Chapter 6 : Perencanaan

28 2 2
                                    

Besoknya, kami berlatih untuk memperkuat diri kami. tanpa kekuatan, kami hanya mengantarkan nyawa kami. Pagi harinya kami latihan. dan malamnya kami mencari informasi di perpustakaan kerajaan, banyak tak kami ketahui tentang dunia ini. mengumpulkan informasi, menganalisa, dan membuat uji coba. cara apapun kami lakukan agar tidak kehilangan nyawa kami satupun.

"baik,semuanya dengar. Sesuai prosedur klub, persentasikan apa yang kita dapat. Kak juno, sekarang giliranmu."

Kataku seraya membuka pertemuan rutin. Juno maju kedepan ruangan. dia menggunakan kacamata yang entah dapat dari mana.ngomong-ngomong, kami meminta ruangan khusus untuk kami berkumpul. Kami tidak bisa terus menggunakan Kamarku untuk pertemuan. 

"Baik. aku menemukan bahwa konsep sihir di dunia ini terdapat pada imajinasi pengguna. kesimpulannya, casting atau perapalan mantra tidak dibutuhkan. casting itu sendiri hanya membantu menggambarkan sihir yang digunakan. contohnya sihir fireball. coba rudi keluarkan sihir itu disini."

"baik. wahai Api bakarlah musuh didepanku [fireball]!!!."

Sebuah bola api seukuran kepalan tangan keluar dari telapak tangan Rudi. setelah itu, dia langsung menghilangkannya. 

"cara itu akan memakan waktu cukup lama, cukup pusatkan mantra di tanganmu. bayangkan ada bola api ditanganmu seperti ini. bola api pun keluar dari tangan Juno.

"sebentar, bukannya element sihirmu bukan Petir?" tanya Diana penasaran.

Di dunia ini, sihir dibagi menjadi beberapa element yaitu api,air,tanah,Dan petir. Kebanyakan orang Hanya dapat menggunakan satu element. Hanya beberapa orang yang dapat menggunakan dua atau tiga element sekaligus.

"itulah yang ingin kubahas selanjutnya,  sistem element dalam sihir ternyata bukanlah hal yang mutlak, tapi itu adalah hal yang relatif."

"maksudnya?"

"Hal tersebut menjadi relatif karena sebenarnya semua orang dapat menggunakan semua elemen, tapi ada yang kusebut sebagai kecocokan elemental. misalnya, seseorang dapat menggunakan sihir angin dengan mahir, sebenarnya dia dapat menggunakan semua elemen. tapi tak akan sekuat sihir anginnya. aku pun hanya bisa mengeluarkan fireball sebesar bola basket."

"Yang ketiga adalah prinsip manipulasi mana kan?" kataku sambil merapihkan rambut.

"Benar, Aku tau kau sudah menyadarinya saat menggunakan teknik [Scarlet Wave]. [Mjolnir] ku pun adalah teknik yang menggunakan prinsip manipulasi mana. bahkan, sihir elemental yang lain bisa dibilang menggunakan prinsip ini. ada tiga langkah dalam manipulasi mana, yaitu kumpulkan, kendalikan, dan wujudkan. tiga langkah ini yang menjadi inti dari sebuah sihir. dengan imajinasi, kita dapat mewujudkan sihir apa yang ingin kita keluarkan." 

Juno mengangkat sedikit kacamatanya, entah kenapa muncul cahaya di kacamatanya seperti adegan anime yang memiliki karakter berkacamata. agak menyebalkan melihatnya bertingkah begitu.

"intinya semakin kuat sihir kita tergantung pada imajinasi kita. dan semakin kreatif kita memanipulasi mana, semakin banyak tekhnik yang bisa kita ciptakan. ini saja yang ingin aku katakan, sekian." Setelah Juno kembali duduk, suara ketukan terdengar dari pintu.

" permisi, Hero-sama dipanggil oleh Raja di singgasananya sekarang." 

Seorang pelayan istana masuk ke ruangan,kami langsung menghentikan diskusi kami. 

"Baiklah,kami akan kesana segera. ayo semuanya."

kami langsung bergegas menuju ruang singgasana. sepertinya Raja Ingin mengatakan  sesuatu yang penting. 

Suasana di ruang Singgasana sangat sibuk, para menteri sedang membaca banyak dokumen dengan cepat.  Raja sedang memerintahkan salah satu menteri, kami tak tau apa yang dikatakannya, tapi itu terlihat sangat penting. raja yang menyadari kehadiran kami langsung menyapa kami.

" terima kasih kalian sudah datang karena panggilanku, maaf mengganggu pertemuan rutin kalian."

Aku menunduk dan menyalami sang Raja.

"tak apa Yang Mulia, kami pun sudah sudah selesai. Pasti ada hal yang sangat penting sampai memanggil kami." 

"Langsung saja ke intinya, baru baru ini ditemukan lantai tersembunyi di Sigill Great dungeon. aku ingin kalian ikut dengan Tim Ekspedisi untuk memetakan keseluruhan lantai tersembunyi, apakah kalian bersedia untuk ikut ekspedisi ini?" 

Ini kesempatan yang bagus, kami bisa menjalankan rencana kami dengan lancar. Aku melihat yang lainnya mereka mengangguk setuju.

" Kami bersedia Yang Mulia, kami akan ikut Tim Ekspedisi untuk memetakan lantai dungeon."

"Kalau begitu persiapkan diri kalian. Kalian akan berangkat besok karena itu, beristirahat lah."

"Kalau begitu kami ijin undur diri dulu Yang Mulia."

"Baik, kalian boleh pergi."

Kami berkumpul di taman istana, tempat ini indah karena dihiasi dengan bunga dan pohon-pohon yang  tertata rapi, ini membuat Taman terasa sejuk.

"Kita harus mempersiapkan diri dengan matang. Kita tak tahu ada apa di dalam sana, jadi semua harap hati-hati. Ingatlah, keselamatan diri lebih penting."

" Oh iya, ada yang harus kulakukan dengan Bagas  Di kota. Aku pergi dulu teman-teman, Ayo Bagas." Bimo langsung menghilang menggunakan skill assasin nya.

"Woy tungguin, main ngilang aja bocah." Bagas berlari keluar istana mengejar Bimo.

"Kalau begitu, aku juga harus siap-siap. Diana, ayo ikut aku."

"Oke."

Juno dan Diana juga pergi Bersiap-siap, di taman ini hanya tersisa aku dan Fera. Tapi sepertinya dia sedang memiliki masalah.

"Fera, ada apa? Wajahmu terlihat murung."

"Sejujurnya aku sangat takut. Tiba-tiba terdampar di dunia lain dan Hampir tak ada cara untuk pulang. Sekalipun ada, cara itu dapat membahayakan nyawa kita."

Matanya sudah berkaca-kaca, Aku sudah kenal Fera dari kami SD. bisa dibilang kami teman masa kecil. Fera adalah gadis yang kuat. Dia Selalu mengatasi masalahnya seorang diri. Fakta Dia mulai menangis adalah tanda bahwa masalah ini sangat besar baginya.

"Tenang saja Fera, aku akan melindungimu. Jadi Jangan khawatir."

"Justru itulah yang Aku khawatirkan. Dari dulu kau selalu menolongku, Selalu menolong orang yang membutuhkan bantuan. Kau tak pernah memikirkan dirimu sendiri. Jika kau mati, Akulah yang akan merasa sakit. Aku takut Akan kehilangan Orang yang penting bagiku lagi."

Ayah Fera sekarang sudah meninggal. Dia meninggal karena tertabrak Truk saat menyelamatkan Fera. Peristiwa itu menjadi trauma yang mendalam baginya.

"Aku berkata begitu karena aku percaya kepadamu"

"Eh..?"

"Aku percaya kau bisa melindungiku, jika itu kau, Aku tak akan ragu bertarung di garis depan.  Aku mempercayakan punggungku padamu. Dengan begitu aku tak akan mati."

"Rio...."

"Aku bersumpah akan membawa kalian pulang dengan selamat. Aku akan menghancurkan siapapun yang menghalangi jalanku, Bahkan dewa sekalipun. Aku tak akan memaafkan Siapapun yang menyakiti orang terpenting bagiku."

Saat aku mengatakan itu, tiba tiba wajah Fera memerah.

"Eh...kau kenapa? Wajahmu memerah Fera."

"Tidak ada apa-apa."

"Benar tidak apa-apa?"

"Mou...Rio sangat menyebalkan."

"Eh, salahku apa?"

"Dasar tidak peka."

Hati seorang gadis itu sangat rumit, aku tidak mengerti sama sekali. Fera kembali tersenyum sepertinya kata kataku cukup menenangkannya.

"Terima kasih Rio, aku tidak khawatir lagi sekarang."

"Yah.. sama-sama. Lebih baik kita istirahat sekarang."

"Ya"

Kami pun kembali ke kamar masing masing.

***

  

Legend Of Seven HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang