PAMAN RAMBUT PIRANG
Rated T dan M untuk Bahasa Vulgar
Author's Note :
Karena ada masalah (ke hapus) jadi kelanjutan cerita MENMA PART 2 akan lanjut disini 😟😭😭😭
Maaf atas ketidak nyamanan nya. Dan kalian harus mengulang lagi baca nya 🙏🙏🙏🙏
Untung saja saya mengetik nya di word. 😁😁 akhirnya file ini selamat.🖤🖤🖤🖤
Menma menarik nafas panjang dan lega ketika ia turun dari mobil. Ia menutup pintu agak keras kemudian pergi menyeret kaki nya untuk masuk kedalam rumah.
"Kek, aku masuk dulu ya." Seru Menma ketika sudah sampai di depan pintu. Ia menoleh kan kepala untuk menyampaikan pesan kepada kakek nya itu.
"Ya sayang. Jangan lupa lepas sepatu mu." Balas Jiraiya yang masih terlihat akan turun dari mobil.
"Ya kek. Aku tahu kok!" Sahut nya lagi lalu melepas sepatu di susul kaos kaki dan merapihkan nya di rak sepatu.
Menma melirik antusias kearah sofa kemudian melangkahkan kaki nya menuju ke sana. Tubuhnya sangat lelah saat ini. Di sekolahnya sedang berlangsung festival olahraga. Meskipun semua pelajaran di liburkan namun ia di wajibkan untuk mengikuti kegiatan olahraga. Menma menyesal kenapa ia memilih lari estafet daripada lempar cakram. Seharus nya ia mengkuti naluri nya tadi dan tidak menuruti Himawari. Seandai nya teman sekelas nya itu tidak memaksa dan menangis tadi. Mungkin tubuhnya tidak seperti mau remuk begini.
"Kaki ku sakit." Keluh Menma lalu sedikit memijit telapak kaki nya. Sungguh, ia tidak pernah berlari sejauh itu sebelum nya.
"Menma!"
Bocah berambut hitam itu mengangkat kepala ketika seseorang memanggil nama nya. Ia asing dengan suara tersebut. Sangat asing.
"Ya?" Sahutnya bingung.
"Kau Menma kan?"
Seketika tubuhnya di peluk oleh orang asing tersebut. Menma terkejut namun sedetik kemudian ekpresi nya kembali datar.
"Woah..kau sudah besar ya sekarang. Kau umur berapa 5, 10 atau 15 tahun?" Orang itu menerka-nerka dengan menatap Menma dengan antusias.
"Aku baru lima tahun, tante." Jawab Menma kesal. Ia tidak suka dengan orang asing yang sok kenal, sok dekat. Apalagi pakai peluk-peluk segala.
"Tante?" Orang asing itu menggaruk kepala nya bingung. "Maksudmu aku?" Ia menunjuk wajah nya sendiri. Menma mengangguk.
"Bhahahahah- aku ini lelaki sayang. Lebih tepat nya aku adalah paman mu." Pria asing dengan rambut pirang panjang itu terpingkal. Ia memegangi perutnya yang terasa kram. Apalagi melihat tampang polos Menma saat memanggil nya tante, membuat tawa nya semakin keras.
Wajah Menma di penuhi semburat merah muda. Ia malu. Apalagi ia salah menyebut kan gender. Mana mungkin ada pria yang berwajah manis dan berponi panjang seperti itu. Bahkan papa nya saja sedikit lebih manly, walau papa nya itu berkulit putih seperti perempuan.
"Maaf paman. Aku tidak tahu siapa dirimu." Menma menekuk wajah nya kesal. Meski ia salah, ia tidak ingin mengakui nya. Lagipula dia orang asing. Ia tidak peduli.