10.

2.7K 115 12
                                    

Azka tengah menelusupkan kepalanya diantara kedua tangannya yang ia letakkan diatas meja bar. Beberapa kali Azka mengangkat kepalanya hanya untuk sekedar memandangi gelas berisi vodka ditangannya dan meneguknya kembali.

Hanya dengan cairan bening berkadar tinggi itu ia bisa sedikit membagi kesedihannya dan rasa sesak dihatinya. Yaa hanya sedikit. Karena saat kesadarannya dibawah pengaruh alkohol maupun saat sedang tidur sekalipun tidak ada setiap hal tanpa Aurell.

"Rell. Jangan jauhin gue Rell.."

"Maaf"

"Maafin gue"

Arya didepannya bahkan ikut merasakan kesedihan yang sedang Azka rasakan, bagaimana tidak. Jika sahabatnya yang selama ini dikenal begitu dingin dan bermuka datar, serta hobi matahin tulang orang lain tanpa ampun, kini tengah menangis disela-sela racauan tidak jelasnya.

Semenjak awal kenal hingga bersahabat dengan Azka, Arya kira Azka itu robot yang tidak punya ekspresi, tertawa lepas, apalagi menangis, mungkin saja kan Azka terakhir menangis waktu dia dilahirin. Coba tanya emaknya.

tidak pernah Azka sekalipun terlihat sedih ataupun bahagia, wajahnya selalu saja- datar dan dingin.

Tapi sejak bertemu gadis itu, sebego-begonya Arya, sebagai seorang sahabat, dia dapat melihat segala perubahan pada Azka. Tanpa sepengetahuan siapapun Arya seringkali melihat senyum kecil yang tercetak pada bibir Azka saat melihat tingkah konyol gadis bernama Aurell.

Arya yang selalu bersama Azka saat istirahat banyak menghabiskan waktu ditaman belakang sekolah juga sekaligus saksi betapa lucu sisi lain Azka si cool boy.

flasback

"Buat kakak ganteng" Aurell mengulurkan tangannya yang membawa kotak bekal berwarna pink. Senyum manis terpatri indah dibibirnya.

Senyum manis yang selalu menggoda Azka untuk memandangnya, bahkan rasanya setiap detik Azka saaaaaaaaangat ingin memandang senyum manis gadis innocent didepannya.

Apalagi bibir manis yang selalu berbicara dengan nada manja itu, membayangkannya saja bisa membuat sesuatu dibawah sana bergejolak hebat. Hadehh.. ingat Azka, "love is protecting rather than destructive".

Kalo sudah begini, kumat deh sisi mesumnya Azka.

Hanya saja dendam dan gengsi serta egonya yang tinggi setinggi tugu monas, seakan mampu mengendalikan Azka untuk tetap menjaga dinding kokoh yang telah lama ia bangun.

Dinding kokoh yang suatu saat mungkin akan runtuh dan membunuh dirinya sendiri.

Apalagi prinsip yang selalu ia pegang erat, bahwa cinta itu melindungi bukan merusak.

"Bawa aja sana, nggak sudi gue makan"

"Ih gak boleh gitu, Aurell kan masaknya penuh cinta, nih bukti perjuangan Aurell" Aurell menunjulkan jari teluknya yang dibalut plaster.

"Azka kenapa sih selalu nolak pemberian Aurell, kemarin boneka dibuang ketong sampah, kemarennya lagi jaket dibuang ke rooftop, kemarin dan kemarin, kemarin yang lainnya juga kayak gitu"

"Satu gue punya duit buat beli itu semua dan gue gak semiskin itu sampai harus dikasih-kasih barang sama cewek"

"Dua gue gak suka sama loe"
"Tiga gue gak suka sama loe"

"Dan seterusnya gue gak suka sama loe"

"Hih Azka ngeselin!!"

"Bodo"

My Bad Boy CassanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang