#28

5.7K 204 0
                                    

"kenapa dengan istri saya? KENAPA?" tanyaku sesikit menaikkan oktaf suaraku, khawatir.
"maafkan saya, karna salah satu dari mereka tidak bisa diselamatkan. Kamu harus menentukan, siapa yang ingin kamu selamatkan" ucap aji lesu.

Bagaimana ini ya rabb.. Bagaimana bisa hamba memilih diantara kedua malaikat hamba.

"oke, tolong selamatkan istriku" ucapku mantap. Entah ada dorongan dari mana, aku memilih menyelamatkan istriku.

"baik, silahkan anda keluar. Saya akan berusaha semaksimal mungkin" ujar aji.
"terimakasih" kataku kemudian.

"GUA NGELAKUIN INI DEMI KARIN! BUKAN DEMI ELU! DAN LU TAU? SEBENERNYA ELU SAMA SEKALI GAK PANTES BUAT KARIN!" desis aji penuh penekanan.
"JANGAN KIRA, GUA GAK TAU SEMUA YANG ELU LAKUIN KE KARIN!" lanjutnya.

***

~KARIN NOVILDA PRAMATYA
-18.00

"emm.."
"mas alva.. Bunda.." erangku. Nyeri sekali rasanya.
"karin, kamu udah sadar nak?" tanya bunda disebelahku.

"alhamdulillah bun.."

"ada izah, difa, sama dewi loh" ujar bunda.

"wah,, masa? Dimana mereka?"
"eh bun, kok perutku rata bun? Aku udah lahiran ya? Wahh,, dimana dedek bayiku bun?" lanjutku berbinar.

"tunggu alva kesini ya.." ucap bunda.
Mas alva? Emangnya mas alva masih peduli sama aku? Atau hanya sebatas kasihan? Ah, menyedihkan sekali aku ini.

-18.25

Assalamualaikum..
"Waalaikum salam. " jawabku dan bunda bersamaan.
"eh papaaaaaaaa..." ujarku bahagia.

"hai anak papa, gimana kabarnya?"

"karin baik baik aja kok pa. Eh, karin udah lahiran loh pa. Tapi bunda gak mau kasih tau aku. Kata bunda nunggu mas alva" curhatku.
"iya dong, nunggu alva. Kan dia suami kamu" ucap papa.

Assalamualaikum..

"Waalaikum salam.." jawabku bersamaan dengan bunda dan papa.
"duh, udah sadar lo? " cibir dewi.
"uh,, dasar" ucapku sewot.

"dari mana aja kalian hemm?" tanyaku kemudian.
"dari kantin rin, nyari cemilan" ucap izah.
"ohhh.."

Assalamualaikum..

"Waalaik... Mas alva?"
"gimana kabarmu sayang?" tanya mas alva lembut sambil beringsut mendekatiku.

"stop! Jangan dekat dekat! Dan jangan panggil aku dengan panggilan itu. PAK ALVA" ucapku dingin penuh penekanan.

"tapi kenapa? Kamu kenapa?"
"kau tanya kenapa? Haha.. Lucu sekali" ujarku tersenyum sinis. Tapi kenapa aku meneteslan air mata untuk lelaki ini? Ya, memang aku mencintainya. Tapi hanya aku saja. Lucu sekali bukan?

"Jika hanya salah satu dari kita yang merasakan cinta, maka hentikanlah. Bukankah itu menyakitkan? Cinta satu pihak, bukanlah cinta yang wajar"
-karin N.P


Kulihat mas alva semakin mendekatiku.
"stoppppp.. Jangan dekat dekat!" pekikku terisak. Tapi dia malah membawaku kedalam pelukannya. Pelukan yang amat kurindukan.

"lepasinn... Lepasin aku.. Hiks"
"mas sangat merindukanmu.." lirih mas alva.
"rindu? Simpan saja rindumu untuk wanita itu mas.. hiks.. Untuk nur!  Lepasin mas.. Pelukanmu itu bekas wanita lain.. hiks"

Semakin kuat aku memberontak, semakin kuat pula dia mendekapku.
"maafin mas, rin.. Mas tersiksa kalo kamu perlakuin mas kaya gini" lirihnya lagi.

"mas tersiksa? Apa lagi aku mass.. Aku selalu mencoba buat kuat mas. Aku tau semuanya mas.. Sudah berapa kali mas bohongin karin? Aku tau mas.. Tapi aku diam. Coba kalo aku deket sama aji, mas langsung marah. Padahal apa? Aji sahabatku. Sedangkan nur, masalalu mas!" kutumpahkan semua yang sudah ku pendam. Jujur, kini aku sudah merasa sedikit lebih lega.

"maafin mas rin.." lirih mas alva.
"karin sudah maafin mas, tapi mas tau? Setiap kaca yang udah pecah, ga bakal bisa kembali utuh" ucapku terisak.

"tapi mas mau berusaha buat kembaliin kaca itu supaya utuh lagi. Kamu mau bantu mas?" tanya mas alva sungguh sungguh.

Aku berfikir sejenak, dan hanya bisa mengangguk terisak. Karna jujur, aku masih sangat menyayangi mas alva. Apapun yang telah mas alva lakuin.

Kurasakan dia semakin mempererat pelukannya. Maka kuputuskan untuk membalas pelukan itu. Pelukan yang amat menenangkan.

"mas, mana dedek bayinya? Karin pengen liat" rengekku.
Kulihat mas alva hanya bisa menunduk. Begitu pula dengan semua orang.
"kenapa kalian? Kenapa karin ngerasa kalian nyembunyiin sesuatu dari karin? Dari tadi karin pengen ketemu dedek bayi, tapi kalian seperti menghalangi. Kenapa?" ucapku sambil menggoyang2 kan tubuh mas alva yang masih menunduk.

"maafin mas, karin.. " lirih mas alva.
"karin udah maafin mas. Sekarang dimana dedek bayinya?" tanyaku tegas.
"maafin mas karna ga bisa jaga dedek bayi.." lirih mas alva.
"tapi karin bisa jaga dedek bayi" ucapku meneteskan air mata.
"tapi dedek bayi udah kembali, udah seneng di surga.." ucap mas alva lirih.

"APA!?" pekikku terkejut.
"maafin mas..." lirihnya.

Sungguh aku sudah tidak bisa berkata kata lagi. Apa lagi ini ya rabb? Belum selesaikah cobaan yang kau berikan? Kenapa engkau begitu banyak memberi cobaan kepada keluarga hamba?

Kuhapus air mataku kasar. Kulepas pelukan mas alva. Kupeluk lututku sendiri. Mencoba memahami kenyataan.
"tolong tinggalin karin sendiri" kataku datar.
"mas ga akan tinggalin kamu sendiri lagi, kamu punya mas rin.." lirih mas alva.
"tolong, karin mohon" ucapku lemah.

"ayo nak alva, biarin karin sendiri dulu" ucap bunda membuka mulut.
"tapi bun.." lirih mas alva.
"ayo nak alva.. Dan karin, nanti kalo kamu butuh apa apa, teriak aja. Kita didepan pintu kamar" final bunda.
Aku hanya mengganggukkan kepala tanda setuju.

***

Haihai guys!
Gimana nih kabarnya?
Maaf ya baru update, soalnya lagi ribet ngurus sekolah. Maklum hari pertama masuk sekolah kan ya? Hehehe..
Tunggu next episode ya 😉

Jangan lupa Al-Qur'an nya 💕

Assalamualaikum..
@amaliauswatun_

Dear, Imam Pilihanku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang