13. Still The Same Bryan

6.8K 363 4
                                    

"Bryan... Ada apa?" tanya Dario lagi

Tidak peduli di depannya kini anak laki-lakinya atau anak perempuannya, Dario menarik anaknya dan mendekapnya erat-erat

"Ada apa? Apa kepalamu sakit lagi? Atau badanmu ada yang sakit? Beritahu Daddy jangan membuat Daddy khawatir seperti ini..." ujar Dario sambil mengusapi punggung putranya

Dario menyerah saat tidak ada jawaban apapun dari bibir Brian. Brian hanya diam dan berkali-kali menarik napasnya dalam-dalam seolah sedang menenangkan dirinya sendiri

Dario menatap putranya dengan tatapan khawatir saat Brian sudah menjauh darinya dan melepaskan pelukannya

"Ada apa?" tanya Dario lagi

"Dad dari mana?" tanya Brian

"Dad ada urusan sebentar tadi. Kenapa?"

Brian menghembuskan napasnya lega. Brian duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Dia menundukan kepalanya tanpa berucap apapun. Menciptakan keheningan di kamar itu

"Bisa Ryan minta sesuatu pada Dad?" tanya Brian memecahkan keheningan di kamar itu

"Tergantung. Kalau permintaanmu aneh tentu saja aku tidak akan memberikannya..."

Brian mengangguk. Dia masih menunduk dan menatapi jemari tangannya

"Ryan minta..." Dario menunggu kelanjutan dari ucapan putranya

"Dad berhenti menyakiti diri sendiri...." ujar Brian dan hal itu sukses membuat Dario terbelalak kaget meski tidak terlihat oleh Brian karena anak itu masih sibuk menunduk

"Apa maksudmu?" tanya Dario

"Ryan tahu, Dad sering kali melukai diri sendiri ketika Dad merasa bersalah dan kesal. Tapi, tidak semua yang terjadi pada Ryan itu salah Dad... Kenapa Dad menyalahkan diri sendiri dan melukai diri sendiri ketika yang bersalah adalah Ryan sendiri?"

"Bryan..."

"Brian Dad... Lagi pula, selama ini semua yang Ryan lakukan itu tidak sepenuhnya karena Dad. Jadi, bisakah Dad berhenti melukai diri sendiri?"

"Apa Kanato memberitahu sesuatu padamu lagi?"

Brian mengangkat kepalanya dan menoleh untuk melihat ayahnya. Kedua mata biru itu saling bertubrukan satu sama lain dengan arti tatapan yang berbeda. Yang satu menatap gusar, yang satu lagi menatap khawatir

"Bukan..."

Dario mengernyit saat Brian berkata bukan. Lantas siapa yang memberitahu Brian? Itu yang berkeliaran di kepala Dario sekarang

Adu tatap tanpa henti terjadi di antara kedua orang itu. Mereka sama-sama berkeras diri berusaha membaca apa yang ada di pikiran orang di hadapannya. Sampai akhirnya Brian menarik napasnya dan memilih mengalah. Dia sadar masalah ini tidak akan menemui titik terang jika dia berkeras seperti ayahnya

"Dad ingat kejadian sewaktu aku berusia lima tahun?" tanya Brian

Dario mengerutkan keningnya. Berusaha mengingat kejadian yang dimaksud putranya

"Yang kamu ngambek pada Dad?"

"Hn. Yang itu..."

Dario mengangguk kecil. "Dad ingat" ujarnya

"Ryan masih ingat saat itu Dad memukul lemari kaca hingga hancur dan melukai tangab Dad sendiri. Bahkan sampai pulang pun Dad lebih memilih mengusapi kepalaku daripada mengobati luka di tangan Dad itu. Mommy sampai meminta uncle Winson melakukannya saat Dad tidur"

"Ryan itu-"

"Itu hanya salah satu dari sekian banyak yang Dad lakukan setelahnya..." ucap Brian menyela perkataan ayahnya

"Dulu aku selalu heran saat Dad memakai kemeja ataupun kaus lengan panjang saat cuaca cerah dan Dad sama sekali tidak menggulung lengan bajumu. Dan anehnya Dad akan begitu setiap habis bertengkar denganku"

Dario tertegun. Dia tidak tahu kalau putranya selalu mengamatinya. Dia berpikir anak itu tidak akan menyadarinya. Dario menatap Brian dengan tatapan yang menurut Brian cukup mengintimidasi seseorang

"Aku tidak sedang berbohong Dad. Aku serius..." ujar Brian

Dario mengangguk mencoba percaya kalau Brian jujur padanya. Brian tahu itu bukan dari Kanato... Itu yang Dario coba percaya. Sayangnya, Brian sedikit berbohong. Brian tahu hal itu dari ucapan ibunya dulu yang dia curi dengar di pesawat. Ditambah dengan ucapan Kanato padanya ketika sang ayah pulang ke Andlesia untuk pertama kali dan Kanato hanya berdua dengan Brian di Qeunzia. Tapi, Brian mulai menyadari semua keanehan dan pertanyaan yang ada di benaknya dengan ucapan ibunya juga Kanato

"Ryan hanya meminta itu saja. Kalau Dad tanya kenapa? Maka Ryan akan menjawab apa yang Dad lakukan itu membuat khawatir semua orang..."

Dario terkejut mendengar ucapan Brian. Dia baru menyadari kalau putranya tadi tengah khawatir padanya. Dario tersenyum hangat. Dia menarik Brian yang masih menggerutu

"Dad?" panggil Brian kaget dan heran lantaran Dario tiba-tiba memeluknya erat

"I'll try. Kamu juga harus berhenti melemparkan dirimu dalam bahaya, Bryan. Harus!"

"Brian Dad... Astaga..."

"Bryan... Namamu itu Bryan. Aku tidak bisa menerima pemerintah itu seenaknya mengganti namamu" ujar Dario tanpa melepas pelukannya

Brian hanya bisa mendumal kesal. Tapi tak urung dia tersenyum. Dia memejamkan matanya sambil mendengarkan detakan jantung ayahnya. Seperti anak perempuan memang. Tapi, Brian memang menyukai suara detakan jantung ayahnya dan wangi milik sang ayah yang sejak dulu selalu berhasil membuat dia merasa aman. Merasa walau dunia runtuh sekalipun dia akan tetap selamat

"Apa kamu masih mengerjakan pekerjaan itu Ryan?" pertanyaan itu membuat Brian terkejut

"Aku tidak mengerjakannya Dad. Aku bersama uncle Kanato selama beberapa bulan terakhir"

"Setelah ini?"

Brian diam. Kemudian dia mendengar detak jantung Dario mulai berubah dan tidak setenang tadi

"Tidak Dad. Tidak" ujar Brian

'Tidak setelah satu tugas terakhir'

Dario mengangguk. Dia menepuk punggung Brian perlahan

"Happy sixteen birthday, son"

Brian terkejut. Tapi kemudian, dia terkekeh geli

"Urusan yang Dad maksud bukan membeli kadoku, kan?"

"Menurutmu?"

Brian tergelak geli. Dario juga sama. Mereka mengisi keheningan malam dengan tawa mereka berdua

"Tidurlah Bryan. Ini sudah malam" ujar Dario sambil melepaskan pelukannya

"Hadiahku..." ujar Brian sambil mengulurkan tangannya

"Besok pagi"

"Dad..." pinta Brian seperti anak kecil

"Besok Brian. Sekarang tidur ini sudah malam"

Brian mendumal kesal. Dia berbaring di ranjangnya dan menarik selimutnya naik. Dario hanya bisa terkekeh melihat tingkah putranya yang masih sama seperti saat dia berumur enam tahun ketika merajuk. Tidur membelakanginya dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya

"Nanti kamu sesak Bryan..." ujar Dario sambil menarik turun selimut Brian

"Brian Dad... Bukan Bryan!"

"Tetap Bryan bagiku"

'And still the same Bryan as before'

[KS #1] Daemoniorum FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang