Dengan sneakers yang sudah usang gadis itu berjalan menyusuri koridor.
Yuri berjalan lemas sembari menatap kertas ditangannya itu, rasanya ia ingin mencopot
bola matanya sekarang, tak sanggup melihat angka yang tertera disana.Pikirannya melayang layang bagaikan butiran debu halus dijalan seoul. Dari mana dirinya bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam urung waktu tiga bulan.
Yuri membutuhkan pekerjaan yang sekiranya dapat menggajih maksimal 20 juta perbulan,
heol, pekerjaan macam apa itu. Mencari pekerjaan zaman sekarang tak semudah
mencari ikan dilaut.Bruk!
Yuri menabrak seorang suster yang sedang berjalan didepannya, gadis itu langsung membungkukan badan dan meminta maaf, bersyukurlah ia bertemu suster yang baik
hati, suster itu tersenyum dan memaafkan kelalaian Yuri dengan lapang hati.Yuri memasukan kertas kwitansi itu kedalam kantong celananya saat dirinya sudah berada didepan kamar rawat inap sang kakak, Gieun.
Dibukanya engsel pintu dengan pelan, lalu dirinya mendapati Gieun yang sedang menonton televisi sambil menyemil makanan yang ia beli tadi pagi.
Dengan cepat Yuri langsung merebut makanan itu dari tangan Gieun, "Yak! Jangan makan sembarangan!"
"Mwo? Aku lapar! Kembalikan snack milikku."
Yuri menatap bungkus makanan ringan itu, lalu melihat sang kakak lagi, "Jangan mengada, ini punyaku!"
"Mck!" Gieun berdecak, lalu ia menjilati jari tangannya yang menempel bumbu halus dari snack itu. "Ah, lezat."
"Jorok!" Ucap Yuri jijik.
"Biarlah," Gieun melanjutkan aktifitasnya tadi.
Setelah jarinya bersih dari bumbu Gieun mengarahkan pandangannya ke Yuri yang
sedang duduk melamun disofa. "Yuri," Panggilnya.Yuri tak menengok, Gieun mendecak. Ia tuli atau bagaimana, pikir Gieun. Tak menyerah Gieun memanggil Yuri lagi dengan volume
yang ditambah, "YAK! PARK YURI!"Yuri tersadar dari lamunanya dan menatap Gieun yang sedang memandangi dirinya intens, "Mwo? Kau ingin ketoilet?"
"Ani," Gieun menggeleng cepat, "Kau sudah menemui dokter?"
Yuri berjalan mendekat kearah Gieun lalu duduk dipinggir kasur, "Sudah, dia bilang kau hanya kelelahan," dusta Yuri, ia tak ingin mengucap kebenaran pada Gieun saat ini.
Gieun mengganguk, mungkin dirinya terlalu memaksakan diri bekerja makanya ini terjadi, "Besok aku bisa pulang?"
"Tidak, kau harus menginap disini sampai minggu depan."
Ucapan Yuri barusan membuat Gieun terkekeh, "Yak, bukannya aku hanya kelelahan? Kenapa harus menginap selama itu. Bagaimana dengan pekerjaanku?
"Jangan pikirkan pekerjaan dulu, fokuslah dengan kesembuhanmu!" Tutur Yuri pada wanita berambut panjang dibiarkan terurai dihadapannya itu.
"Kesembuhan? Memang aku sakit apa? Aku hanya kelelahan 'kan?"
Yuri menelan salivanya, betapa ceroboh dirinya, hampir saja dirinya keceplosan, "Ani, maksudku kesehatanmu," Yuri tertawa hambar.
"Aku tidak mau lama lama disini, kontrak ku dengan Bighit harus ditanda tangani besok," Ucap Gieun tertunduk lesu, Yuri tidak tega melihatnya. Tapi mau bagaimana lagi Gieun harus dirawat inap karna penyakitnya itu.
"Lepaskan saja kontrak itu eon, mungkin bukan rezeki," Yuri mencoba menenangkan sang kakak.
Gieun langung mendongak dan menatap Yuri sadis, "Micheosseo? Aku tidak akan melepas kontrak itu!" (Kau gila?)
"Memangnya kenapa? Karna Bangtan adalah idolamu?!" Ucap Yuri dengan nada dingin, ia sendiri tak menyangka dirinya bicara seketus itu pada Gieun.
Tapi apalah daya emosinya sudah diujung
tanduk. Dirinya sudah lelah memikirkan penyakit kakanya dan bagaimana cara membayar biaya rumah sakit ditambah lagi sifat Gieun yang keras seperti tembok China."Tentu saja, dengan aku menjadi Coordi noona
di Bighit aku bisa bertemu 7 lelaki kesayangan
ku itu.""Kau bisa bertemu saat mereka mengadakan konser," Kali ini Yuri berusaha menahan amarahnya, bagaimana pun juga dirinya
harus sopan pada Gieun, "Lepaskan saja
kontrak itu."Gieun menggeleng, "Dikonser aku hanya
melihat mereka dari jauh, kalau aku bekerja
di Bighit aku bisa menyentuh mereka dengan bebas."Yuri menatap kakaknya itu dengan tatapan jijik, sejak kapan kakanya menjadi Byuntae seperti ini, apakah ini efek samping penyakit yang ia idap?
"Ayolah eon, fokus dengan kesemb--" Yuri menggeleng, "Kesehatanmu." Lanjutnya.
"Itu bukan alasan utama kenapa aku
tak mau melepas kontrak itu, Yuri, kau
harus tau gaji yang mereka tawarkan
tidak sedikit.""Berapa?" Tanya Yuri penasaran.
"5 juta," Ucap Gieun bersemangat.
"Itu sedikit eon," Yuri terkekeh.
"5 juta sekali acara. Kau tau kan BTS itu boygrub yang sibuk dalam satu hari acara mereka bisa 3 atau bahkan 5, hitung saja sendiri uang yang akan aku dapat dalam sebulan."
Yuri menganga. Astaga itu gila, pikir Yuri. Apakah Bighit membayar dengan uang sungguhan atau uang monopoli?
"Awas lalat masuk ketenggorokan mu," Gieun merapatkan mulut adiknya yang menganga itu, "Bagaimana? Nona mata duitan, apakah kau masih ingin menyuruhku untuk melepas kontrak itu?"
Yuri diam, ia bingung saat ini. Uang yang ditawarkan Bighit sangat menggiurkan hasrat. Tidak bisa dilewatkan begitu saja. Tapi tidak mungkin juga ia membiarkan Gieun bekerja dengan kondisi yang seperti itu.
"Hey, jawab aku, jangan melamun," Gieun melambaikan tangannya kedepan muka Yuri.
Yuri menerjap mata sadar, lalu menatap mata Gieun dalam, sedalam sungai Kongo yang ada
di Afrika, "Eonnie," panggilnya.Sepertinya Yuri ingin bicara serius, Gieun balik menatap mata adiknya itu, "Mwo?"
"Sebenarnya aku tidak ingin memberitahumu tentang ini, aku tidak ingin melihatmu sedih," Yuri menelan salivanya dengan susah payah,
"K-kau sebenarnya mengidap penyakit k-kanker stadium 2."---
Tbc,
Voment sangat dibutuhkan disini gaes, jangan pelit yah😋
-widdy✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Inopinatums | Jungkook
أدب الهواةPeople maybe watching I don't mind 'cause Anywhere with you feels right -Inopinatums Kisah semu dibalik backstage. Satu hal yang harus diketahui, they fall in love and slammed in the plains. © Wechanxz 2010 Started: 13-06-18. Hightgst rank : 'Longli...