Chapter VII

6.6K 404 36
                                    

"Ehhh kemarin....aku menemukan barang lucu di toko. Ya! aku menemukan barang lucu di toko!"

"Oh? Benarkah?" balas Ali.

"Yup. Dan aku, akan mengajak Seli membantuku untuk membuat sesuatu di rumahku nanti. Bukan begitu Seli?"

Seli mengangguk dengan kencang. Untunglah Seli mengerti. "Iya itu benar, Ali."

"Kalau begitu, aku boleh ikut?" Ali bertanya.

"TIDAK- maksudku, Tidak usah. Pekerjaan ini hanya butuh bantuan satu orang saja, cukup Seli yang membantu." Aku langsung membalas. Mungkin agak terlalu berlebihan awalnya.

Tetapi bagaimana mungkin orang yang akan kita bicarakan ikut dalam pembicaraan? Sungguh lucu jika itu terjadi, bahkan tidak lucu.

"Bagaimana kalau aku hanya ikut saja? Aku tidak akan mengganggu kalian dengan begitu."

"Eh..." Aku tidak tahu harus berkata apa. Kenapa ia bersikeras sekali?! Apa dia tahu kalau dia akan dibicarakan?

Aku menoleh ke Seli, berharap ia bisa membantu dengan membuat alasan yang masuk akal.

Seli mulai membuka mulut. "Tida-"

TEEEEET!!!!

"Oh! Sudah bel! Nanti saja ya kita bahasnya, Ali!" ujar Seli. Ali mengangkat salah satu alisnya, lalu mengangkat bahunya dan pergi ke tempat duduknya.

Hampir saja. Aku tidak tahu kalau bel sekolah bisa menyelamatkan aku dan Seli.

Aku dan Seli saling tatap, menunjukkan rasa lega. Untunglah, dengan begini kami bisa mencari alasan yang jelas nanti.

Kami segera mengeluarkan alat tulis dan juga buku Bahasa Inggris.

Cepat atau lambat, kami harus mencari alasan yang tepat untuk Ali.

_______________________________________

"Bagaimana kalau ada keluarga yang datang? Jadi dia tidak enak kalau mau berkunjung?"

"Tidak, Sel. Dia pasti nanti akan bertanya mengapa kau diperbolehkan berkunjung tapi dia tidak."

Kami berbisik karena takut ada yang mendengar.

"Bagaimana kalau kita bilang jujur saja kalau kita mau menggosip? Bukannya dia tidak suka gosip?"

"Hm, boleh juga, Sel. Tapi aku tak yakin sepenuhnya."

Mr. Theo sedang mengecek masing-masing pekerjaan muridnya. Aku dan Seli sudah diperiksa tadi, jadi kami boleh melakukan apa saja sekarang.

"Iya sih, itu memang tidak meyakinkan, tapi ya sudahlah. Bilang juga kalau kita mau belajar bahasa Indonesia, dia tidak suka itu juga kan?"

"Oke. Nanti akan kita coba." balasku.

Dengan begitu, diskusi kami berakhir. Sebenarnya, aku tidak terlalu suka berbohong. Tapi mau bagaimana lagi? Mungkin nanti aku benar akan belajar bahasa bersama dengan Seli, hanya untuk menghilangkan rasa bersalah setelah membohongi Ali.

Tapi sungguh, tadi merupakan percakapan yang bisa dibilang cukup konyol.

"Okay, Class! Karena istirahat kurang lima menit lagi, saya tinggal duluan ya! Ada orang tua murid yang ingin bertemu saya secara mendadak. Goodbye, Class!"

Pak guru pun keluar kelas, disusul dengan suara gaduh yang mulai muncul di dalam kelas.

______________________________

Bel istirahat berbunyi. Beberapa temanku mulai berhamburan keluar kelas, takut jajanan di kantin keburu habis oleh kelas lain.

Seli menghampiri Ali dan mulai membuka mulut.

"Maaf, Ali. Raib dan aku juga ingin bergosip di rumah nanti, bukankah kau keberatan?"

Ali hanya mengedipkan mata untuk beberapa kali dan mulai tertawa.

Aku dan Seli hanya saling tatap dengan tatapan 'Hah?'

"Kalian ini, aku tadi hanya bercanda dengan kalian. Tidak perlu memberikan alasan, aku juga nanti pulang ada keperluan. Toh, aku juga sedang tidak mau mengganggu kalian, jadi berterima kasih lah kepadaku." Ali menjawab dengan nada menyebalkan di akhir.

Aku mendengus kesal. Seli hanya melipat tangannya sambil menghela nafas.

"Dasar kau ini. Ya sudah, bagus kalau begitu. Yuk, Sel, kita ke kantin. Aku sedang mau makan bakso hari ini." jawabku dengan ketus.

Aku dan Seli pun mulai berjalan ke arah kantin.

Rasa sebal masih menyelimutiku.

Dasar, Ali! Tahu begitu tadi aku tidak usah capek-capek mencari alasan!

_____________________________

"Raib?" sahut Seli.

Aku berhenti makan dan membalas dengan 'hm?'

"Pelan-pelan makannya. Jujur, aku juga kesal dengan Ali, tapi aku lebih khawatir kau akan tersedak dengan cara makanmu yang terlalu cepat itu."

Aku segera menghabiskan makanan yang berada dalam mulutku.

"Anak itu! Bisa tidak sih sekali-kali tidak membuat repot orang lain!?"

Seli hanya tertawa. "Kenapa kau tertawa??"

Aku meneguk minumanku.

"Tidak, tidak apa-apa," lanjut Seli, "Ali benar, kau memang sedikit lucu kalau sedang marah."



Aku tersedak untuk yang kedua kalinya.



Sepertinya aku harus sedikit menjauhkan Seli dan Ali. Takut kalau Seli ketularan Ali.

"Tidak lucu, Sel!"

"Tapi kau tahu apa yang lebih lucu dan menggemaskan?" Seli bertanya. Aku terdiam sebentar, tetapi kembali menjawab dengan 'hm.' sambil membersihkan meja yang berantakan karena ku.

"Kalian berdua menjadi keluarga bahagia. Aku sudah menuliskan itu di dalam salah satu one-shots RaLi ku, dan aku senang telah membua- HEY!!." Seli mulai menutupi wajahnya.

Aku menciprat-cipratkan air dari tanganku ke arah Seli. "Rasakan itu!"

"Oke-oke aku akan diam!" Seli menjawab sambil sedikit tertawa. Aku pun ikut tertawa,



tidak tahu kalau sedang ada yang mengamati dari kejauhan.

_____________________________

Maaf kali ini Author hanya bisa mengupload segini saja heheh, tapi nanti Author usahakan untuk membuat yang lumayan panjang di chapter berikutnya! Terima kasih banyak bagi yang sudah membaca dan mengikuti sampai akhir!! Tunggu kelanjutannya ya^^



















Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang