Sumpah gue kesel mode on.
Kemaren foto preewed dia yang nentuin tema. Iya sih elegan dan mewah, gue yakin juga pasti tuh ya bayar jasa WO buat nyiapin segala persiapan pernikahan kita juga mehong.Tapi kan gak gini juga, masa semua yang nentuin dia. Nah gue. Gue kan juga pengen milih. Apa perlu gue bongkar celengan babi gue buat ikutan bayar. Biar gue punya hak dikit gitu buat milih sesuai keinginan gue. Yah meskipun gue yakin isi celengan gue juga gakkan cukup, jangankan dapat gaun. Paling juga cuma dapat resletingnya doang udah untung.
Mamah daku sebal. Pengen lelepin Azka yang fucking handsome ke segitiga bermuda.
"Kok manyun ajah, kenapa. laper?" Azka ngusap kepala Aurell yang sedari tadi datang memilih gaun yang akan mereka gunakan saat pernikahan mereka, gadis itu hanya diam. Kan aneh Aurell yang biasanya petakilan jadi pendiam kayak gini.
Bukan apa-apa, Azka takutnya Aurell kesambet, kan kasihan setan yang ngerasukin tubuh Aurell. Ntar setannya kepanasan lagi. Setan bego ngerasukin tuh milih-milih cewek petakilan kayak calon istrinya itu kok dirasukin, emang gak ada yang sexy dikit apa. Ehh.. wait. Kenapa malah bahas setan sih.
Salahkan saja Azka yang begonya kadang kumat gak pandang sikon.
Azka semakin mengernyit bingung saat bukan jawaban yang ia dapatkan dari gadis dihadapannya itu, matanya malah menangkap satu air mata jatuh dari mata Aurell.
Azka mengulurkan tangannya, menyeka lembut air mata Aurell yang mengalir dipipi putihnya. Meski sebenarnya Azka sendiri bingung mengapa gadis itu menangis. Apakah Aurell sedang sakit. Ahh.. Azka bodoh memang, dia tidak peka sekali, kalau saja dia tau Aurell sedang sakit, ia pasti tadi tidak akan memaksa gadis itu untuk melakukan fitting baju hari ini.
Kesehatan dan kebahagiaan Aurell lebih penting bagi Azka lebih dari apapun. Bahkan seluruh harta yang akan diwariskan papanya sekalipun.
Azka membawa kepala Aurell untuk menyender pada dada bidangnya yang memang sandarable banget. Mengusap rambut panjang gadis itu dengan gerakan naik turun serta menghujani puncak kepala Aurell dengan kecupan-kecupan.
Mencoba memberikan ketenangan pada Aurell lewat kehangatan pelukannya.
"Aurell sakit?, kita kerumah sakit yuk, atau Aurell laper?, kita cari makan yuk sayang, gak papa fitting bajunya besok aja"
Aurell menggeleng kecil dalam pelukan yang masih dapat dirasakan oleh Azka.
"Aurell kesel sama Azka" Aurell yang masih berada didekapan Azka memukul kecil dada bidang lelaki itu dengan tangis yang semakin pecah.
"Kesel kenapa?, Azka ada salah?"
Azka semakin mengernyit bingung saat Aurell tidak menjawab pertanyaannya malah menenggelamkan kepalanya semakin dalam pada pelukannya dan sesekali menggigit kecil dadanya, membuat Azka mengerang sakit namun tanpa suara. Melihat Aurell menangis saja sudah sangat menyakitkan untuk hatinya bahkan lebih sakit daripada sakit karena gigitan Aurell.
Azka memberi isyarat menggunakan tangannya saat pemilik toko sekaligus designer terkenal yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri masuk keruangan dimana ia dan Aurell berada saat ini untuk keluar.
Mengerti dengan keadaan gadis cantik yang masih seumuran dengan Azka itupun keluar dengan membawa kembali gaun-gaun cantik yang tadi hendak ia rekomendasikan kepada kedua pasangan calon pengantin muda itu.
Azka membiarkan Aurell menangis dipelukannya hingga tangisnya mulai mereda.
"Azka ngeselin tau, kenapa dari kemarin yang milih dan nentuin semuanya Azka. Emang yang mau nikah Azka ajah. Trus apa gunanya Aurell ikut Azka kalau semua udah ditentuin sama Azka" Azka hanya mendengarkan curahan hati gadis kecilnya yang sesekali masih terdengar sesenggukan karena sisa tangisannya.