11. Coming Home

6.9K 373 7
                                    

Note:

Hanya Catatan kecil yg lupa aku taruh di wajib baca... Guys ini ceritanya kalo disini sekolah itu tengat waktunya:

Jan akhir-Mei (semester satu)

Juni libur pergantian semester

Juli-November (semester 2)

Des-Jan awal (Libur naik kelas + pergantian tahun)

Jadi, beda sama kita di alam nyata ya...

Udh itu aja... Selamat membaca

...........

Six month later,

Kanato hanya bisa tersenyum salut pada pemuda di depannya. Tengat waktu yang dia janjikan pada adiknya, nyatanya bisa dia kurangi menjadi enam bulan

"Kenapa uncle tersenyum seperti itu?" tanya Brian

Kanato menggelengkan kepalanya. Dia mengajak Brian sarapan setelah sejak pagi tadi Brian berolahraga di ruang olahraga

"Akhirnya aku bisa segera pulang dan menemui gadisku"

"Oh... Ternyata uncle punya kekasih..."

"Apa maksudmu?"

"Aku hanya kaget uncle tidak perlu semurka itu"

Brian memakan sarapannya dalam diam. Dia sedang menghitung hari sampai dimana saat dia bisa kembali bersama adiknya

"Kita akan ada disini sampai tanggal 3, kan?"

Brian mengangguk menjawab pertanyaan Kanato. Brian hsnya duduk diam sambil meminum susu di depannya dan juga obatnya

"Sampai kapan aku harus minum ini uncle?" tanya Brian

"Sampai kinerja otakmu kembali seperti dulu. Lagi pula kamu sudah banyak kemajuan. Hanya saja masih belum bisa mendengar suara terlalu keras dan tinggi juga belum bisa berpikir terlalu berat"

"Dan masih sering mimisan kalau uncle lupa"

Kanato mengangguk. "Perkiraanku sekitar setengah tahun lagi kamu sudah kembali seperti dulu"

Brian hanya mengangguk. Dia berdiri dan membawa piring kotornya ke tempat pencucian piring. Brian mencuci piringnya sendiri dan meletakan piring itu di lemari

"Ya, semoga saja saat sekolah nanti aku tidak memburuk" ujar Brian dan Kanato mengangguk

"Aku ke kamar dulu uncle" ujar Brian

Selepas Brian pergi, Kanato duduk di meja makan dalam diam

"Gue jadi deket sama itu anak" gumam Kanato

Dia memang tidak menyangka akan sedekat itu dengan Brian. Tapi, ditinggalkan disini bersama anak itu selama hampir satu tahun membuat dia dekat dengan anak itu

Bagi Kanato Brian hanya anak remaja biasa yang secara terpaksa menjadi dewasa karena keadaan. Terkadang Kanato sering melihat sifat kekanakan dari Brian yang keluar begitu saja tanpa bisa dicegah. Kanato hanya tahu Brian adalah anak yang baik dan bisa diandalkan

------------

August, 3rd. Qeunzia

Brian duduk dan memainkan ponselnya di halaman belakang saat tepukan pelan di puncak kepalanya membuat dia mendongak

"Sudah datang Dad?" tanya Brian dan Dario tersenyum

"Ayo pulang" ajak Dario

Brian mengangguk dan berdiri. Dia berjalan bersama ayahnya menuju ke mobil mereka. Barang-barang Brian memang sudah dia rapikan sejak tadi pagi dan sekarang barang-barang itu sedang digotong oleh Regis menuju ke mobil tuannya

"Uncle Kanato mana?" tanya Brian

"Berangkat duluan tadi pagi. Dia harus menjemput putrinya dari rumah kerabatnya"

"Memangnya dia punya kerabat?"

"Entahlah..."

Brian mengangguk. Dario membiarkan Brian duduk di kursi penumpang dan Dario duduk di sebelahnya

"Adikmu menanyakanmu terus. Sejak terakhir mereka semua kesini, kamu tidak pernah memberi kabar pada mereka"

Brian terkekeh. "Biarkan saja. Toh nanti akan ketemu juga"

Dario mengangguk saja mendengarkan ucapan Brian. Perjalanan menuju bandara terasa sepi. Brian sibuk pada ponselnya sementara Dario sibuk mengerjakan beberapa pekerjaannya melalui tablet di tangannya. Mereka langsung naik ke pesawat saat mereka sampai. Brian memilih ke dapur dan mengambil sebotol air mineral untuk meminum obatnya

"Memangnya masih sakit?" tanya Dario membuat Brian kaget dan hampir tersedak

"Dad! Please..."

Dario terkekeh saat putranya membentaknya karena kesal. Dia menepuk bahu Brian perlahan, mencegah putranya tersedak

"Tidak sakit asal tidak mendengar suara keras dan tinggi... Lagi pula aku memang harus meminum ini"

"Dosisnya berkurang?"

Brian mengangguk sebagai jawaban. Dario mengambil segelas wine dan meminumnya perlahan. Mereka berdua berjalan ke kursi di kabin yang berbentuk seperti ruang tamu dan duduk di kursi itu, saling bersebelahan

"Aku tidak ikut ke istana ya..." ujar Brian

"Kenapa?"

"Aku rasa lebih nyaman di Apartment. Aku akan kesana pada saat acara nanti. Uncle Regis bisa ikut denganku ke Apartement" ujar Brian

Dario mengangguk. Dia membiarkan putranya tinggal di apartement-nya selama satu malam

"Aku akan kesana jika setelah aku selesai dengan urusanku" ujar Dario

Brian mengangguk. Dia mengirimkan alamat apartment-nya pada sang ayah. Setelahnya hening kembali melanda

"Kamu sudah berhenti dari pekerjaanmu, kan?" tanya Dario setelah beberap menit berlalu dalam keheningan

Brian diam tidak menjawab. Dario menoleh dan melihat putranya sudah memejamkan matanya dan deru napas anak itu terdengar teratur. Dario menyampirkan jaketnya ke badan Brian dan mengusap puncak kepala putranya dengan perlahan

"Berhentilah Bryan... Daddy mohon padamu. Tolong berhenti membuatku cemas padamu..." ucap Dario seperti gumaman sambil menatap wajah putranua yang masih cukup pucat walau sudah satu tahun berlalu sejak kejadian itu

"Cukup jadikan ini terakhir kalinya kamu berada dalam bahaya. Jangan pernah lagi kamu lemparkan dirimu ke dalam bahaya itu sendiri!" ujar Dario lagi. Dario menyandarkan kepalanya dan memejamkan matanya

Tanpa Dario tahu, Brian mendengar ucapannya. Semuanya terdengar dengan sangat jelas. Setiap kata dan nada khawatir, putus asa, lirih dan lelah itu terdengar dengan jelas di telinga Brian. Brian memang belum terlelap tapi, dia sengaja memejamkan matanya agar sang ayah tidak bertanya lagi padanya. Lama-kelamaan, Brian benar-benar jatuh terlelap

Tuk

Dario terbangun saat dia hampir pulas. Dia merasakan sesuatu jatuh di bahu kirinya, Dario membuka matanya perlahan dan menoleh ke kirinya. Segaris senyuman muncul di bibir Dario. Brian terlelap dan tanpa sengaja menjatuhkan kepalanya di bahu kiri sang ayah

"Dad... I'm sorry..." igau Brian dan hal itu membuat dahi Dario berkerut heran

"And thank you.." igau Brian sambil menyamankan kepalanya di bahu kiri Dario

Dengan senyum masih terkembang di bibirnya. Dario merapikan jaketnya yang dia jadikan selimut bagi Brian. Dario menatap sejenak wajah pucat putranya

"I'm the one who should say that, Bryan..." ujar Dario

"Thank you for coming back to me..." bisik Dario

Dario menyandarkan kepalanya ke kursi dan kembali memejamkan matanya. Tangannya menggenggam erat tangan kanan Brian. Hingga kesadarannya menjauh seiring dengan deru napasnya yang teratur dan sejalan dengan deru napas Brian

[KS #1] Daemoniorum FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang