"Miss memanggil kalian ke sini bukan karena apa-apa," lanjut Miss Selena, "kita akan mengunjungi keluarga Ilo bersama saat hari libur di minggu ini."
"Oh... begitu, Miss. Baiklah, nanti akan ku beritahu Seli." Aku menjawab. Aku lalu menoleh ke Ali.
"Baik, Miss." Ali menjawab. "Apakah ada hal khusus yang harus dibawa kali ini?"
"Tidak usah, kalian bawa pakaian ganti saja," sebelum Ali bisa menyela, Miss segera menyambung kembali, "iya, boleh memakai pakaian yang kemarin diberikan oleh Ilo." Ali hanya tertawa kecil, tidak menyangka kalau Miss Selena bisa menebak pikirannya.
Aku mengangguk. Aku mengingat-ingat kembali kapan terakhir kali kami ke sana, sudah sangat lama sejak pemakaman Ily. Sudah seberapa besar Ou sekarang? Haruskah ku membawa mainan atau hadiah untuk Ou? Ingin sekali aku membawakan sesuatu untuk keluarga Ilo, apalagi kemarin setelah diberi pakaian baru. Mungkin nanti aku akan mampir ke toko mainan sebentar.
Tapi kan...teknologi keluarga mereka sudah jauh lebih maju dari kita, apakah mereka akan menerimanya? Ah sudahlah, aku tetap akan memberikan sesuatu. Mungkin sesuatu yang.. Handmade?
"Baguslah kalau begitu, sekarang kalian boleh kembali ke kelas. Terima kasih sudah datang, Ali dan Raib. Hari Jum'at nanti setelah pulang sekolah, kita berkumpul di rumah Seli saja," ujar Miss Selena. "Sama-sama, Miss."
Miss Selena berjalan menuju pintu Ruang BK, "Selamat siang." Miss Selena pun keluar dari ruangan.
"Ayo, Raib. Aku tidak mau dimarahi bu guru Sejarah nanti."
Aku tertawa sedikit, "Aku juga tidak, ayo."
_______________________________
Bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid sudah mulai merapihkan meja dan kursinya untuk pulang. Aku juga ikut merapihkan barang-barang.
"Raib." Ali memanggilku.
"Ya?"
"Apakah kau ada kepentingan setelah pulang sekolah?"
"Kebetulan ada, kenapa?"
"Oh. Hm.. mau ku temani?"
"Tak apa, kau pulang duluan saja."
"Kau yakin?"
"Iya Ali, aku yakin."
Ali terdiam sejenak, lalu menghela nafas.
"Kalau begitu, mau kuantar?"
"Apa? Tidak usah, nanti malah merepotkan."
"Oke...baiklah. Maaf, aku duluan ya, Putri Bulan. Hati-hati di jalan." Ali sambil melambaikan tangan.
Aku hanya menggeleng.
"Dasar. Terima kasih, kau juga, Tuan Muda Ali."
Ali mengangguk, kemudian berjalan menuju jemputannya.
Lagi-lagi, ada apa dengan Ali hari ini? Aku berusaha mencari alasan yang jelas sambil berjalan menuju angkot.
Angkot hari ini terlihat sepi.
Baguslah, aku jadi bisa memikirkan barang apa yang harus dibeli dengan tenang.
_______________________________
Oke, semua barang yang dibutuhkan sudah kubeli.
Sekarang, aku sedang berjalan menuju rumah karena kebetulan toko yang baru aku datangi lokasinya tidak jauh dari rumahku.
Ternyata hari ini jalannya lumayan sepi. Hanya suara langkah kakiku yang terdengar.
Tunggu.
Ada suara sepasang kaki lagi yang kudengar, di belakangku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan dan Bintang
Fiksi PenggemarSepandai-pandai tupai melompat, pasti akan terjatuh juga. Ali yang biasanya terlihat cool dan tenang, hari ini terlihat murung. Raib pun mencoba menghibur dan menaikkan sedikit mood-nya. Setelah Ali merasa lebih baik karena dukungan Raib, Ali merasa...