#1

20.3K 494 11
                                    

"Tamu itu datang lagi, dasar tidak tau sopan santun" umpatku sambil terus saja belajar. Dia, Aldo Pratama anak tunggal yang sialnya jadi teman satu kampusku sekaligus tetangga sebelah rumahku yang setiap hari mengadakan kunjungan di rumahku. Bukan apa apa, hanya saja dia mencari muka didepan bunda agar bisa dekat dengan kakakku Rasya Sheila Pramatya.
Setelah suaranya hilang, kupustuskan untuk turun sekedar mengambil susu panas untuk penyegar otak. "Tamunya udah pulang bun?" kulihat bunda sedang asik memindahkan bola bola coklat kedalam toples. "Udah, nih dia katanya cuman mau nganter ini buat kamu? Katanya kamu yang pesen?". "Astagfirullah bun, karin nggak pernah pesen apa apa ke dia, palingan dia kesini cuman buat modus ke bunda, biar bisa deketin kak rasya". "Astaghfirullah, istighfar nak, kamu nggak boleh berprasangka buruk ke sesama muslim" kata bunda.
"yaudahlah bun, karin mau tidur dulu, bye bunda"

Kulangkahkan kakiku untuk naik ke kamarku. Aku menatap jendela kamar, berharap perasaanku kepadanya terbalaskan. Iya, aku Karin Novilda Pramatya sudah lama mememdam rasa padanya, Aldo Pratama. Tapi sayangnya, rasa itu tak terbalaskan karna dia menyukai kakakku, rasya. Rasya memang sudah lulus kuliah dan bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit besar di kotaku. Tapi umurnya tidak jauh beda dengan aldo, karna aldo bukan anak rajin di kampus, jadi dia molor 3 tahun buat lulus, penyandang status mahasiswa abadi. Sedangkan kakakku rasya, ia teramat pintar, selain akselerasi saat sekolah, ia juga mampu menamatkan kuliahnya hanya dalam waktu 3 tahun. Aldo ber umur 26 sementara rasya 24 dan aku 20.

***

Adzan subuh sedang berkumandang, aku bangun untuk memenuhi panggilan Sang Pencipta. Setelah shalat subuh, aku melanjutkan tidurku yang sempat terbengkalai.

"rin, bangun.. Katanya ada kelas pagi?" bunda menarik selimutku.
"masih subuh bundaaaaaaaa.. huuwaaaa" kantuk masih sangat terasa.
"subuh apanya? Sudah jam setengah delapan rin!". "Astaghfirulloh bundaa... Kenapa baru dibangunin? Telat bundaa.."
Sambil tergopoh gopoh mandi, ganti baju, lalu berangkat.

"kamu nggak sarapan dulu?" tanya bunda
"nggak keburu bun, mau telat, dosennya killer" kusambar kunci mobil, dan langsung bergegas.

Ternyata kelas sudah mulai, gimana? Aku langsung saja masuk ke dalam.
"assalamualaikum.. Pagi pak"
"Waalaikum salam.. Telat lagi? Kali ini alasan kamu apa lagi? Ban bocor? Pohon tumbang? Monyet di jalanan? Mending kamu keluar dari kelas saya!"
"emmm,, anu pak.. Eh.. "
"KELUAR!"

"kenapa sih elu telat mulu?" tanya dewi sahabat baikku. "kesiangan" jawabku.
"tiap hari elu mah kesiangan mulu"
"gak mood gua bahas gituan, ke kantin aja yuk?" ajakku

Kantin terlihat sangat ramai. Tentu saja, hari ini banyak dosen yang membuat tes dadakan. Cara membunuh mahasiswa perlahan. Untung saja aku bukan termasuk korbannya, hahahaha.

"elu beli es, biar gua yang beli bakso" kata dewi
"sip dah"

Saat selesai membeli es, dan berbalik, bermaksud untuk kembali ke tempat dudukku dengan dewi, aku menabrak seseorang. "eh, maaf" esku mengenai kemejanya.
"lain kali hati hati, punya mata di gunain." ternyata yang kutabrak pak alva. Dosen killer yang menyuruhku keluar kelas tadi.
"maaf pak" ujarku
"kamu lagi! Astaghfirulloh, sudah, saya nggak mau berurusan sama kamu" lantas melangkah pergi.

"pak alva tuh keren tau rin!" kata dewi
"keren dari mananya hah? Dosen jutek, disiplinnya kelewat bates, sama kalo ngasih tugas kelewat bates, masih lu bilang keren?" emosiku mulai meledak
"dia ganteng tau, padahal umurnya udah 28, dan katanya ya, dia tuh singgel. Nggak pernah pacaran." jelas dewi.
"kan emang pacaran nggak boleh dew, gua juga gak pernah pacaran kali" ujarku sebal.

***

Dear, Imam Pilihanku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang