Keputusan

1.1K 122 2
                                    

Jaebum kembali ke uks ketika kelas hari itu selesai, dengan Mark, Jackson, hingga Youngjae. Dia ingin memperkenalkan Jinyoung pada mereka semua, namun gagal karena kejadian yang menimpa Jinyoung di hari pertamanya di sekolah. Jaebum membuka pintu uks, dan hanya mendapati guru uks duduk disana melihat tulisan di atas kertas putih di tangannya. "Jam sekolah sudah selesai lho, kenapa kalian masih disini?" Jaebum mengerjap bingung.

"Anu, saya hendak menjemput Jinyoung."

"Ah, Jinyoung sudah pulang sejak satu jam pelajaran terakhir. Dia bilang sudah baikan dan istirahat di rumah saja. Ibu sudah minta teman sekelasnya membawakan tasnya sekalian. Dia tak memberitahumu?" Jaebum menggeleng pelan.

"Bukankah saya sudah bilang akan menjemputnya setelah kelas berakhir?"

"Benar. Namun Jinyoung bilang tak ingin merepotkanmu, jadi dia memutuskan untuk pulang duluan."

"...Merepotkanku?" kata-kata Jaebum seolah terhenti di tenggorokannya, tak bisa dikeluarkan walaupun dia ingin. Sang guru hanya tersenyum.

"Ibu bertanya, mengapa Jinyoung segitu tak inginnya merepotkan orang lain." Jaebum dan temannya terkejut. "Tentu saja, tidak masalah bila dia tidak ingin. Dia anak baru disini, dan seharusnya teman-temannya membantu untuk mengenal sekolah dan lingkungannya, juga dirinya sendiri. Jinyoung juga seharusnya berusaha, namun kau tahu," guru itu menoleh pada Jaebum. "Dia bilang ini bukan yang pertama kalinya terjadi."

Jaebum hanya bisa membelalakan mata lebih lebar. Jackson yang kini bersuara untuknya.

"Bukan yang pertama kali?! Kenapa dia tak cerita?!" Sang guru hanya tersenyum kecil.

"Walaupun kalian menganggapnya teman, apakah Jinyoung berpikir begitu?" Jackson terdiam. "Pastinya Jinyoung ingin, namun, bagaimana bila dia berpikir bila kalian mengetahui soal ini, kalian akan kerepotan?" Mark mengeryit. "Bagaimana bila Jinyoung ingin sekali berteman dengan kalian, juga dengan teman barunya di kelas, namun karena dirinya mereka harus terluka?" Jackson menggigit bibirnya. "Bukankah itu yang pertama kali terlintas di pikirannya?"

"Jinyoung tak ingin seorang pun terluka karenanya." Sang guru mengangguk ketika Mark paham. Dirinya menoleh pada Jaebum. "Apalagi dirimu, Jaebum." Lelaki itu hanya bisa mengerjap bingung. "Apakah dia adikmu, Jaebum?"

Jaebum tidak tahu harus menjawab apa. Mulutnya benar-benar terkunci. Namun, dia tidak ingin mengingat bahwa dia menyesali apa yang tidak diperbuatnya untuk Jinyoung. Seperti dia meninggalkannya sendirian untuk pergi ke sekolah tanpanya. "Iya." Ucapnya tegas. "Dia adik angkatku. Untuk sementara waktu." Jaebum melirikkan matanya dimana sang guru berusaha mengerti arti pandangan itu.

"Jaebum..."

Jaebum menelan ludah. "Sebenarnya saya sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana bertingkah sebagai seorang kakak..." Jaebum memejamkan matanya. "Saya tidak pernah mengurus seseorang, apalagi itu permintaan ayah..."

"Kau selalu mengurus kami bukan, Jaebum-ah?" Jaebum menoleh ketika merasa pundaknya ditepuk lagi. Mark dan Jackson memberinya ekspresi penuh kebanggan. Youngjae hanya bisa tersenyum kecil, karena tidak tahu sebaiknya berkata apa pada tiga orang yang selalu menjaganya hingga kini.

"Kau hanya nggak sadar dan terbiasa melakukannya!" Jaebum tertawa ketika Jackson mengatakannya dengan enteng.

"Yah, mungkin kau benar," Jaebum mendesah pelan.

"Kalau begitu Jaebum," lelaki itu kembali pada sang guru yang tersenyum lembut padanya. "Apakah keberatan bagimu, untuk menambah satu orang lagi untuk kau jaga?" Lelaki itu menganga. "Kau bilang hanya sementara bukan? Mungkin saja Cuma seminggu lho."

"...seminggu?"

"Jaebum, ini hanya sementara, sampai ada yang hendak mengambilnya sebagai anak angkat, kau boleh bernafas lega sesukamu."

Jaebum teringat akan ucapan sang ayah. Memang, Jaebum sangat menolak diminta harus mengurusi satu orang lagi, dengan status sebagai adik angkat sementara, ketika dirinya sudah terbiasa mengurusi orang lain layaknya Mark, Jackson dan Youngjae. Namun melihat sosok Jinyoung, semua rasa kesal dan enggan itu hilang. Jaebum saat itu juga, ingin sekali melindungi dan menjaga Jinyoung.

"Kulihat sepertinya kau tidak ingin mengurusi satu orang lagi?"

"I-itu-"

"Sorry deh Jaebum! Kami nggak akan merepotkanmu lagi! Kita jaga bareng-bareng yuk, Jinyoung-ah!" ajak Jackson sembari mengusap kedua tangannya, memohon pada Jaebum. Lelaki itu hanya bisa mengerjap melihat Jackson yang seolah tertarik pada Jinyoung. Sang guru tersenyum.

"Ibu juga akan membantumu memperhatikannya, jadi, ayo bawa dia pulang, Jaebum?"

Jaebum tak tahu harus berkata apa, mendengar permohonan itu. Semuanya seolah telah terhipnotis untuk menjaga Jinyoung, sementara dirinya-lah yang sebenarnya bertanggung jawab untuk itu. Jaebum sendiri sudah berniat mengurus Jinyoung, mau berapa lama pun dia di rumahnya. Jaebum pun menghela nafas.

"Baiklah." Mereka pun bersorak. "Sebelum itu, kita harus menemukan Jinyoung kan?"

Between Us - You and Me // JJProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang