12.

2.7K 121 5
                                    

Penakluk takhluk-zigaz

"Apa yang hebat dari loe?"
"Pernah naklukin puncak Mahameru?"
"Pernah jadi juara satu olimpiade matematika?"

"Nggak. Gue hebat saat dulu dengan tidak tahu dirinya bisa membuat gadis cantik kayak loe jatuh cinta sama gue"

---

Aurell berjalan dengan langkah malas saat kakinya mulai menginjak pelataran sekolahnya. Berbanding terbalik dari langkah pertamanya saat bulan lalu pertama kali menginjakkan kakinya disekolah ternama dikota Semarang ini.

Bayang-bayang keceriaannya saat berlarian menuju gerbang sekolah melawan sahabatnya yang juga berlari, dengan penampilan acak-acakan karena dihari pertama Masa Orientasinya sebagai siswa baru di SMA, penyakit lamanya kumat. Apalagi kalau bukan telat karena bangun kesiangan.

Ya. Kini semua keceriaan hanya tinggal kenangan. Sekarang yang ada hanya Aurell yang pendiam. Tak ada lagi tawa riang dari bibir manisnya, tak ada lagi mata berbinar yang selalu menatap dengan pandangan memuja. Tak ada lagi teriakan histeris saat melihat most wanted sekolah berjalan melewati kelasnya.

Tidak ada. Dan tidak akan pernah ada lagi.

Langkah Aurell sejenak berhenti saat melewati mading yang sedang dikerumuni banyak siswa yang juga memakai seragam serupa dengan yang dikenakannya.

Biasanya ia akan ikut nimbrung, bahkan dengan jurus ngotot melawan para gadis ganas didepan mading hanya untuk melihat foto terbaru yang berhasil diambil secara diam-diam oleh para gadis sejenisnya. AZLO. Penggemar rahasia Azka.

Tapi tidak untuk kali ini. Aurell malas. Sungguh. Jika tidak ada peraturan disekolah ini. Sudah dipastikan bahwa manding sialan itu sudah hancur berantakan saat ini. Tapi tidak. Aurell masih cukup waras saat ini. Sudah cukup dia mempermalukan dirinya sendiri.

Kepalanya menggeleng. Dengan senyum remeh muncul dibibirnya. Ya, Aurell tersenyum remeh, meremehkan dirinya sendiri. Menertawakan kebodohnnya sendiri.

Aurell bukan lagi Aurell yang bodoh yang akan terpikat lagi pada cowok sialan itu. Tidak lagi. Aurell yang bodoh dulu itu, sudah mati.

"Rell" Aurell yang hendak melangkah, mengurungkan niatnya saat sebuah tangan dengan telapak tangan cukup lebar menepuk pundaknya.

"Kak Ray" Aurell menoleh dan mendapati Ray tengah tersenyum kearahnya, yang hanya dibalas senyuman kecil oleh Aurell yang sangat nampak dipaksakan.

"Tumben gak nyeruduk pasukan geng paparazi dadakan"

"Enggak kak lagi males"

"Masa sih, gak percaya kakak"

"Ih beneran Aurell udah gak minat"

"Biasanya juga sampai lecet-lecet tuh tangan kamu bela-belain lihat mading"

"Tapi itu DULU" Aurell menekankan kata dulu dan mengangkat kedua tangannya membentuk tanda kutip.

"Beneran nih udah gak tertarik padahal kakak punya loh foto si ITU lagi shirtless, uh kalo kakak kasih kecewe paparazi laku berapa kira-kira ya"

My Bad Boy CassanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang