Terkadang Tuhan memberikan rasa sakit, agar kita mengerti apa itu arti bahagia, DIA mempunyai cara-Nya sendiri untuk mengajarkan makhluk-Nya tentang pelajaran hidup---
Alunan petikan gitar ditangan Azka mulai terdengar, bersama suara histeris para gadis, manurut mereka, mimpi apa Aurell bisa seberuntung itu diperlakukan manis oleh Azka yang selama ini terkenal dingin.
Bahkan beberapa dari mereka telah menyiapkan smartphonennya untuk merekam adegan yang sangat langka tersebut, mungkin lebih langka dari jumlah komodo ataupun badak bercula satu yang kini dilestarikan.
Janganlah pernah kau harapkan aku
Deg..
Mendengar bait pertama lagu yang dinyanyikan Azka, senyum manis dibibir Aurell mulai memudar.
Untuk dapat mencintai dirimu
Perlahan airmatalah yang menggantikan senyum Aurell. Gadis itu mulai menangis tanpa suara. Namun masih memandang pria didepannya itu dengan tatapan. Kosong. Dan. Kecewa.
Bukan. Aurell bukan kecewa dengan penolakan Azka, tapi kecewa dengan cara main Azka dalam mempermainkan hati wanita.
Selama ini Aurell mencoba menutup mata dan telinganya saat mendengar dan melihat kelakuan Azka bersama gadis-gadisnya. Ia mengira seorang cassanova juga masih punya hati dalam memperlakukan wanita. Bukankah mereka juga terlahir dari rahim seorang wanita hebat bernama Ibu.
Coba renungkan dalam hati kita perpisahanlah yang mungkin terbaik
Pendengaran Aurell seolah sudah tuli mendadak, rasa sesak didadanya membisukan segala kebisingan disekitarnya.
Lupakan aku jangan pernah kau harapkan cinta yang indah dariku
Lupakan aku
Kupunya cinta lain yang tak bisa untukku tinggalkan
Aurell berlari dari tempat terkutuk itu bahkan sebelum Azka menyelesaikan lagunya, dengan deraian air mata yang membasahi seluruh wajah cantiknya.
Sedang Azka. Cowok itu masih meneruskan nyanyiannya, melihat kepergian Aurell dari hadapannya dengan pandangan datar dan wajah dinginnya.
Tapi siapa yang tau apa yang dirasakannya didalam hati. Sakit. Mungkin lebih sakit dari yang dirasakan Aurell. Yang kini sedang menekan mati-matian membunuh rasa cinta dihatinya. Menahan perang antara hati dan Ego dalam pemikirannya sendiri.
Mungkin suatu saat nanti kaupun akan mengerti bahwa cinta memang tak mesti harus bersama
Lupakan aku jangan pernah kau harapkan cinta yang indah dariku
Lupakan aku kupunya cinta lain yang tak bisa untuk kutinggalkan
---
"Elo gila ya Ka, keterlaluan banget tau gak lo"
"Gak usah ceramah bisa gak?"Azka menyaut dengan malas, saat mendengar suara bantingan pintu oleh cewek kurang ajar itu.
Matanya yang sembab dan keadaannya yang kacau, membuatnya malas bahkan hanya untuk berdebat dengan gadis cantik didepannya itu.
Sehari setelah penolakan Azka pada Aurell, membuat hati Azka serasa dihantui rasa sakit bekepanjangan. Bahkan hari ini Azka sama sekali tak melihat gadis itu. Apa mungkin dia sakit. Dan. Tidak masuk sekolah.
Rasa cemas begitu menguasai Azka, tapi bagaimana Azka bisa tau keadaan gadis itu, dari siapa Azka harus mencari tau.
Alhasil dimalam harinya Azka hanya mampu melampiaskan rasa cemasnya lewat minuman-minuman keras diclub. Azka yang sebelumnya bahkan belum pernah menginjakkan kakinya ditempat itu, malam ini dia membutuhkan minuman memabukkan itu, untuk sejenak melupakan rasa sakit dihatinya karena ulahnya sendiri.
Azka yang teler berat bahkan tidak mampu hanya untuk sekedar berdiri dengan tegap. Untung saja dia pergi keclub bersama Ray. Jadilah Ray yang mengantarnya pulang.
"Lihat. Lihat diri loe Ka. Apa sekarang loe ngerasa bahagia setelah balesin dendam gak jelas loe itu"
" apa loe bahagia sekarang. Lihat gadis itu, yang belum tentu bersalah dihujat sana-sini sama fans-fans loe Ka"
"Puas lo" Gia yang frustasi dengan tingkah sahabatnya itu melemparkan smartphonenya yang masih menampilkan akun sosial media milik Aurell, kepangkuan Azka yang masih diam dan bertarung dengan pemikirannya sendiri.
Gia adalah salah satu sahabat dekat Azka semenjak kecil, ia tahu persis bagaimana obsesi Azka yang mengatasnamakan kesetiaan pada persahabatan membuat Azka yang dulu dikenalnya berubah menjadi Azka yang dingin dan dikuasai dendam.
Sebelum ini Gia bahkan selalu menceramahi Azka untuk mengurungkan niatnya untuk balas dendam, bukan maksud membela siapapun. Gia hanya tidak sahabatnya itu terjebak atas permainannya sendiri.
Kehancuran. Itulah hal paling buruk yang mungkin Azka terima sendiri.
Tapi kemarin setelah menerima kabar dari Ray, Gia langsung memesan tiket keberangkatan pesawat menuju Jakarta paling pagi. Ia bahkan izin absen tidak masuk sekolah hanya untuk menemui pria bodoh itu.
Apalagi setelah searhcing akun sosial media gadis bernama Aurell, hati Gia pun ikut sakit melihat sesama perempuan mendapatkan hujatan-hujatan dari orang-orang yang bodoh seperti Azka, bahkan mereka yang tidak tahu apa-apa.
"Selamat" Gia mengulurkan tangannya pada Azka yang masih tertunduk, namun tanpa melihatpun Gia tahu, pria itu tengah menangis.
"Elo berhasil balesin dendam loe, semoga Sania bahagia disana ngelihat sahabat sejatinya menyakiti hati seorang wanita dengan cara brengsek kayak gitu"
Gia menarik kembali tangannya saat tak mendapat respon dari Azka, lelaki itu masih menunduk, menahan sesak didadanya yang kembali menyerangnya setelah efek minuman keras yang semalam menemaninya dengan setia telah hilang.
"Semoga loe bahagia setelah ini, setelah melihat dia hancur, gue sebagai sahabat loe cuma bisa Doain. Semoga suatu hari loe gakkan pernah menyesal dengan kalakuan loe"
Gia menarik nafasnya dalam sambil menahan isakannya yang juga hampir keluar, bahkan air mata telah membasahi pipi chubby gadis itu. Sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
"Jikapun elo menyesal nantinya, Semoga dia masih bisa loe lihat dalam jangkauan mata loe, dan Semoga dia gak pernah pergi dengan cara yang sama seperti yang Sania alami".
Gia berlalu pergi setelah mengatakan itu semua. Menutup pintu kamar Azka dengan cukup keras. Meninggalkan Azka yang masih menunduk menikmati penyesalannya.
Keheningan dikamar Azka membuat isakan yang sedari tadi ditahan Azka tak dapat lagi ia bendung. Azka menangis untuk seorang gadis.
Aurell gadis kedua yang berhasil membuatnya meneteskan air mata dan merasakan sesak didadanya jauh lebih sakit saat melihat gadis itu menangis. Setelah Sania tentunya.