7. Menjenguk Kakak Paling Tampan

7.5K 420 16
                                    

Sesuai janji, setelah Vannya sembuh, Vannya mengepak semua pakaiannya. Rex dan Rey juga sama. Mereka langsung berunding dan mengabari Chea kalau mereka akan menjenguk Brian. Chea juga sangat bersemangat dan langsung mempersiapkan pakaian dan beberapa titipan dari ibunya untuk sang kakak

Tiga hari kemudian, mereka sudah siap di Bandara dan sedang berjalan menuju pesawat pribadi milik Daverick yang cukup besar

"Kak Brian gak marah kalau kita jenguk?" tanya Chea khawatir

"Tenang saja. Dia pasti juga rindu sama kamu Chea..." ujar Vannya

Vannya menggenggam tangan Chea dan mengajak anak itu untuk bergegas masuk ke pesawat. Daverick mengantar mereka sampai ke dekat pesawat. Dia tersenyum melihat raut wajah kesepuluh anak itu yang nampak lebih riang sedikit semenjak kejadian buruk itu terjadi

Daverick berbalik. Dia yakin anak-anak itu akan baik-baik saja mengingat Dario sudah sangat mengusai negara itu. Terkadang Daverick merasa sahabatnya itu sudah berada jauh dari dirinya. Semua yang Dario lakukan sudah melebihnya. Dario sudah menguasai beberapa negara walau dia tidak jadi raja Kanzpia sekalipun. Dengan bisnisnya dia menopang ekonomi beberapa negara dan hal itu membuat para raja dari negara tersebut begitu tunduk pada Dario. Apa yang diucapkan Dario mutlak hukumnya bagi mereka. Karena itu, berita tentang Brian tidak pernah tercium siapapun sampai saat ini

"Dasar gila. Kayaknya julukan Lucifer harus dipindahin ke dia bukan di gue lagi" gumam Daverick

Daverick sendiri menyadari, semenjak dia menikah dengan Erika dan memiliki Vannya sosok Lucifer yang dulu melekat padanya hilang perlahan-lahan. Sementara Dario yang selama ini Daverick amati, semakin hari semakin kejam dan menyeramkan. Dario berubah sangat banyak. Dulu dia memang menyeramkan tapi, saat ini dia lebih menyeramkan beribu kali lipat terlebih setelah Lucas Alexandro meninggal. Sejak saat itu menyentuh seujung rambut keluarganya saja bayarannya kematian

"Dia itu semakin hari semakin kejam saja... Padahal dia punya dua anak perempuan. Tapi, kenapa semakin kejam saja?" gumam Daverick lagi sambil berjalan ke mobilnya

Daverick masuk ke dalam mobilnya dan melihat pesawat miliknya sudah lepas landas. Daverick menyuruh Zaldy kembali ke Ar Company

Delapan belas jam perjalanan, kesepuluh anak itu sampai di bandara yang ada di Qeunzia. Regis dan Carvel juga anak buah mereka menyambut kesepuluh anak itu. Cuaca di negara tersebut memang tetap dingin walau di negara lain sudah mulai musim semi. Mereka langsung dibawa ke rumah besar milik Dario disana. Rumah besar diantara hutan dan laut yang semua airnya membeku. Kesepuluh anak itu tercengang melihat pagar dan dinding beton yang mengelilingi rumah tersebut. Bahkan jarak dari pintu gerbang ke rumah saja cukup jauh untuk di tempuh

Brian sedang duduk di bawah pohon. Dia memejamkan matanya. Sedikit rasa sedih melandanya

"Jelas-jelas aku selalu merepotkanmu Dad. Kenapa masih begitu peduli padaku?" gumam Brian

Brian ingat ayahnya terlihat begitu kacau saat dia baru membuka matanya. Dia bahkan tahu ayahnya berusaha menyelamatkan dirinya meski saat itu dia tidak bisa membuka matanya. Brian mendengar setiap ucapan yang ayahnya katakan padanya saat dia masih menutup matanya

"Kenapa berusaha sekeras itu mempertahankan aku? Bukankah lebih baik kalau aku tidak ada, Dad?" gumam Brian lagi

Brian kembali memejamkan matanya dan berdiri perlahan. Dia berjalan dengan tongkat penyanggah untuk saat ini. Dari sekian hal yang dia latih setiap hari, kemajuannya hanya dia sudah bisa berbicara dengan normal kembali tanpa kesulitan, dia bisa menggerakan kepalanya dan tangannya yang mulai normal juga

Brian mendongakan kepalanya dan menutup matanya sembari menarik napasnya dalam-dalam. Sebuah suara masuk ke telinga Brian membuat Brian merasa dirinya berhalusinasi. Tapi, suara itu semakin dekat dan semakin dekat. Brian membuka mata dan menoleh ke samping dan saat itu Brian mendapatkan pelukan erat yang menahan dirinya dari segala sisi dan membuatnya terkejut

"Kangen..." ujar Vannya mewakili semuanya

Brian bisa merasakan kedua bahu, dada dan punggungnya mulai basah. Para gadis sedang menangis di sambil memeluknya. Brian diam dan tersenyum kecil. Pelukan hangat dari saudara- saudaranya tidak hanya menghangatkan badannya tapi juga hatinya

"Mau sampai kapan kalian meluk gue? Gue cape ini diri terus dari tadi" ujar Brian setelah sepuluh menit mereka berada di posisi yang sama tanpa bergerak

"Ish! Lo mah... Kita kangen tahu!" Vannya mendumal dan memukul lengan Brian perlahan

Brian terkekeh dan saudara-saudaranya mulai melepaskan Brian satu per satu, meski Rey masih berdiri di belakang Brian dengan posisi membelakangi anak itu demi menahan badan Brian agar tidak terjatuh ketika dia mulai lelah. Kecuali satu orang yang masih memeluk erat badan Brian dan menangis disana. Brian tersenyum tangannya bergerak mengusap rambut cokelat gelap milik sosok yang sedang memeluknya

"Apa kabar Chea?" tanya Brian pada adiknya dengan lembut

"Chea kangen kakak... Sangat rindu..." ujar Chea diselingi isakan tangis

"Jangan nangis lagi! Ini kan sudah ketemu sama kakak..." ujar Brian menenangkan

"Hey! Udara semakin dingin, sebaiknya kalian semua masuk" teriak Kanato yang sejak tadi hanya berdiri di pintu samping sambil merekam momment itu untuk diberikan pada Dario nanti. Awalnya dia mau memanggil Brian tapi, kesepuluh anak itu datang jadi, Kanato mengeluarkan ponselnya dan merekam semuanya

"Rey, Rex! Nih pegang!" ujar Vannya sambil memberikan tongkat milik Brian pada kedua adiknya sementara dia dan Chea mengalungkan tangan mereka di lengan kanan dan kiri Brian

"Kita masih kangen sama lo. Jadi, gue sama Chea yang bakal temenin lo jalan ke dalem" ujar Vannya

"Gak boleh nolak!" ujar Vannya lagi sebelum Brian sempat menolak

Brian mengangguk dan berjalan dengan tuntunan dari kedua adiknya

"Kenapa kalian kesini?"

"Kita menjenguk kakak kita yang paling tampan"

[KS #1] Daemoniorum FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang