--

88 14 7
                                    

Angin malam berhembus melalui jendela kamar Iffa,rambut panjangnya teriup lembut oleh sang angin bintang seperti tersenyum kepadanya namun,malam itu Iffa terlihat tak bersahabat dengan bintang yang tersenyum padanya.

"Ibu Iffa rindu..." foto dengan bingkai kayu bercat abu abu dijatuhi oleh airmata Iffa
"Ibu besok kita akan bertemu..." kini Iffa memeluk foto dari wanita yang paling cantik menurutnya itu.

Malam ini dan malam malam lain terasa sangat singkat bagi Iffa,memang jika kita bersama sesuatu yang kita cintai maka waktu akan terasa pendek.Iffa suka malam,mulai dari langitnya suasananya dan udaranya.

Setelah lama duduk dengan kesedihan,Iffa meraih jaket abu abu favoritnya,mengambil handpone dan benda kecil yang selalu menepel ditelingannya.
Jalan kompleks ia telusuri,kini ia temukan mobil berlalu lalang,kaki dengan jeans hitam panjang sneakers hitam berjalan pelan sambil menikmati suasana malam.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.30,Iffa sudah sampai ditempat tujuannya,taman bermain yang biasa ia kunjungi dengan ibunya ia duduk diatas ayunan mendongakkan kepala lalu memjamkan matanya.

"Bintang,Iffa rindu ibu,tapi besok Iffa akan menemui ibu" ucap Iffa seolah bintang bintang mendengarkannya.

Iffa memang selalu keluar rumah malam hari,karna ia merasa mendapat ketenangan yang lebih saat malam hari,ia bahkan jarang tertidur saat malam hari,menghabiskan malam dengan berayunan bahkan kadang kakeknta lelah mencari keberadaannya,namun sekarang kakek tahu harus mencari kemana.

"Sialan,kenapa aku tiba tiba lapar,akukan tadi udah makan,malahan nambah lagi" meraba saku celannya berharap ada uang yang ikut ia seret sebelum berangkat.

"Nah untung ada,lumayan bisa beli roti dan minum" senyum yang alakadar terpancar dari wajahnya,ia menyebrangi jalan bermaksud kesebuah minimarket didepan taman bermain itu untuk mengisi perutnya.

Bangku didepan mini market sepi namun tampak orang orang keluar masuk kemini market,tapi Iffa sosok orang yang terlalu tidak perduli dengan keadaan,ia lahap menyantap rotinya bahkan sekarang ia tidak menyadari ada sosok yang ia benci sedang menatapnya.

"Hei...segitu laparanya ya?" Suara berat itu membuat Iffa menoleh kearahnya.
Iffa mengabaikan bersikap dingin seperti biasanya tapi laki laki itu tetap penasaran dengannya.

"Aku Fiyan,cewek ga baik keluyuran malem sendiran"
Suara itu,kata kata itu,sangat membuat Iffa risih,terlebih Iffa benci dengan sosok laki laki,ia berdiri lalu menaikkan volume handponenya kemudiam beranjak pergi meninggalkan laki laki itu

Iffa masih sama,sudah Sepuluh tahun sejak perceraian itu ia tak pernah ingin atau mencoba membuka hati kepada laki laki manapun,ia beranggapan laki laki semuannya sama seperti ayahnya kecuali kakeknya,karna menurutnya laki laki terbaik itu adalah kakeknya,kakenya setia hanya kepada neneknya bahkan ketika neneknya sudah tiadapun kakeknya tak ingin mecoba jatuh kepada wanita lain.

"Siapa dia berani beraninya mengomentari ku" Iffa bertanya pada dirinya dengan sedikit nada marah.
Kini malam semakin larut,ia berniat untuk kembali kerumah,ia tahu sekarang kakeknya pasti sedang mengkhawatirkannya.

Sudah pukul 12.00  Iffa sudah berbalut selimut namun matanya belum terpejam,ingatan tentang kejadia sepuluh tahun lalu selalui menghantuinya,bahkan ingatan itu selalu membuatnya menjadi penjaga sang malam,tangis selalu menemani seketika ingatan itu kembali,kebencian semakin subur dalam hatinya.

Ingin selalu kusimpan malam untuk hari esok yang kian membunuhku,aku takut akan sebuah rasa,karna itu akan membunuhku,-

Jika bisa ingin ku tanam matahari kedalam tanah,agar pagi tiada,dan akanku gantung bintang agar malam selalu ada,-

Anginmu,Langitmu,Sepimu,membuatku ingin menjagamu malam malam ku,-

    _Haiffa Anastasya_

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang