V

329 40 18
                                    

28 November 2016, 07:11 PM

Meskipun hari ini Taehyung pergi ke luar—entah kemana, Hyora tak tahu, yang jelas Hyora bosan. Tadi sempat muncul niat untuk membersihkan rumah Taehyung namun setiap hari Taehyung telah membersihkannya. Lalu ia harus melakukan apa?

Komputer milik Taehyung ada password-nya. HP milik Taehyung entah dimana letaknya, mungkin ia bawa pergi. HP-nya sendiri saja ia tak tahu dimana, padahal semua barang-barang yang ambil ke sekolah pada hari itu masih ada padanya.

Mungkinkah Taehyung sengaja mengambil HP-nya? Tapi Taehyung berkata ia memang menculiknya, tapi sekarang ia sedang menyelamatkannya. Lalu? Kenapa HP-nya ia ambil?

"Taehyung, oh, Taehyung! Aku bahkan tidak mengenalmu tapi aku tinggal di kamarMUUUUUUUUUU—UHUK UHUK!" Hyora segera mengambil air dan meminumnya, karena ia tersedak saat menyanyikan high note anehnya itu.

"ARGH! AKU BOSAN!" teriak Hyora lagi. Apa yang harus Hyora lakukan?

Matanya menjelajahi kamar Taehyung. Rapi, tak seperti kamar lelaki pada biasanya. Yah, setidaknya tidak seperti kamar saudaranya. Buku-buku pelajaran Biologinya disusun tapi di sudut meja, sebuah lampu meja, komputer dan juga speaker kecil yang sudah Hyora coba nyalakan tapi gagal, lalu sebuah jam kecil yang diletakkan di meja, beberapa alat tulis dan sebuah pager. Yah, pager-nya juga dalam kondisi yang sama dengan speaker : tidak dapat dinyalakan.

Mata Hyora tertuju pada sehelai kertas yang terselip di antara buku-buku pelajaran Biologi milik Taehyung. "Kira-kira apa ini? Apa sebegitu pentingnya sampai ia—"

Perkataan Hyora terhenti saat matanya membaca dan otaknya mengerti apa yang tertulis di kertas putih itu.

Nama : Park Hyora
Tanggal lahir : 23 November 2000
Sekolah : Tingkat SMA
Penyuruh : Park Chanyeol
Hubungan Penyuruh : Musuh
Penyebab : Membunuh orang tua Penyuruh
Cara : Digantung
Penguburan : Dibiarkan saja
Biaya : 500 juta won

"A-Apa.. Apa ini?" Hyora merasakan tangannya bergemetar, seolah-olah tangan itu tidak lagi dapat ia kontrol. Jantungnya berdetak kencang, matanya berkunang-kunang. Ia tak percaya apa yang baru saja ia baca. "Park.. Park Chanyeol? Oppa? Tapi kenapa?"

Hubungan penyuruhnya adalah musuh? Bukankah mereka saudara? Mereka dilahirkan dari ibu yang sama, dari bibit ayah yang sama. Mengapa dituliskan musuh? Dan juga, membunuh orang tua penyuruh? Tapi orang tua mereka tewas dalam kecelakaan! Kenapa ia dikatakan membunuh orang tua mereka?

Lalu, apa-apaan itu cara digantung? Maksudnya, dibunuh dengan cara digantung? Membayangkannya saja Hyora sudah merasa mual! Dan juga, tidak dikubur? Dibiarkan menggantung, bahkan setelah mati?

Biayanya juga 500 juta won.. Gila! Saudaranya pasti sudah sangat bertekad untuk menghapusnya dari muka bumi ini.

Mengapa saudaranya sangat membencinya? Memangnya apa salah Hyora? Memangnya Hyora tahu bahwa orang tua mereka akan meninggal saat mereka membelikan kue untuk Hyora? Mengapa saudaranya tega membayar orang untuk membunuh dirinya? Mengapa saudaranya tidak langsung membunuh Hyora saja? Mengapa harus melalui pihak ketiga?

Dan juga, memangnya saudaranya mempunyai uang sebanyak itu? 500 juta won? Apa keuntungannya bagi saudaranya jika ia mati sekarang? Mengapa tidak menunggu saat Hyora sudah legal, baru membunuhnya untuk mendapatkan uang asuransi?

Banyak pertanyaan yang berkecamuk di pikiran Hyora sekarang.

Di saat itu, Taehyung pulang ke rumah dengan membawa tiga bungkus lobster lagi untuk Hyora. Tidak lupa ia membeli es krim juga sebagai pencuci mulut. Namun senyum di wajahnya pudar saat ia melihat kertas yang dipegang oleh Hyora.

"Hyo-Hyora-ah," Taehyung tergagap. Ah, mengapa ia harus menemukan kertas itu sekarang?

Dari semua pertanyaan Hyora yang ada, yang paling penting adalah, "Mengapa Taehyung Oppa belum membunuhku, padahal bayarannya setinggi ini?"

"Park Hyora, dengarkan aku dulu—"

"Tolong katakan saja langsung alasanmu."

Mendengar Hyora berkata dalam bahasa kaku membuat Taehyung sedikit kecewa, entah karena apa.

"Park Hyora, memang benar aku dibayar untuk membunuhmu—"

"Lalu kenapa belum kau lakukan?"

"Aku.. Aku tidak tahu harus bagaimana."

"Apa maksudmu?"

Taehyung menatap Hyora. "Panggil aku Oppa. Aku masih lebih tua darimu."

"Tapi kita tidak saling mengenal. Kau mempunyai tujuan buruk padaku. Mengapa aku harus memanggilmu dengan sebutan akrab?"

"Terserah jika kita tidak akrab, tapi kau harus tetap sopan," balas Taehyung.

Hyora sedikit terkejut mendengarnya. Benar juga. "Baiklah. Oppa, bisa tolong katakan alasan oppa mengapa oppa belum membunuhku?"

Taehyung menghela napasnya. Bohong jika ia berkata kalau ia tidak menyadari hari ini akan datang. Apalagi Hyora termasuk murid yang pintar di sekolahnya.

"Karena ceritamu dan cerita saudaramu tidak cocok."

"Apa maksudmu?"

"Saudaramu bercerita bahwa kau adalah anak kecil yang jahil dan sewaktu orang tuamu sedang dalam perjalanan pulang, kau muncul secara tiba-tiba, menyebabkan ayahmu kehilangan kendali dan menabrak ke truk yang sedang lewat."

Hyora terdiam. Mengapa saudaranya tidak langsung berkata bahwa dia adalah adiknya dan penyebab kematian orang tua mereka adalah ditabrak truk?

"Jadi?"

"Jadi.. aku sedang mencari tahu kebenarannya. Jika saudaramu benar, maka aku akan membunuhmu dan mengambil sebagian uangnya lagi. Jika kau yang benar, maka aku tidak akan membunuhmu."

"Bagaimana dengan saudaraku?"

"Belum kuhubungi."

Hyora hanya mengangguk. Ia tak tahu harus membalas apa, yang jelas ia merasa Taehyung berkata jujur padanya.

"Jadi, apa kau sudah percaya padaku?"

Hyora berdeham. "Iya. Maaf telah berprasangka buruk padamu tadi."

"Oppa."

"Iya, iya," Hyora memutar bola matanya jengah, "maaf telah berprasangka buruk pada Oppa tadi."

Taehyung tersenyum puas. Syukurlah.


Park Hyora berumur enam belas tahun saat ia mengetahui Si Penyuruh.

Dark Cell -kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang