"Ohayou-Menma-kun!"
"Hn. Ohayou Itachi Ojiichan!" Menma mengucek matanya lalu menguap lebar saat berjalan ringan menuju meja makan. Itachi yang melihat nya hanya mampu tersenyum gemas lalu mengekor dari belakang.
"Kau mau sekolah, ne?" Tanya Itachi lagi kala mereka sampai di dapur tepat nya di meja makan. Ia sedikit mengendong Menma lalu mendudukan bocah lima tahun itu di kursi.
"Hari ini aku libur Ojiichan. Kan hari ini hari Sabtu." Jawab nya masih dengan suara serak dan wajah bantal.
Bahkan itachi berusaha menahan diri untuk tidak menyerang keponakan satu-satu nya itu dengan beringas. Melihat Menma yang masih setengah sadar mengucek mata, bersuara serak dan wajah berantakan, merupakan hal yang tidak pernah Itachi lihat selama ini. Biasanya yang menyambut pagi nya adalah suara dering dari handphone dan memo tugas.
"Hmmmp-kau masih ngantuk sayang?" Tanya Itachi lagi kala melihat keponakan nya itu tertidur dengan kepala berada di atas meja.
Merasa tak ada jawaban Itachi menyimpulkan bahwa Menma telah tertidur pulas. Terbukti dari dengkuran halus yang terdengar.
Paman tampan berambut panjang itu tersenyum tipis. Ia tahu bahwa semalam ia begadang karena Menma merengek minta di temani nonton film kartun kesayangan nya sampai larut malam.
Flasback
"Itachi Ojiichan akan menemani ku nonton film kan?" Menma tiba-tiba masuk kedalam kamar lalu merajuk memintanya untuk nonton film bersama.
"Ta-tapi sayang, Ojiisan sedang ada pekerjaan. Bagaimana kalau besok saja." Tolak nya halus karena saat ini masih banyak pekerjaan yang belum ia sentuh sama sekali.
"Kerja nya nanti saja. Film ku lebih penting dari kertas-kertas itu!" Rengekan Menma semakin menjadi. Ia menghentak-hentak kan kaki kecilnya di lantai lalu pipi nya mengembung karena kesal.
"Ugghh-Men-Menma-Kun." Itachi menggaruk surai nya bingung. Ia belum pernah melihat Menma ngambek seperti itu. Ia jadi bingung harus melakukan apa?
"Itachi Ojiichan...hiks-hiks."
Tubuh Itachi merinding seketika. Mendengar tangisan Menma membuat nya tidak tega. Apalagi tatapan Menma yang seakan memohon bantuan, ia tidak mampu menolak nya.
Tatapan anak tiri itu sangat mengerikan.
"Baiklah-baiklah. Ojiisan akan menemanimu. Tapi cuma 30 menit. Oke." Akhirnya pria dewasa itu menyerah dan kalah oleh bocah lima tahun.
Dengan lesu ia mengemasi semua laporan yang berserakan di atas meja. Ia menutup semua file lalu mematikan notebook nya. Sepertinya 30 menit cukup untuk menyegarkan kembali otak nya.
"Yeeeiyy-Ojiichan memang terbaik. Dattebayo!!" Menma mencak-mencak ke udara. Ia tahu, tak ada satu pun manusia yang sanggup menolak permintaan nya.
Apalagi dengan tatapan anak tiri nya.
.
."Ayoo Naruto!! Kalahkan Kiba!" Teriak Menma mengudara dengan semangat. Ke dua tangan mungil nya mengepal seakan meninju sesuatu.
Itachi hanya diam memperhatikan tingkah laku bocah tersebut. Walau Menma adalah peleburan kedua gen yaitu Uzumaki dan Uchiha namun sifat berisik dan kekanakan bocah itu sangat tidak Uchiha. Ia masih ingat betul saat kecil, Sasuke sedikit lebih tenang. Tipe Uchiha kebanyakan tenang dan dingin.
Namun Menma sangat berbeda. Bocah kecil itu sangat ceria. Sifatnya menggemaskan, lugu dan hangat.Naruto sekali.
Yeah- itu lebih baik. Ia sudah sangat bosan dengan Uchiha. Mereka terlalu monoton.