Rere POV
Habis Honeymoon gua malah dikatain tukang ngeces sama Hilman. Suami macam apa dia kerjanya ngatain istri sendiri. Jadinya gua ngambek, diemin dia selama dua hari. Ujungnya gua dirayu dengan diajak belanja barang - barang buat di rumah. Ya rumah gua sama Hilman itu sebatas lantai atas rumah dia. Katanya Bunda sengaja dipisah biar gua belajar rumah tangga tanpa campur tangan Bunda, kecuali dapur doang kita masih bareng.
"Re aku pake baju yang mana?" Tanya dia.
"Pake baju pink aja Hil. Kan unyu." Jawab gua.
Dia ga protes gua pakein kaos pink. Mungkin bagian dari aksi permintaan maafnya. Kalau hari biasa dia pasti bawel dan protes.
"Mau beli apa aja Re?" Tanya Hilman.
"Kasur lah. Kasur super king size biar kalau kamu lasak aku masih punya tempat." Jawab gua.
Hilman bungkam. Dia ga komentar. Sampai gua sama dia sampai ke Alam Sutra juga cuma radio yang bersuara. Kita asik dengan pikiran masing - masing. Biasanya kalau udah ini terjadi, Hilman merasa bersalah banget. Kalau dia merasa innocent dia bakalan banyak omong.
Kita berdua langsung menuju perabotan kamar. Gua melihat banyak perabotan unyu dengan harga wow. Kasian suami gua kalau harus beliin lampu tidur aja dua juta. Mendingnya uangnya gua tabung buat biaya kedepan.
"Kamu suka lampu tidurnya?" Tanya Hilman.
"Ngga kok, kemahalan. Ayo langsung nyari kasur." Jawab gua.
Setelah berkeliling, gua menyadari banyak mata yang memperhatikan kita. Jiwa gua tersentil melihatnya, gua pelototin orangnya. Kesel sih diliatin orang ga kenal dengan tatapan tajam gitu. Sampai ada seorang Ibu yang kebetulan sebalah kita nanya.
"De kalian nyari kado buat nikah kakaknya ya?" Tanyanya.
Hilman suamiku sayang tanpa beban menjawab, "Saya sama istri saya ini Bu." Katanya.
"Kirain kalian masih sekolah. Maaf ya." Ujar Ibunya.
Lalu gua ajak Hilman pergi dari sana. Dia kesenangan karena dibilang masih sekolah. Gua malah bete.
Hilman POV
"Ya kan aku masih cocok jadi anak SMA." Ujar gua.
"Iya makanya kamu coba tumbuhin kumis tipis biar lebih dewasa."
Gua jadi senyum sendiri, Rere lagi ngode supaya gua keliatan lebih dewasa. Ya ga lucu sih muka gua yang baby face ini kalau nantinya nganter istri ke dokter kandungan. Dikira anterin kakaknya cek kandungan. Emang kalau gua jalan berdua suka dikira adiknya Rere. Makanya kadang dia suka manyun pulangnya.
"Bakso yuk." Ajak Rere.
"Aku mau nya bakso solo aja Re. Ga suka bakso disini." Tolak gua.
"Yah masa jauh jauh kesini ga makan baksonya. Sok lokal banget kamu Hilman. Indomie aja kamu kasih mozzarella." Omel Rere.
"Ya deh iya Re."
"Lagian ya disini ga bakalan ada kucing bolak - balik. Kamu kan alergi bulu kucing." Ujar Rere.
Ya inilah istri gua Renata Anindhia yang jago merayu. Kucing adalah salah satu alasan kenapa gua prefer tinggal di rumah Bunda aja. Rumah Ibu banyak kucing. Kak Januar aja ada tiga, walau semenjak ada Kayla tuh kucing ga berkeliaran bebas di rumah lagi. Terus kucingnya kak Dani juga ada. Walau sudah tiada sekarang. Keluarga merrka itu penggila kucing, kecuali Rere.
Rere POV
Sehabis belanja mood perempuan selalu bagus. Gua merasakan itu kali ini. Sampai besoknya mood gua masih bagus. Sebari menunggu barangnya diantar gua beres - beres kamar dulu. Hilman? Dia ga ada karena udah masuk kantor. Gua sih santai karena lagi ada project gambar jadi bisa dilakuin di rumah.
"Re, Bunda bantuin ya."
"Jangan Bun. Aku aja kuat kok. Bunda kalau weekday kayaknya santai banget ya?" Tanya gua.
"Kerjaan orang EO banyakan weekend. Makanya Hilman dari kecil suka kesel ga bisa kemana - mana karena Bunda sibuknya pas dia libur." Jawab Bunda.
"Oooh pantesan Bun, dia dukung banget aku jadi arsitek lepas aja. Cuma dapet komisi pas ambil project." Timpal gua.
"Mungkin dia ga mau anaknya ngalamin hal yang sama." Ujar Bunda.
"Bisa jadi karena dia cemburu Bun. Bunda kan tau dia posesif." Ujar gua. Sengaja gua bilang gitu karena liat raut muka Bunda sedih.
"Bisa jadi Re. Ah Hilman - Hilman. Oh iya dia tidurnya ga bisa diem ya?" Tanya Bunda.
"Ya gitulah Bun. Hilman emang ga bisa diem. Lasak banget. Malam pertama aja aku tidur di sova." Curhat gua.
"Wajar dia belum terbiasa tidur ada yang nemenin. Mau denger cerita Bunda ssma Ayah ga Re?" Tanya Bunda.
"Mau dong Bun." Jawab gua semangat.
Gua diceritain Bunda kalau Ayah juga dulu sama lasaknya. Bahkan Bunda sampai memar karena ketendang Ayah.
"Bunda ga nyangka malah lasaknya yang nurun ke Hilman." Kata Bunda di akhir cerita.
"Jadi harus sabar ya Bun. Rere baru tau usia Bunda pas nikah sama kaya Rere."
"Makanya Bunda dukung kalian nikah cepet. Re, Bunda tahu kamu sama Hilman masih seperti orang pacaran. Tapi Bunda pengen cucu Re. Segerakan ya." Pesan Bunda sebelum meninggalkan gua.
Mendadak gua terkena serangan kepanikan. C. U. C. U. Dalam waktu dekat sepertinya tidak mungkin. Toh gua sama Hilman aja masih pacaran halal.
🤵👰
Malamnya setelah Hilman pulang dan makan serta mandi, waktunya kita beristirahat di kasur baru. Kasur belasan juta kalau kata Hilman.
"Re, kok rasanya kasur belasan jutaan pilihan kamu sama aja kaya kasur lama aku."
"Hilman rasain de ini ada essence nya tau. Kaya ASMR supaya cepet merem."
"Ga ah biasa aja." Katanya.
"Yaudah aku ganti deh setengahnya kalau kamu bahas harganya terus."
"Idih pundung. Ga usah. Udah ah aku capek mau tidur. Selamat malam istriku." Katanya.
Gua masih kesel sih dia bahas terus harga kasurnya. Tapi sekarang dia udah pules aja. Padahal biasanya ga pelor. Gua insiatif rekam video dia pules. Biar punya senjata kalau dia bawel. Hasil rekaman ada wajah tenang suami gua. Sekarang ini hobi baru gua mengamati wajah Hilman lagi tidur. Dia kaya bayi, bersih banget. Kelakuannya juga kaya bocah kadang. Gitu juga dia imam gua.
Lima belas menit dia tidur gua masih diposisi enak alias ga kegusur dia. Gua menyimpulkan ini aman. Toh kasur ini luas juga. Setelah gua memperhatikan Hilman selalu lasak ke arah kanan maka. Gua tidur disebelah kirinya sekarang. Selamat datang alam mimpi yang tenang. Akhirnya gua tidur nyaman. Namun, tiba tiba gua merasakan sebuah tendangan di paha gua.
"Hilman kapan kamu berubah sayang." Ujar gua kemudian membangun pembatas dengan bantal guling dan boneka diantara kita.
Memang benar awal pernikahan yang tersulit adalah menerima kebiasaan buruk pasangan. Ternyata salah besar jika menilai menikah adalah menjadikan pacaran halal. Tidak semudah itu teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Takdir ✔
General FictionPerjalanan Renata yang harus rela menikah muda. Bukan karena Hilman nya tapi gua nya emang belum siap -Rere cover picture 📷 @1004y_