#3

7.2K 349 2
                                    

~MUHAMMAD ALVARIZI

Sore itu, aku diminta tante untuk menemani aldo rapat baju pengantin. Ternyata ketemu mahasiswa menyebalkan itu lagi. Astaghfirulloh, tapi kenapa saya malah memikirkan dia? Akhwat yang bukan mahrom saya. Ah, siapa namanya? Iya, Karin.

"sampai kapan antum mau melamun disitu?" Suara faiz membuyarkan lamunanku.
"bukankah antum ada jadwal ngisi pengajian nanti sore?" sambungnya.
"ah, iya saya lupa. Antum mau ikut?" tanyaku.
"Ana ikut aja dah, siapa tahu ketemu jodoh disana. Heheheh" ujar faiz.
"antum kalo mau pengajian, niatnya yang ikhlas, jangan karna duniawi" lanjutku. "na'am, ana mafhum kyai alva..." ungkapnya.
"jangan panggil ana kyai, faiz!" omelku. "afwan alva.. Hehehe ana cuman bercanda" kata faiz

***

~KARIN NOVILDA PRAMATYA

Tepat pukul setengah 3, dewi menjemputku. Aku mengambil tas, izin ke bunda, lalu pergi dengan dewi. Aku dan dewi akan pergi pengajian, sudah rutin kami mengikuti pengajian itu setiap 3 bulan sekali. Ustad yang mengisi pengajian juga berganti ganti, jadi tidak bosan. Dewi bilang, dia akan mengenalkanku dengan temannya. Kami sedang menunggunya di depan masjid sekarang, tapi tak kunjung datang juga.

"maaf dew, aku telat" kata seorang perempuan. Bisa kusimpulkan kalau dia adalah teman dewi yang ingin di kenalkan ke padaku.
"kenalin namaku NUR FADILAH, biasa dipanggil NUR" ujarnya.
"aku karin novilda pramatya, biasa dipanggil karin" balasku.
"udahkan kenalanya? Sekarang kita masuk. Yuk!" kata dewi buru buru.

Saat pengajian dimulai, aku tidak terlalu memperhatikan. Sejak tadi aku berkutik pada hpku, berusaha menyelesaikan tugas tugas dari dosen killer itu. Sampai aku mengenali suara itu, kutatap kedepan dan ternyata PAK ALVA? Kenapa dia bisa disini? Dan hey, temannya Subhanallah.. Eh, Astaghfirulloh, lantas kutundukkan kepala. Istighfar, menyadari bahwa itu zina mata. Berkali kali ku ucapkan istighfar.

Saat tiba pada sesi tanya jawab, dewi menyenggol pundakku, menyuruhku bertanya. Tentu saja aku tidak mau. Alasan dewi hanya agar pak alva melihat kearah kita. Astaghfirulloh.

Dewi mengangkat tangan?

"udah gila lu, hah? Mau nanya apaan ha?" pasalnya aku tahu, sedari tadi dewi tidak memperhatikan penjelasan pak alva sama sekali. Terus sekarang dia angkat tangan ingin bertanya? Udah gila nih anak.
"iya, mbak yang di pojok" pak alva menunjuk dewi yang duduk di sebelahku, lantas melihat ke arahku dengan tatapan heran. "hey, kenapa? Ini tempat umum kan?" batinku dalam hati.
"pak.. Eh, ustad, kenalin temen yang disampingnya dong. Hehehehe sekalian statusnya ya" tanya dewi dengan tanpa berdosa.
"Astaghfirulloh, lu gila kali ya?" umpatku
"ganteng bener rin, dua mahluk tuhan itu" ucap dewi ngelantur
"Astaghfirulloh, nunduk, jangan dilihatin mulu, zina mata tauk!" ucapku.
Nur yang sedari tadi diam saja, kulihat sedang senyum senyum sendiri, sambil terus melihat teman pak alva itu. Astaghfirulloh, sepertinya kedua temanku ini sudah memenuhi syarat untuk kumasukkan ke MENUR.

"assalamualaikum.. Nama ana Ahmad Faizul" jelas teman pak alva.
"sudah cukup?" tanya pak alva sambil menatap dewi tajam.
"statusnya ustad" lanjut dewi tak mau kalah.
"astagfirullah, lu kagak malu hah? Dilihatin seantero masjid?" umpatku
"gapapa kali rin, pertanyaan dewi bermanfaat juga buat banyak orang. Hehehe" ungkap nur.
"ana masih belum menikah, doanya saja, semoga segera diberi jodoh" ungkap uastad faiz di depan.

Lantas ku dengar banyak orang bergumam Alhamdulillah secara bersamaan, memenuhi masjid. Kenapa pula dengan semua orang disini? Tanyaku dalam hati.

___

Segitu dulu ya guys,,
Hehhee maap kalo masih berantakan atau nggak jelas. Ini pertama kalinya saya nulis cerita. Masih butuh proses buat belajar.

Makasih bagi yang udah nyempetin waktu buat baca:)
Tunggu episode berikutnya..

Jangan lupa Al-Qur'an nya ya guys 💕

Assalamualaikum..

Ig: @amaliauswatun_
Fb: amalia uswatun
Gmail: amalia.mojokerto@gimail.com

Dear, Imam Pilihanku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang