MISI MENMA

5.6K 454 28
                                    

NaruSasu plus Baby Menma.

Wajah Menma tidak pernah sebahagia ini. Ia bahkan tersenyum lebih lebar dari biasanya. Membuat kakek Jiraiya yang akan mengantar kan Menma ke sekolah, sedikit bertanya-tanya.

"Woah-ada apa ini bocah? " Jiraiya memakaikan safety belt di tubuh Menma "Kau terlihat senang. Katakan, apa ayah mu membelikan mu mainan?"

Menma mengangguk senang. "Ayah dan Papa akan membelikan ku mobil-mobilan,kek!" Riang nya dan tanpa sadar senyum geli terpoles di bibir Jiraiya. Ia mengusap puncak kepala Menma lembut lalu menutup pintu mobil.

"Papa Sasuke?" Ia mulai menghidup kan mesin. "Tumben dia 'baik'." Jiraiya tidak bodoh untuk mengetahui bahwa Sasuke sedikit pelit.

Bukan pelit dalam artian yang sesungguh nya tapi pemuda tampan itu kaku. Sangat kaku. Beberapa kali Menma di marahi hanya karena masalah sepele.

"Hehehe." Menma menjawab dengan cengiran katak "tapi aku punya satu hadiah lagi kakek." Sahut nya semangat.

Jiraiya melirik antusias namum sedetik kemudian ia berkonsentrasi lagi pada jalanan.

"Apa itu?"

Senyum bocah lima tahun itu belum lenyap "mereka akan memberikan ku adik."

"Uhuk!" Jiraiya tersedak ludah nya sendiri.

.
.
.

Menma melompat turun dari mobil begitu saja,  sesampai nya di sekolah.
"Kek, Menma sekolah dulu. Jemput nya jangan telat ya." pesan nya sembari berlari memasuki gerbang.

Jiraiya tersenyum geli. Tidak biasanya Menma sangat bersemangat untuk berangkat sekolah. Biasanya bocah itu selalu merengek dan meminta untuk memutar dulu ke kompleks sebelah atau menangis dan terpaksa Jiraiya menggendong nya sampai ke kelas.

Tipikal Naruto.

Tapi melihat Menma yang seperti ini, jauh lebih baik. Selain sedikit mengurangi pekerjaan nya, ia jadi mempunyai waktu lebih banyak untuk melihat video di handphone nya.

"Adik baru, huh!" Pria setengah baya namun masih gagah ini mendesah panjang. "Semoga saja Sasuke benar-benar memberi nya adik. Aku tidak tega melihat bocah nakal itu kecewa." Gumam nya kecil pada diri sendiri.

.
.
.

"Kau terlihat sangat senang, ada apa?"

Menma menarik kursi kemudian duduk dengan tenang. Namun melihat senyum bocah kecil itu belum hilang, membuat anak perempuan manis berambut ungu penasaran.

"Kenapa kau senang sekali, Menma-kun." Ia sedikit menggoncang kan tubuh Menma.

"Saran mu berhasil Himawari-chan. Ayah dan Papa menuruti ku kali ini."

"Saran? Saran apa?" Bocah perempuan bernama Himawari kini berpindah posisi duduk di depan Menma

"Untuk minta Adik. Ingat?"

"Owhh!" Ia oh-riang lalu berujar "Kapan adik mu datang?"

"Kuharap nanti malam. Karena Papa dan Ayah sudah membuat nya kemarin."

Biner biru pucat Himawari melebar sempurna. Ia terlihat sangat antusias. " Benarkah?" Suara nya meninggi. "Ayah dan Papa mu sudah membuat nya. Keren sekali!!"

Menma mengusap hidung nya dengam bangga. "Tentu saja. Mereka membuat nya lama sekali. Aku sampai bosan menunggu." Ia memijit pundak nya, berakting bila ia lelah.

"Kenapa kalian berisik sekali." Bocah gendut berkulit cokelat berhambur bersama Menma dan Himawari.

"Choco-Chan, Ayah dan Papa Menma membuat adik. Bukan kah itu sangat keren!" Jawab Himawari dengan riang.

BABY MENMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang