-kanakan."

Jaebum tertawa kecil. "Yah, begitu-begitu dia mood-maker di klub kita sih."

Jinyoung ikut tertawa. "Benar."

"Tapi aku bersyukur kau tidak diganggu lagi." Jinyoung mendongak. "Kalau ada apa-apa, kau harus memberitahuku." Jinyoung mulai memasang ekspresi ragu. "Aku tidak dengar penolakan. Kalau kau tak ingin merepotkanku dan yang lainnya, bicaralah. Jangan dipendam." Jaebum menyentuh dahi Jinyoung. "Dengarkanlah apa kataku dan yang lainnya."

Jinyoung tersenyum ketika Jaebum mulai mengelus rambutnya.

"Kecuali kalau kita berbeda pendapat ya."

"Oi."

Jaebum dan Jinyoung saling pandang, ruangan jadi sunyi, sebelum akhirnya tawa meledak. Keduanya tertawa, seolah benar-benar keluarga, saudara, yang sudah lama bersama.

--------------------------------------------------------------

PS: Maafkan kali ini yang sangat pendek. Aku belum melanjutkannya lagi dan ide ceritanya masih tidak sebagus sebelumnya. Mohon semangat dan dukungannya untuk melanjutkan. Terima kasih!

Between Us - You and Me // JJProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang