sepuluh : menjadi orang tua

1.5K 239 41
                                    

Hilman POV

Persiapan persalinan Rere, kita memilih RS tempat Kak Nina praktek dulu. Biaya disini termasuk mahal, fasilitasnya bagus sih. Gua sama Rere cuma sanggup bayar kelas dua. Tiba -tiba Bunda gua protes. Minta naik ke kelas VVIP, meradang dong kita anaknya. Melahirkan di kelas VVIP sama saja dengan beli mobil mewah. Namun, Bunda maksa dengan menambah biaya persalinan. Karena cucu pertamanya harus mendapatkan fasilitas terbaik. Rere sih ga nolak, katanya ga apa biar Bunda atau Ibu pas nungguin ga capek ada ruangan khusus buat yang jaga.

Episode dua dari persiapan melahirkan Renata, dia jadi manja banget. Makan aja harus disuapin. Lalu menjadi sangat pemilih, ga mau sayur ini, wortelnya harus tipis potongnya. Pokoknya semua dia protes. Mungkin efek stress mau melahirkan atau ngegas jadi hobi barunya. Rere juga jadi lebih sensitif. Pernah nangis karena ngeliat kucing jalanan yang kurus banget. Akhirnya, gua balik lagi ke lokasi kucing ngasih makan. Padahal gua alergi rambut kucing.

Episode tiga, Renata tiba - tiba mulas. Paniklah seluruh keluarga. Rere langsung dibawa ke rumah sakit. Ternyata dia konstipasi bukan mules mau melahirkan. Saat itu memang Kak Nina lagi ga di Jakarta makanya sekeluarga panik duluan. Rere sebagai tersangka hanya tertawa pas tahu dia belum mau melahirkan. Gua yang jadi suaminya udah panik banget.  Dia malah nanya kamu panik ya. Gua ga jawab, karena gua ga bisa marah dan kesal ke dia tapi kenyataannya gua kesal.

Hari ini keluarga besar kumpul di rumah gua. Termasuk kakak adik Rere, Nino, sama Kak Juwita. Kita udah jadi satu keluarga besar padahal ikatan kita dari pernikahan. Tambah ramai karena ada tiga ibu hamil, Rere, Kak Nina, dan Teh Egi yang lagi heboh nyari barang promo buat bayi. Tentu saja Kayla jadi bintang utama. Kali ini dia senang bareng Nino. Tau aja emang tuh anak mana yang belum punya buku garuda.

"Rere mau kemana?" Tanya gua pas ngeliat Rere tiba - tiba beranjak.

"Pengen pipis ga ketahan ini udah rembes - rembes keluar." Jawabnya.

Denger jawaban Rere, Kak Nina langsung nyamperin dia. "RERE INI KETUBAN BUKAN PIPIS. HILMAN CEPET BAWA KE RUMAH SAKIT."   Kata Kak Nina setengah teriak.

Dalam hitungan detik kumpul keluarga jadi heboh ga jelas. Gua langsung gendong Rere, Bunda gua langsung ke kamar bawa koper perlengkapan selama lahiran. Ibu ikutin gua dan Rere. Nino yang kebetulan lagi diem inisiatif bawa kunci mobil. Gua panik jadi lupa sama kunci mobil. Kakak - kakaknya Rere bingung. Mau ikut pergi istri mereka juga lagi hamil. Kayla meramaikan suasana dengan beragam pertanyaan. "apa yang terjadi?" "Kenapa ini heboh?" "Ayah ini apa?"

Akhirnya, Nino yang nyetir mobil gua, Bunda duduk di kursi depan. Ibu, gua dan Rere dibelankang. Semua panik, Rerenya biasanya aja. Dia masih sempat ngetawain reaksi orang - orang.

"Kamu lucu." Katanya.

"Re kamu hebat banget bisa tenang. Ini air ketuban kamu Re." Timpal gua.

"Orang aku belum mules." Ujarnya.

Sampai di rumah sakit, Rere diperiksa dulu. Baru bukaan dua, katanya masih jauh. Tapi karena air ketubannya udah merembes bahaya buat bayinya kalau dilamain. Dokter menawarkan opsi operasi caesar. Rere nolak, dia mah melahirkan spontan. Kami diberi waktu dua jam. Rere yakin dia bisa. Sampailah kita pada opsi kedua induksi. Rere setuju. Gua yang panik. Setelah diskusi dengan dokter terkait induksi, gua mau ga mau memilih iya. Ketuban Rere sudah pecah, lagipula sudha masuk minggu hpl, sayangnya Rere tidak kontraksi. Kondisi Rere dan janin pun bagus sehingga aman.

"Hilman, kalau ada apa - apa nanti pilih anak kita ya." Kata Rere.

"Re jangan ngomong aneh - aneh." Timpal gua.

"Aku takut." Katanya lemah kemudian menangis. "Aku mau ketemu Ibu." Katanya kemudian.

Rere POV

Gua akhirnya nangis juga. Jujur gua takut dengan semua proses ini. Hebat bangat ibu tiga kali melahirkan. Makanya gua pengen ketemu Ibu. Mau minta maaf karena ternyata melahirkan itu susah dan senikmat ini nyerinya.

Tanya Takdir ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang