Bab 9 :

13 1 0
                                    


16:30 WIB

Gue baru aja sampe rumah, gue beneran nemenin Anjar latihan. Padahal mood gue ancur banget hari itu, di tambah pas gue lagi nonton Anjar latihan palah si eeq badaq itu nyamperin gue. Sok deket gitu lah, sok akrab, senyam-senyum. Dan itu gue tau. Anjar liatin gue juga.

Aduh! Alamat ini! Maidai maidai, bantuan tolong! Lenyapkan saya sekarang juga😭

Seperti yang udah gue kira, Anjar diemin gue😭 dia diem aja. Bahkan pas nurunin gue, pas gue balikin helmnya boro2 ucapan kayak " langsung istirahat yaa, " atau " Makasih udah nemenin, ", dia cuma ngelengos aja. Diem. Tanpa sepatah kata pun bahkan pas gue bilang " Mampir dulu yuk," dia langsung cabut. Kayak nggak nganggep gue ada.

Huaaa..pengen nangis deh. Anjar gue disini! Hellooo?? Gue lo anggep apaan coba tadi.

Akhirnya gue masuk kerumah dengan langkah gontai.

Its my perfect bad day!

" Nak, kok baru pulang. Kok nggak salam dlu?, "
" Eh, ibuk udah pulang? Hehe Assalamu'alaikum buk, " kataku sambil nyengir.
" Wa'alaikum salam, darimana?,"
" Emm, tadi ada ektra. Sebenernys sih nggak lama, cuma tadi ada yang ekskul sepak bola jadi tadi nonton dulu hehe, "
" Ckckck, kamu ini. Kebiasaan kalo udah sama bola suka lupa waktu, yaudah sana mandi terus makan, "
" Iya buk, aku ke atas dulu ya, " kataku sambil jalan ke kamar gue.

Gue masuk ke kamar gue, gue langsung mandi lalu abis itu gue tiduran.

Capek banget hari ini. Capek pikiran. Capek badan! Aku ambil hpku yang masih ada di dalem tas aku,

Aku buka hpku,
Zonk!
Nggak ada notif yang nunjukin ada chat dari Anjar. Cuma pemberitahuan ig, e-mail, sama beberapa chat. Tapi nggak ada yang dari Anjar. Huaa! Nyesek rasanya.

" Ah Njar, lo kalo udah gini bikin gue frustasi aja deh!," rutukku.
Hingga tak sadar akupun tertidur. Melupakan segenap kepenatan hati iniii-_-'
*)Eh kok Asya jadi alay gini ya? Padahal kan niatnya author mau nyiptain seorang Asya itu cewek yang flat, cuek , dingin. Tapiii..
Ah udah lah. Jan di tanyakan ya😅 ikuti alur saja oke😁

_________

Author pov

Ttok ttok tttok!
" Asya! Bangun! Kamu dari tadi sore belom makan sayang, "

Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Akhirnya Ibu Ika masuk kamar dan membangunkan Asya.

" Asya, bangun! Makan dulu ya? Kamu dari tadi sore belom makan, " kata Bu Ika.
Akhirnya Asya terbangun. Asya nurut. Dia turun bareng ibuknya.

Asya makan sendiri. Soalnya yang lain pasti udah dari tadi,

Ting tong ting tong..
Bel tamu berbunyi. Udah jam 9 malam lebih.

Siapa nih malem2 dateng. Oh apa ayah ya?

Akhirnya gue beraniin buat samperin dan bukain pintu. Pikir gue ini ayah gue, soalnya tadi ibuk pesen kalo ayah baru pergi, nanti suruh bukain pintu gitu pesenya ibuk tadi.

Sheett
*)Anggap aja suara pintu ke buka ya😅

Loh? Kok nggak ada orangnya? Gue tadi beneran denger kan yaa? Masak tadi gue salah denger, batinku.

Gue ngeliat ke kanan-kiri. Celingak-celinguk. Hingga gue nemuin sebuah kotak. Gue jadi was-was, jangan2..

Akhirnya gue beraniin buat nyentuh dan buka kotak itu.

Damn!
Boneka Panda dengan beberapa lolipop besar. Siapa nih yang kirim.

Aku cari kartu ucapan atau apalah yang menunjukkan identitas pengirim. Ketemu!

"Maaf , aku nggak maksud diemin kamu. Aku cuma.. Cemburu.
Maaf , bahkan buat cemburupun aku nggak berhak. Maaf.
Harusnya aku tau diri, aku kan nggak ada status sama kamu.
Maaf,
Nggak seharusnya aku gituin kamu tadi, maaf.. "

" Ah Anjar, lo nggak salah Njar, harusnya tadi juga gue langsung cerita soal gue ketemu sama mantan gue, ini kan jadi salah paham, harusnya gue yang minta maaf sama lo. Gue belom berani terang2an soal hubungan kita, kedekatan kita, gue yang minta maaf, " ucap Asya lirih.

Tess..
Satu air mata turun dari mata Asya, dia buru2 menghapusnya. Hadiah itu di bawanya masuk. Dan membawanya ke kamar.

Asya mengambil HPnya, dia beranikan menelfon Anjar

Satu kali..
Dua kali..
Tiga kali..

" Nomer yang anda tuju sedang dalam luar jangkauan, harap coba lagi nanti "

" Arghhh! , " geram Asya kesal. Entah sudah berapa kali Asya mencoba menghubungi Anjar, namun tidak bisa.

" Njar, lo kemana sih?, " kesal Asya mulai frustasi.

Malam itu Asya habiskan dengan merenung dan menangis seorang diri.

Sementara itu, seorang remaja laki2 memacu motor sport nya dengan kecepatan sedikit melebihi batas, dia memacu motornya ke arah pinggiran kota Bandung,
Bukit Bintang,

Disinilah sekarang Anjar berada, jauh dari bisingnya kota Bandung, seorang diri menikmati dinginnya malam.

" Hahh, Asya, " lirih Anjar.

Anjar merenung, dia memikirkan Asya. Siapa laki2 tadi? Apa dia ..
Ah nggak, gue nggak boleh neting,
Dan harusnya gue sadar diri gue ini siapa,
Nggak seharusnya gue kaya tadi,
Gue bego, gue nggak gentle, payah. Nggak berani ngomong langsung sma Asya. Gue bingung gue harus gimana, bersikap kayak apa? Haruskah gue buat status antara gue sama Asya? Jadi pacaran? Nggak! Gue terlalu sayang sama Asya, gue nggak mau ajak dia pacaran. Ya Allah, mudahkanlah jalanku, jika ini memang jalannya. Kuatkan aku maupun dirinya untuk menghadapi semuanya. Semoga yang ku pilih ini tidak salah. Mantapkan hatiku untuk dia. Jaga hatiku untuk dia. Begitupun sebaliknya. Aku harap semua berjalan seperti yang aku inginkan.

Sudah 2 jam lebih Anjar di sini. Dia seperti masih enggan pergi. Yah, setidaknya itu membuatnya nyaman dan dapat berpikir jernih. Begitulah kiranya.

Bulan dan bintang di atas awan menjadi saksi antara hati mereka. Menemani renungan2 mereka malam ini.

AnjarAsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang