sembilan : perubahan Rere

1.2K 222 13
                                    

Sudah dua hari Renata tinggal di rumah Ibu. Dua hari juga ia tidak dihubungi suaminya. Rere kangen Hilman. Namun, rasa gengsi mengalahkan rindunya. Apalagi suaminya itu belum meminta maaf padanya. Jadilah Rere kesal lagi. Sebenarnya Hilman selalu memantau Rere, hampir setiap jam Ibu mendapatkan pesan dari menantunya itu.

"Kamu ga baikan aja sama Hilman?" Tanya Ibu.

"Orangnya aja ga ada nyamperin Rere Bu." Jawab Renata.

"Dia tuh tiap jam nanyain kamu lagi apa, sehat ngga. Nih gara - gara saran Januar nyuruh dia ngasih waktu kamu menenangkan diri." Timpal Ibu. Lama kelamaan Ibu risih juga ditanyain Rere lagi apa Bu? Rere ga stess kan? Bu Rere jangan banyak beraktivitas dan lain - lain.

"Udah ketebak sih. Kemarin Nino cerita juga ngajakin Hilman ke tongkrongan. Dia bilang Re udah ngambeknya laki lo kaya kehilangan arah." Kata Renata.

"Makanya damai ya. Nanti Ibu suruh Hilman kesini. Re, masalah ga akan selesai kalau cuma didiemin. Harus dibicarakan dan dicari solusi terbaiknya. Menikah itu akan selalu ada cekcok, terpeting gimana kamu coba mengerti satu sama lain. Kamu ga akan bisa maksain cara hidup kamu ke Hilman, begitu juga Hilman. Kalian harus beradaptasi dan saling memahami. Nikah itu proses saling memahami yang ga berhenti - berhenti kecuali maut memisahkan atau buruknya perceraian." Nasihat Ibu.

"Iya Bu, Rere juga kangen Hilman. Walau masih kesel, tapi emang harus duduk bareng buat bicara. Ibu makasih ya, selalu ngasih petuah yang bermanfaat. Semoga kelak Rere bisa gitu ke si dedek." Kata Renata sambil mengusap perutnya yang masih rata.

"Cucu kedua Oma bakalan sepintar Mamanya. Kalau cewek pasti cantik kalau cowok ganteng." Kata Ibu.

"Inisih pasti mirip Papanya Bu. Selama ini aku kesel banget sama dia." Timpal Renata.

"Kaya kakak kamu dua - duanya mirip Ayah. Ibu ga kebagian." Kata Ibu.

"Tapi ibu tumplek di aku." Kata Renata.

Sore harinya Hilman datang ke rumah Ibu. Tentunya dengan membawa berbagai camilan yang disukai istrinya. Berharap makanan - makanan ini dapat membawa mood baik untuk istri tercintanya.

"Rere di kamar dia masuk aja Man." Kata Ibu.

"Iya Bu. Dia udah ga marah kan Bu?" Tanya Hilman.

"Udah ngga, samperin aja sana." Jawab Ibu.

Hilman membuka pintu kamar Rere, terlihat istrinya tengah membaca buku. Tipikal seorang Rere, membaca sambil mendengarkan musik dan aroma terapi. Renata menghentikan aktivitasnya saat menyadari kedatangan Hilman. Ia menyambut suaminya dengam senyuman. Hati Hilman jadi lega. Renata sudah kembali.

"Ngapain bawa makanan banyak, mau nyogok aku?" Tanya Renata.

"Ya kan kamu suka banget ini, kali aja kangen ngemil, atau kangen sama yang bawain camilan." Jawab Hilman.

"Kangen keduanya, tapi lebih kangen yang bawain sih." Kata Renata.

"Sepi ya ga ada keributan soal pembagian tempat tidur. Pagi - pagi ga ngomel karena seprai berantakan." Timpal Hilman.

"Sepi ga ada kamu yang biasa aku bawelin." Kata Rere.

"Aku kangen, pulang ya." Ajak Hilman.

Renata mengangguk, Hilman langsung memeluknya. Dua hari tak bertemu, rasanya rindu. Berbeda ketika pacaran, setelah menikah berat rasanya tidak bertemu setiap hari.

"Maaf aku udah ngomong jahat ke kamu." Kata Hilman.

"Maaf aku juga ga memikirkan kondisi aku." Kata Renata.

Tanya Takdir ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang