Irene terbangun setelah tak sadarkan diri beberapa saat. Ia memegangi kepalanya yang sedikit sakit. Pandangan nya berkunang - kunang. Setelah mencoba membiasakan matanya dengan cahaya yang sangat minim, Irene mencoba berdiri.
"Seulgi ?"
Irene memanggil nama Seulgi tapi tidak ada jawaban. Ia hanya sendiri ditempat itu.
"Seulgi !"
Dengan masih memanggil - manggil nama nya, Irene berusaha mencari Seulgi. Kedua mata coklatnya menangkap setangkup tubuh yang tergeletak dengan posisi membelakangi Irene.
"Oh tidak.. kumohon... bukan..."
Dingin. Itulah yang Irene rasakan saat tangan nya menyentuh tubuh itu. Tangan gemetar Irene perlahan membalikkan sesosok tubuh didepan nya itu.
Irene menutup mulutnya dengan kedua tangan nya. Buliran airmata menetes dari kedua matanya. Tidak ingin percaya pada apa yang dilihatnya, tapi itu nyata. Darah segar masih mengalir dari kepala dan mulut Seulgi. Menandakan bahwa ia masih "disana" saat beberapa saat yang lalu.
"Seulgi-ah !!"
Irene memeluk Seulgi erat. Ia menangis sejadi - jadinya.
"Kenapa ?! kau... kenapa tidak bilang apa - apa padaku ?!" seru Irene masih memeluk tubuh dingin Seulgi.
"Apa yang membuatmu tidak mengatakan apapun ?! aku mengingat mu Seulgi-ah ! kumohon bangunlah !
setelah menghilang secara misterius aku selalu menunggu mu selama 5 tahun. Lalu kau mau pergi lagi sekarang ? tanpa bilang apa - apa lagi ?"Irene marah dan kesal pada dirinya sendiri. Kenapa ia tidak bisa mengingat apa - apa tentang Seulgi.
"Seulgi...kumohon...bangunlah..." isak Irene.
Tidak ada reaksi apa - apa. Padahal saat Irene membangunkan Seulgi, beruang itu akan bangun. Setidaknya, ia akan bersuara memohon 5 menit berikutnya untuk tetap tidur. Irene sudah menunggu lebih lama sekarang tapi Seulgi tidak bangun.
"Bangun bodoh ! lihat betapa jeleknya wajahmu kalau kau tidur ! Seulgi... aku mohon..."
"Aku mencintaimu Seulgi. Kalau kau tidak bangun juga, maka aku akan tidur bersama mu." lanjut Irene lagi.
Suhu udara tiba - tiba menurun drastis. Dedaunan dari pohon - pohon disekitarnya beterbangan di udara. Angin menjadi cukup kencang. Tiba - tiba sesuatu terjadi. Seulgi tersedak dan tak lama kemudian ia terbatuk - batuk. Irene tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Seulgi tersentak. Ia langsung duduk sambil masih terbatuk. Seulgi memegangi dadanya yang terasa sakit.
"Ugh... Uhuk... sial... sakit sekali rasany--- Irene ?"
Seulgi melihat Irene duduk disampingnya dengan mata sembab dan pipi yang memerah.
"A...apa...Seulgi... mendengar....pengakuan konyol i...itu ?" gumam Irene dalam hatinya.
"Ah...Irene..."
"A...apa ? katakan sesuatu bodoh ! ja...jangan diam saja..." gumam Irene masih dalam hatinya.
"Kenapa kau jelek sekali ? lihat, makeup mu terkikis sempurr asdffhjl...."
"Kau ingin dicekik sampai mati ya ?"
Belum sempat beruang jenis Kang didepan nya ini menyelesaikan kalimatnya, tangan Irene mencengkram kerah bajunya dan mulai menggoyang - goyangkan tubuh Seulgi.
"Hei...hentikan... memangnya kau mau aku mati lagi ?" ujar Seulgi datar.
Irene tersentak dengan pernyataan Seulgi. Ia mengendorkan cengkeramannya pada kerah Seulgi. Irene menundukkan wajahnya dan mulai terisak lagi.
"Jangan bilang begitu lagi, bodoh ! aku ketakutan setengah mati... jangan menghilang lagi dariku."
Seulgi tersenyum tipis dan mengelus kepala Irene lembut.
"Aku juga tidak mau, Irene-ah."
"Seulgi... kenapa kau tidak bilang kalau kita pernah bertemu sebelumnya ? kau... kau adalah Seulgi yang sama dengan yang kutemui 5 tahun yang lalu kan ?"
Seulgi mengangguk senang.
"Iya ! benar ! aku bisa kembali kesini pasti karena kau bisa mengingatku."
"Aku...aku melihat kau punya sepasang sayap saat kita melompat. Salah satu sayapmu patah."
Seulgi sedikit terkejut mendengar pernyataan Irene. Ia memeluk Irene erat.
"Kau tidak akan lihat hal aneh seperti itu lagi sekarang. Maafkan aku karena tidak bisa mengatakan nya langsung."
"Kenapa tidak ?"
"Aku bisa pergi seketika kalau aku melakukannya."
"Kalau begitu... apa kau juga tidak akan pergi tiba - tiba seperti dulu ?"
"Tidak. Aku akan bilang padamu kalau aku mau pergi kesuatu tempat."
"Bagaimana kalau kau bohong ?"
Seulgi terlihat berpikir sejenak. Ia lalu menemukan sebuah jawaban untuk kelinci dipelukan nya ini.
"Tanyakan Wendy dimana letak ginjalku, dan kau bisa menampar keduanya sampai puas."
"Kau bodoh tapi aku suka...eh...maksudku..."
"Aku juga. Lalu kenapa tidak pacaran saja denganku ?"
Irene melepaskan pelukan Seulgi dan menatapnya dengan tatapan heran.
"Kau..."
"Jangan langsung diterima."
"Eh ?"
"Aku ingin berjuang lebih banyak dulu, jadi nanti kau akan tahu kalau aku serius."
"EEEHHHHH ?!!!"
Suara derap kaki terdengar mendekat. Sinar dari senter menyorot Seulgi dan Irene dengan jelas.
"Seulgi ! Irene !" teriak seseorang yang langsung berlari kearah mereka.
Seseorang berambut pirang dengan tinggi setengah tiang berlari kearah mereka. Seulgi dan Irene tersenyum bersamaan melihat Wendy berlari masih dengan high heels dan jas dokternya.
____________________________________
Molor banget dari janji "besok" wkwk... *gada yang nungguin juga thor* wkwk.but here you are.
End ?
Not yet. 1 chapter lagi ya hehe... buat ngejelasin sesuatu yang dibahas seiprit doang.
Ga greget yah ? gantung macem jemuran ya part ini ? emang disengaja si... lagian udah jelas.
Terima kasih sudah meluangkan waktu disini. Mohon maaf lahir batin (^.^)//////
Next part itu sebenarnya mau digabung kesini, cuma pas aku liat jadi kurang lebih 1200+ kata. Jadi aku bagi dua. Takutnya bosen kalo kepanjangan, mama krik - krik lagi kan ya...
Anyway...
Sampai jumpa di extra part ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to you (돌아와) ✔
Fanfiction● Secret Between Us sequel ● 5 years after. Is there an another ending waiting ? _Thank you for reading_ Hope this fanfic will be better than the first one ? ♡only vote if you like it. All i need is your happiness because of reading this fiction♡