Beruntung aku hari ini membawa payung, karena hujan turun dengan lebat ketika kami berangkat pulang tadi. Aku dan Seli sedang berjalan menuju rumahku.
Setiap beberapa saat, aku selalu menoleh ke belakang. Agak paranoid terhadap kejadian kemarin. Walaupun kali ini aku tidak sendirian, aku akan tetap tidak lengah.
Seli tampak bingung melihatku yang sedari tadi beberapa kali menoleh ke belakang.
"Raib, ada apa? Memang ada yang sedang mengikuti?"
"Ah, tidak. Aku hanya was-was saja."
"Kenapa?"
"Nanti akan kuceritakan ketika kita sampai di rumah," jawabku. "Okee."
Seli pun kembali membuka pembicaraan dengan ocehannya tentang hari-harinya di rumah saat sakit kemarin hingga kami sampai di rumahku.
__________________________________
"Ayo ceritakan."
"Cerita yang mana dulu, Sel? Ali atau soal tadi?"
"Ali dulu, aku sudah menunggu dari tadi pagi."
"Oke, sebentar."
Sambil mencoba mengingat-ingat, aku menghela nafas panjang.
__________________________________
"HAHAHAHA ALI SERIUS BILANG BEGITU?!!"
"I-iya , Sel. K-KENAPA SIH HARUS TERTAWA??? INI KAN TIDAK LUCU!"
Seli tertawa terbahak-bahak sambil berusaha mencari nafas.
"Kau sama sekali tidak mengerti, ini hanya bisa dimengerti bagi yang sudah berpengalaman saja. Ketahuan kau, dulu tidak pernah digoda laki-laki," jawab Seli sambil mencoba memperbaiki posisi duduknya sehabis tertawa terbahak-bahak.
"Berisik," jawabku dengan nada agak sebal. "Iya-iya, jangan marah, Putri Bulan~"
Seli kemudian berusaha menghindar dari cubitan mautku.
"STOOOP, RAIB! AKU MAU BERBICARA TENTANG SESUATU!"
"Hehe, akhirnya. Bicara tentang apa, Sel??"
"Tentu saja tentang mengapa Ali seperti itu, Raib."
"Hm... Oke, lanjutkan," jawabku selagi rasa penasaran mulai muncul.
"Jadi, menurutku, Ali itu...."
"Ali itu..?"
"Suka padamu," lanjut Seli, "heheh."
Cubitan mautku yang kedua sudah on the way ke arah lengan Seli.
"EHHH KENAPA INI?!"
"KENAPA KAU MENYIMPULKAN HAL KONYOL SEPERTI ITU?!"
"TENANG, RAIB! AKU BISA MENJELASKAN LEBIH LANJUT KALAU KAU TIDAK KEBERATAN UNTUK MENCOBA TIDAK MENCUBITKU!"
"OKE MAAF!" Aku menghilangkan jurusku. Seli yang tadinya terlihat tegang langsung terlihat lega.
Suasana agak hening untuk beberapa saat. Seli kembali berbicara.
"Mengapa aku bilang seperti itu? Karena sudah jelas, Raib sayang. Jika laki-laki menggunakan kata-kata seperti itu, itu tandanya dia ada ketertarikan terhadapmu." Seli menjelaskan.
Aku hanya terdiam, ingin Seli melanjutkan.
"Aku beranggapan kalau Ali suka padamu juga sudah dari kapan tahu. Dia selalu berhasil membuatmu sebal, marah, atau-"
"Bukannya itu berarti kalau dia hanya ingin membuatku marah saja? Kenapa malah dijadikan alasan?"
"Tidak, Raib. Kata-kata menyebalkan bukan selalu berarti iseng atau benci, itu juga bisa diartikan sebagai salah satu tanda-tanda kalau dia tertarik denganmu. Seperti contohnya, Ali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan dan Bintang
FanfictionSepandai-pandai tupai melompat, pasti akan terjatuh juga. Ali yang biasanya terlihat cool dan tenang, hari ini terlihat murung. Raib pun mencoba menghibur dan menaikkan sedikit mood-nya. Setelah Ali merasa lebih baik karena dukungan Raib, Ali merasa...